Melapor ke Senpai
Sebagai anggota masyarakat, melapor-menghubungi -berkonsultasi adalah suatu keharusan. Ketika aku baru lulus, aku sering dimarahi oleh bosku, tetapi setelah aku sendiri memiliki bawahanku aku ikut-ikutan melakukan hal yang sama menjadi orang yang memarahi.
Namun secara pribadi, kupikir pelaporan, menghubungi, dan ber konsultasi sangat penting dalam hubungan manusia. Kau dapat memecahkan masalah yang tidak dapat kau selesaikan sendiri dengan berkonsultasi atau melaporkan sementara menghubungi adalah bagian yang menghubungkan orang bersama-sama, itu adalah salah satu hal yang penting dalam komunikasi.
Karena itu wajar saja kalau aku harus melaporkan ke Mizumori-senpai yang akhirnya aku mendapatkan Mind-Eye. Karena itu hal yang aku konsultasikan dengannya, akan tidak sopan untuk tidak melapor padanya. 
Namun, ketika aku sebenarnya memberitahunya tentang hal itu…………….
"Itu hebat!! Untuk berpikir bahwa kau akan dapat memperolehnya secepat ini! Bagaimana kau melakukannya!?"
Melihat Mizumori-senpai yang bersukacita seolah-olah dia menyelesaikannya sendiri, tanpa sadar aku mengalihkan pandanganku. 
Bagaimana aku memperoleh skillnya kau tanya?
 Aku mengingat diriku yang ingin melihat seorang gadis cantik telanjang.
……Sepeti bisa aja, aku bisa mengatakan itu. Jika aku mengatakannya aku dapat membayangkan senyum senpai yang dapat mengundang kecemburuan para dewa berubah menjadi topeng setan noah yang suram. Dorongan untuk melihat sekilas hal itu mungkin hanya keinginan sifat M ku saja.


-Tidak cukup akurat tapi Cumberbatch acak tidak bisa salah kan?



"Ini semua berkat dirimu, Senpai ."
Karena tidak membiarkannya membaca emosi dari wajahku, aku segera menundukkan kepalaku dan memperbaiki ekspresiku.
"Fufu, aku mengerti, aku senang jika kau berkata begitu."
Mengatakan demikian, senpai menyuruhku mengangkat kepalaku.
“Aku sangat berterima kasih karena kau ada di sini bersamaku meskipun sekolah akan dimulai besok. Jika sesuatu terjadi tolong jangan ragu untuk memberi tahuku. Seperti halnya aku yang belum berpengalaman, aku akan melakukan apa yang dapat aku lakukan untuk membantumu.”
Ubah topik dengan cepat dan pilih subjek yang sesuai untuk melanjutkan percakapan. Aku akan membuat kisah tentang bagaimana aku mendapatkan skill itu hilang secara alami.
Senpai tertawa kecil ketika aku mengatakan itu.
“Bukan apa-apa, membimbing adik kelas adalah tugas penting seorang senpai kan?. Terlebih lagi, Kau begitu tulus sehingga membuatku ingin membantumu."
"Tidak, aku sama sekali tidak sungguh-sungguh..... Ah, ngomong-ngomong, apakah senpai sudah menyelesaikan persiapanmu untuk besok? Bukankah komite moral publik akan sangat sibuk? 
"Haha, tidak apa-apa. Dewan siswa mungkin sibuk mempersiapkan beberapa hal tetapi tugas komite hanyalah untuk membimbing siswa baru besok. Jika kau tersesat di sekolah kau dapat memanggilku atau anggota komite kapan saja, oke? "
Misi selesai. Sekarang dia tidak akan ingat apa pun tentang bagaimana aku mendapatkan skillnya. Jika Aku ditanya detailnya, aku mungkin akan melarikan diri.
“Jika saatnya tiba aku akan mengandalkanmu. Sekolahnya juga cukup besar, aku jadi sedikit gugup. ”
"Fufu, itu sangat luas sehingga ketika aku pertama kali mendaftar di sana aku akhirnya tersesat juga. Dari apa yang aku dengar akan ada setidaknya satu siswa yang tersesat setiap tahun, loh. "
Dalam game, protagonis menggunakan lingkaran sihir transfer untuk berpindah dari ruang kelas ke kelas lain. Karena itu adalah satu kasus kukira itu akan sangat luas sejauh itu cukup merepotkan untuk berjalan-jalan. Ada lembaga penelitian, arena pertempuran dan bahkan ruang praktik sihir di dalam sekolah. 
Ada salah satu sub-heroine yang sering tersesat di sekolah juga. Aku benar-benar tidak ingin berakhir seperti dia. Akan lebih baik jika ada peta GPS di dalam sekolah.
"Dan bagaimana denganmu, apakah kau siap untuk besok?"
"Tentu saja. Padahal, tidak ada banyak hal untuk dibawa sejak awal. "
Benda-benda yang diperlukan didistribusikan di sekolah, hal-hal yang harus aku bawa ke sana sendiri adalah alat tulis dan selendangku. Bahkan seragam sudah digantung di tempat yang bisa dengan mudah kukenakan.
"Tahun ini........ aku bisa menantikan banyak hal, ya."
Senpai berkata begitu sambil menatap wajahku.
"Aku juga menantikannya."
Pedang, sihir, dungeon, eroge. Dunia inilah yang membuat para anak laki-laki dan gentelment bersemangat. Tidak ada alasan untuk tidak menantikannya.
"Senpai, aku akan menjadi lebih kuat dengan cepat dan menyusulmu segera. Tolong siapkan dirimu ketika saatnya tiba, oke? ”
Senpai yang terus menatap wajahku tiba-tiba mengalihkan pandangan dariku dan tersenyum.
"Karena itu kau... kau mungkin bisa menyusulku segera,"
Aku secara refleks menggelengkan kepalaku.
[[Senpai..... kau masih belum berhenti tumbuh, tahu. Kau mungkin belum menyadarinya, tetapi sedikit demi sedikit kau masih tumbuh lebih kuat, tahu.]]
Aku ingin mengatakan itu padanya. Namun, kata itu tersangkut di mulutku. Itu bukan sesuatu yang harus aku katakan saat ini. Setelah sekolah dimulai, aku akan bisa memastikannya dengan orang itu dan setelah itu, aku mungkin bisa memberitahunya. 
Dua orang menatap air terjun. Permukaan air memantulkan sinar matahari dan bersinar menyilaukan.
"Ah, kalau dipikir-pikir itu......"
Senpai menyatukan kedua tangannya seolah dia baru ingat sesuatu.
"Apa itu?"
"Kau masih belum memberitahuku bagaimana kau mendapatkan Mind-Eye, kan?"
Aku berdiri, berbalik dan menendang tanah dengan seluruh kekuatanku.
Kau masih ingat untuk menanyakan itu !?