Epilog (Arc1)
Berbicara tentang upacara masuk, upacara seperti apa yang akan kau bayangkan? Untuk orang Jepang biasa, itu seharusnya sakura yang mekar dalam perayaan untuk mahasiswa baru. 
Memang, hal pertama yang muncul di benakku adalah sakura.
Berbicara tentang [[Sakura]], itu adalah tanaman yang memiliki ikatan yang dalam dengan budaya Jepang. Gambar pohon sakura yang mekar sekaligus selalu menarik perhatian orang sejak dulu. Mereka bahkan mengadakan jamuan di bawah pohon sakura.
Aku juga suka sakura. Kelopak indah yang menari dengan sentuhan angin membuat kami lupa untuk berkedip, kelopak yang jatuh mewarnai tanah dengan warna sakura dan mengeluarkan kabut keindahan. Mungkin hanya aku, tetapi aku juga suka memandangi pepohonan hijau. Gambar pepohon hijau berdiri di tempat sepi selalu mengundang rasa nostalgia.
Kebetulan, sakura yang dicintai oleh orang Jepang biasa juga dicintai oleh Eroge dan Galge.
Ada banyak game mengunakan[[sakura]] dalam namanya, event penting terjadi di bawah pohon sakura dan kadang-kadang bahkan digunakan sebagai nama heroinenya.
Sakura juga muncul di Magical Explorer. Protagonis Magiero akan pergi ke akademi dengan berjalan dari asramanya ke akademi melalui jalan yang dikelilingi oleh sakura.
"Haa....."
Ketika aku mengintai jalan beberapa hari yang lalu, mereka masih tunas. Tapi sepertinya mereka tidak tahan kehangatan beberapa hari terakhir dan mulai mekar. Banyak pohon sakura yang ditanam di kedua sisi jalan mekar sepenuhnya, Aku ingin menghentikan kakiku dan meluangkan waktu untuk menikmatinya.
Ya, aku ingin menikmati waktuku, jika aku punya waktu itu.
"Aku tidak bisa membayangkan bahwa kejadian seperti itu terjadi padaku......."
Aku melihat ke samping pada sakura dan melanjutkan ke akademi dengan langkah cepat.
Kupikir aku meninggalkan rumah dengan waktu yang cukup. Pada hari upacara masuk, Marino-san dan Nee-san mendapat persiapan untuk melakukannya sehingga mereka meninggalkan rumah dua jam sebelumnya dan karena Ludi sepertinya punya tempat untuk dikunjungi, dia pergi satu jam sebelum aku. Bahkan jika kau perlahan-lahan berjalan menuju akademi, hanya butuh sepuluh menit atau lebih aku meninggalkan rumah dengan kesan itu.
Namun, aku bahkan tidak bisa melihat satu siswa pun di jalan yang merupakan satu-satunya yang harus mereka ambil untuk pergi dari asrama mereka saat ke akademi. Karena upacara masuk sudah dimulai, justru akan aneh jika ada orang yang hadir di sini.
Ya, sesuatu seperti itu mau bagaimana lagi. Apakah kau langsung mengabaikan orang tua yang melukai kakinya dan langsung pergi ke akademi?
"Apa perbedaan besar dari protagonis......"
Protagonis dari [Magical Explorer] akan menabrak seorang gadis (heroine) yang memiliki sepotong roti di mulutnya pada upacara masuk, memulai fondasi untuk haremnyanya. Sebaliknya, aku adalah pahlawan untuk Ojii-chan (TLN: Kakek). Dia sangat berterima kasih kepadaku sehingga aku tidak merasa bersalah karena membantunya.
"Jam berapa sekarang?"
Aku mengeluarkan smarthphoneku untuk melihat jam dan memeriksa pesan yang diterima. Aku menerima pesan dari Marino-san yang mengatakan "Aku mengerti, luangkan waktumu." Dan itu disertai dengan banyak emoji hati dan beberapa ilustrasi yang tampak seperti seni modern yang mencoba terlihat lucu tetapi gagal dengan menyedihkan. Jujur saja itu sangat jelek.
Aku kemudian memeriksa waktu dan mengangguk.
"Dan di sinilah aku, berusaha merusak flag."
Di Magical Explorer, pertama kali sang protagonis bertemu dengan Takioto Kousuke adalah saat upacara masuk. Setelah protagonis yang tertidur bertemu dengan gadis roti, dia mengambil saputangannya. Setelah itu, dia melihat pohon sakura dan mengingat celana dalam gadis itu (itu warna sakura). Ya, ia memulai ingatan erotisnya di sana. Ketika dia kembali sadar dan menuju akademi, gerbang sudah tertutup rapat. Di situlah Takioto Kousuke muncul. Mereka bekerja sama dan melompati gerbang tetapi segera ditemukan oleh seorang guru yang juga merupakan heroine dan dimarahi. Kisah itu seharusnya mengalir seperti itu.
Aku bermaksud untuk mengabaikan event itu tapi aku tidak akan pernah menyangka bahwa aku akan terlambat.
"Yah, bagaimana aku harus mengatakan ini. Apakah ini semacam takdir?... Sebaliknya, mengapa menggunakan kata manusia dan takdir bersama membuatnya terdengar seperti ITU? ”
Aku bergumam, di ujung pandanganku seorang siswa laki-laki bingung.
Di depan gerbang akademi, tangannya terlipat, seorang pria berambut hitam yang wajah tidak tampan atau jelek. Dia mengenakan seragam akademi dan membawa tas dengan lambang akademi di atasnya.
Ketajaman itu, pria itu adalah protagonis tanpa keraguan.
Menyerah, aku berjalan menghampirinya dan dengan sengaja menghela nafas panjang.
"Aa ~ aa, sudah ditutup."
Aku menggumamkan itu seperti monolog sambil melihat gerbang dan menghela nafas.
"Yo, apakah kau juga mahasiswa baru?"
Sang protagonis menatapku dengan mulut setengah terbuka.
Yah, aku mengerti perasaannya. Dia seharusnya sudah menyadari dari kata-kataku bahwa aku juga mahasiswa baru, tetapi dia pasti bingung tentang bagaimana aku berpakaian. Meskipun aku seorang siswa baru, bajuku tidak dikancing, dengan kardigan (favoritku) di atas, melonggarkan dasi dengan pin dasi menjulur dari sakuku dan sebuah selendang panjang melilit leherku. Dibandingkan denganku dia akan terlihat seperti siswa teladan. Ngomong-ngomong, Takioto Kousuke dari game ini juga memberikan perasaan yang sama, tetapi alih-alih kardigan, dia malah mengenakan paka dan muffler.
(Ada apa dengan pria sembrono ini...?)
Mungkin itu yang dia pikirkan saat ini. Yah, aku juga berpikir begitu.
"A, Ah, ya."
Aku mengangguk kepadanya ketika dia mengatakan itu dan menunjukkan kepadanya pin dasi karena warnanya berbeda untuk setiap tahun ajaran.
"Seperti yang kau lihat, aku juga mahasiswa baru."
Aku mengatakan bahwa kalau-kalau dia tidak menyadarinya.
"Ehhh"
Dia mengeluarkan suara dengan bingung.
Aku akhirnya menertawakannya. Jika dia adalah gadis yang imut maka aku mungkin akan menimpanya, tetapi aku tidak punya mata untuk disisihkan untuk seorang pria tanpa pesona.
Nah, apa yang harus kulakukan? Karena aku sudah sejauh ini, mari kita lanjutkan dengan skenario aslinya. Langsung melompati gerbang dan dimarahi, aku tidak benar-benar membenci aroma terapi-sensei (sub-heroine) kok.
Jika itu masalahnya maka mari kita lakukan itu dulu. Aku ingin setidaknya mencoba mengatakannya sekali. Ini memalukan karena itu adalah baris yang sama yang Takioto Kousuke gunakan dalam game tapi aku akan mengakui kali ini karena itu keren.
Aku memberinya senyum lebar dan jempol lebar.
"Aku masih belum menyebutkan namaku, kan?"
Perlahan-lahan aku memutar ibu jari ke arah diriku sendiri sambil meletakkan tangan satunya di pinggangku dan membusungkan dadaku.
Sekarang izinkan aku mengatakannya, deklarasi perang.
"Namaku Takioto Kousuke, pria yang akan menjadi yang terkuat di akademi ini."