Shadow Ruin 6 dan Kesalahpahaman ...
Setelah menembus lantai tujuh, delapan dan sembilan yang dipenuhi dengan golem pasir, kami akhirnya sampai di lantai terakhir lantai sepuluh. Peta lantai ini tidak dibuat secara acak seperti lantai sebelumnya, karena hanya jalan lurus yang mengarah ke ruang bos. Itu dibangun seperti lantai akhir dungeon.
Kami mengambil istirahat sejenak untuk mempersiapkan diri dan memasuki ruang bos.
Bos yang muncul adalah mumi singa.
Seperti namanya, itu adalah mumi singa dengan penampilan singa betina dengan tubuh menghitam dan kurus.
Kecepatan dan kekuatannya di balik setiap serangannya sedikit lebih cepat daripada Kasha yang aku lawan di dalam [Twilight Grotto]. Namun, kami tidak mengalami kesulitan dengan itu. Sejak awal Shadow Ruin dan Twilight Grotto ini adalah dungeon dengan level yang sama. Meskipun bertarung dengan monster bos dengan level yang sama, aku tidak kesulitan untuk menanganinya karena aku tidak sendirian kali ini.
Aku bisa bereaksi terhadap serangannya dan menggunakan selendangku untuk menahan dengan ruang yang cukup. Saat aku menahan serangan keduanya, Ludi memotongnya dengan WindCutter. Aku meninju ke dinding sementara Nanami melanjutkan dengan panah ledakan dan Ludi menyelesaikannya dengan Storm Hammer.
Itu jadi kacau sehingga aku hampir merasa kasihan karenanya.
"...... Itu cepat sekali."
"…….Benar."
Itu terlalu cepat. Aku tidak bisa menggambarkannya dengan kesan anak sekolah dasar, cakarnya sedikit menakutkan.
Aku memang menyiapkan fire magic stone yang merupakan kelemahan umum dari monster tipe mumi tapi aku tidak mendapatkan kesempatan untuk menggunakannya karena kekuatan bertarung kami terlalu besar.
Awalnya, kekuatan kami cukup untuk menantang dungeon di tingkat yang lebih tinggi. Yah, aku berencana untuk menaklukan dungeon lain tapi itu bukan level yang lebih tinggi.
Setelah Ludi mengumpulkan magic stone kami terus berjalan ke dalam.
Apa yang ada di depan setelah ruang bos adalah peti harta karun tunggal. Peti harta karun yang terbuat dari kayu dan baja itu tidak diragukan lagi memiliki harta yang kucari.
Melihat peti harta karun, Ludi dan Senpai tersenyum kecil dengan Nanami dan Nee-san mengikuti dari belakang.
Aku memiringkan kepalaku. Kalau dipikir-pikir, aku ingat bahwa aku sering mereset game saat aku membuka peti ini. Kenapa aku melakukan itu?
Apakah ada alasan aku akan mereset game selain mengumpulkan CG?
Setelah keempatnya berkumpul, gambar Ludi yang basah kuyup tiba-tiba muncul di kepalaku.
"Ah"
Aku teringat. Ada jebakan di sini. Dan itu adalah perangkap bagian SRPG (Simulasi RPG). Itu adalah bagian petualangan.
Jika ingatanku benar, ada jebakan di depan peti. Itu adalah jebakan yang akan aktif tidak peduli seberapa tinggi keterampilan pendeteksi jebakanmu dan bagian bawahnya diisi dengan cairan lengket yang akan membuatmu merasa terangsang. Ini adalah jebakan tema eroge lain dan itu hanya akan mempengaruhi wanita.
Sepertinya deteksi Nanami tidak berfungsi dengan baik karena efek dari jebakan peristiwa ini. Ludi dan yang lainnya sepertinya juga tidak menyadarinya.
Apakah boleh membiarkan hal-hal seperti ini terjadi?
Gambaran Sempai yang basah dan Ludi muncul di benakku.
Jika aku membiarkan mereka terjebak maka aku bisa melihat pemandangan yang indah. Tapi apakah boleh membiarkan hal seperti itu terjadi ketika aku tahu sebelumnya?
Jika aku membiarkan mereka terjebak kali ini aku akan mengukir sosok mereka di hatiku dengan seluruh keberadaanku dan aku akan membuat dua cadangan di bagian terdalam ingatanku, tetapi apakah aku dapat berinteraksi dengan mereka secara normal mulai sekarang?
Seperti yang kupikirkan, aku tidak bisa melakukannya.
TLN : Well, gw juga setuju kali ini sih.. GOOD JOB MC!!!
“LUDI, SENPAI, STOP!!”
Itu adalah saat yang sama ketika aku berteriak. Lantai di bawah Ludi dan Senpai terbelah dengan suara * Gatan *.
Aku mencoba meraih Ludi dan Senpai yang terjebak dengan tangan Ketiga dan Keempat tetapi aku tidak dapat menjangkau mereka. Aku sudah terlambat. Namun, jika masih ada kesempatan aku masih bisa menyelamatkan mereka, tidak peduli seberapa kecil, maka ..... 
Aku melompat ke dalam perangkap.
Aku meraih Ludi dan Sempai di udara dengan tangan Ketiga dan Keempat dan mengangkat mereka. Setelah itu, aku bersiap untuk jatuh.
Hampir tidak ada dampak. Haruskah aku mengatakan aku hanya menyelam ke kolam daripada lantai keras?
Yang jatuh padaku adalah Liquid itu. Tapi karena tidak sedalam itu, aku hanya berlutut. Cairan ini pasti sudah menyerap semua dampaknya. Aku tidak merasakan sakit sama sekali. Bahkan jika sebutir telur jatuh di sini mungkin tidak akan pecah.
Karena itu menciprat ke pantatku, aku basah kuyup.
"Ludi, Senpai, kalian baik-baik saja?"
"Aku, aku baik-baik saja."
"Aku juga……"
Aku menahan mereka agar tidak membiarkan mereka menyentuh cairan dan melihat-lihat. Ketika aku memeriksa area disekitarku aku menemukan tangga di sisi kananku. Aku mengkonfirmasi bahwa tidak ada cairan di daerah itu dan membiarkannya di sana.
Memikirkannya secara normal, seharusnya tidak ada jalan keluar di dalam jebakan....... apakah itu karena itu jebakan ero?
Kami bertemu dengan Nanami yang turun untuk kami dan kembali.
Setelah aku mencapai puncak, Nee-san segera memeriksa tubuhku.
"Aku mendapat firasat buruk dari cairan ini, Yukine."
Senpai mengangguk pada kata-kata Nee-san dan segera menggunakan sihir airnya untuk membersihkan cairan itu. Nee-san juga menggunakan sihir detoksifikasi padaku.
"Kousuke....."
Ludi bergumam sambil meliahat dengan khawatir ketika Senpai melindungiku dengan sihir air dan mendesah.
"Aku senang...... Ludi dan Senpai aman."
Aku benar-benar senang mereka aman. Jika aku membiarkan mereka basah kuyup dalam cairan itu maka hati nuraniku akan menyiksaku sementara aku dihidupkan pada saat yang sama, aku mungkin telah membuka pintu ke dunia baru setelah itu.
"Aku, aku minta maaf. Karena kecerobohananku... ”
"Maaf, aku juga ceroboh."
Keduanya meminta maaf tetapi,
"Kalian berdua, tolong jangan minta maaf."
Itu semua salahku sejak awal. Jika aku bertindak sedikit lebih cepat maka bencana seperti itu tidak akan terjadi. Selain itu, aku bahkan berpikir untuk tetap diam dengan sengaja untuk melihat sosok basah kuyup mereka.
"Kousuke……"
Ludi mencoba menyekaku dengan handuk tetapi dia menghentikan tangannya. Dia menggenggam handuk dengan erat dan membuat ekspresi seolah dia diliputi oleh emosi. Senpai juga berhenti menggunakan sihir air dan menatapku dengan linglung.
"Goshujin-sama."
Nanami memanggilku sambil menatapku dengan ekspresi yang sangat khawatir dan membungkuk dalam-dalam.
"Aku sangat menyesal."
Tentang apa ini? Aku pikir juga begitu.
"Aku tidak bisa mendeteksi jebakan itu."
Mendengar itu aku berpikir, Apa? Hanya itu saja? Dan menggelengkan kepala.
"Tidak perlu meminta maaf. Kau banyak membantuku mendeteksi jebakan dan pertempuran hari ini.
"Tapi…….."
"Tidak tapi."
Tidak peduli bagaimana aku memikirkannya, kali ini sepenuhnya salahku.
“Jangan membuat wajah khawatir seperti itu dan kembali normal. Bertengkar dengan lidah beracunmu itu menyenangkan, aku tidak bisa menahannya. ” 
Dia tahu itu lelucon, kan?... Dia tahu itu kan?
"Goshujin-sama."
Serius, jangan menatapku seperti itu, aku sudah merasa cukup bersalah.