Clearing an Isekai with the Zero-Believers Goddess Chapter 318

Clearing an Isekai with the Zero-Believers Goddess – The Weakest Mage among the Classmates Indonesia
Chapter 318 : Takatsuki Makoto diberitahu

TLN : Entah kenapa Author ngerubah chapter 315.5 jadi 316. Jadi urutan chapter sebelumnya juga berubah dan jadi chapter 318 buat sekarang



"Putri…?" (Makoto)

Aku menyadarinya setelah mengatakannya.

Dia mungkin terlihat seperti Furiae-san, tapi pikirannya adalah Nevia Penyihir Bencana... tampaknya.

Tapi tepat sebelum aku kehilangan kesadaran, dia berbicara seperti Furiae-san biasanya.

Yang mana dia sekarang?

“Hnn… Oh… apa aku tertidur?… Tunggu, Ksatriaku! Sejak kapan kau bangun ?! ”

Dia terbangun dengan suaraku, dia menggosok matanya, bangkit, dan bereaksi dengan gemetar.

Reaksi ini seharusnya Furiae-san.

"Selamat pagi putri." (Makoto)

"A-Apakah kau melakukan sesuatu padaku ?!" (Furiae)

Furiae-san menarik selimut ke samping dan menyembunyikan tubuhnya.

“… Aku tidak melakukan apa-apa.” (Makoto)

“A-Aku mengerti… Tentu saja tidak. Ksatriaku tidak akan melakukan hal seperti itu.” (Furiae)

Furiae-san memperbaiki tali pakaian dalamnya yang jatuh itu sedikit cabul.

Aku merasa seharusnya aku tidak menatap, jadi aku perlahan mengalihkan pandanganku.

Ada cermin tubuh besar di mana aku melihat.

Furiae-san dan aku terpantul di cermin itu. Aku bisa melihat punggungnya yang menarik.

Hasilnya, aku bisa melihat tubuh Furiae-san yang tidak disembunyikan oleh selimut.

Kemudian, Furiae-san di cermin menghadapku.

Dia membuka mulutnya.

"Furiae-chan, punggungmu sedang dilihat."

""Eh?""

Tak perlu dikatakan lagi bahwa baik Furiae-san dan aku terkejut dengan suara itu.

Hanya kami berdua yang ada di ruangan ini.

Lalu, siapa pemilik suara itu?

“Apakah kau sudah bangun, Utusan-sama? Furiae-chan merawatmu sepanjang malam. Sepertinya dia tertidur denganmu pada akhirnya.”

Yang berbicara adalah Furiae-san di dalam cermin.

Tapi cara bicaranya seperti itu…

“Apakah itu… Nevia-san?” (Makoto)

“Kita tidak bisa berbicara dengan tenang dan santai sebelumnya, kan, Utusan-sama?” (Nevia)

“Tunggu sebentar! Kenapa kalian malah bicara normal-normal saja ?!” (Furiae)

Furiae-san bingung dengan percakapanku dengan Nevia-san.

Sepertinya dia tidak sadar bahwa cermin dirinya bisa berbicara atas kemauannya sendiri.

… Ini tidak normal, kan.

“Putri… apakah tubuhmu baik-baik saja? Bagaimana perasaanmu saat ini?" (Makoto)

“Sejujurnya, aku hanya bingung… Sejak pertarungan melawan Raja Iblis Agung dengan Ryosuke dan Ksatria Matahari, tubuhku tiba-tiba terasa lemas atau mengantuk… Kupikir itu karena aku terkena racun dari Raja Iblis Agung... Memikirkan itu…” (Furiae)

“Fufufu, perasaanmu tidak enak adalah karena aku merasukimu☆.” (Nevia)

Nevia-san berbicara dengan riang dan dengan nada ringan tanpa henti.

Berbeda dengan itu, Furiae-san berteriak.

"Keluar dari tubuhku sekarang juga!" (Furiae)

“Itu tidak bisa kulakukan. Jiwaku telah menyatu dengan jiwamu. Mari kita hidup bersama dalam tubuh dan pikiran mulai sekarang, oke☆?” (Nevia)

“Kau… pasti bercanda…” (Furiae)

Aku buru-buru menangkap Furiae-san yang memucat dan hampir jatuh karena kata-kata Penyihir Bencana.

“Putri… tidak apa-apa. Kita pasti akan… memikirkan cara untuk mengatasi ini.” (Makoto)

Aku mengucapkan kata-kata penghiburan, tetapi aku tidak tahu sama sekali bagaimana membatalkan 'penggabungan jiwa' ini.

(Noah-sama... Ira-sama... bisakah kalian mendengarku?) (Makoto)

Aku telah memanggil mereka untuk sementara waktu, tetapi tidak ada jawaban dari para Dewi.

Apakah ini juga perbuatan Penyihir Bencana?

Aku mengarahkan pandanganku ke Penyihir Bencana di cermin seolah-olah untuk memahami ini, dan senyumnya menjadi sedikit lebih redup.

“Penggabungan jiwa adalah mukjizat darinya saat Sosok itu berhasil memeras dengan kekuatan terakhirnya sebelum binasa. Itu bukan sesuatu yang bisa dilakukan oleh kekuatan manusia.” (Nevia)

Penyihir Bencana berkata dengan sedih.

"Dia tewas...?" (Makoto)

Tidak ada orang lain selain Raja Iblis Agung yang dipanggil oleh Penyihir Bencana dengan 'Sosok itu'.

Tapi apa sebenarnya yang dia maksud dengan 'binasa'?

“Ya, yang kau sebut Raja Iblis Agung itu dibunuh oleh Light Hero-sama. Kau melihatnya dengan mata kepala sendiri, kan, Furiae-chan?” (Nevia)

“Aku memang melihatnya… Tapi bukankah itu tipuan untuk menipu kami…?” (Furiae)

“Tidak. Kami tidak bisa menggagalkan rencana Dewi Takdir. Semua jalan menuju kemenangan telah ditutup… Tidak ada yang lain selain kekalahan di masa depan kami.” (Nevia)

“Kalau begitu, Raja Iblis Agung benar-benar…” (Makoto)

“Tidak didunia ini lagi. Bukankah kau mendengarnya langsung dari Dewi, Utusan-sama? Kau berada dalam hubungan intim dengan Dewi Takdir, kan?” (Nevia)

“Dari Ira-sama…” (Makoto)

Aku memang mendengar itu darinya.

Dia bahkan berada di awan kesembilan dan menenggelamkan dirinya dalam minuman keras.

Sejujurnya, bukankah situasi ini tanggung jawab Ira-sama?… Aku sedikit memikirkannya seperti itu, tapi… Raja Iblis Agung jelas telah dikalahkan.

"Ksatriaku... hubungan seperti apa yang kau miliki dengan Dewi Takdir?" (Furiae)

“Aku berada di bawah asuhannya 1.000 tahun yang lalu.” (Makoto)

Furiae-san memelototiku seolah mencurigaiku.

Nevia-san, tolong jangan katakan 'intim'. Ini akan menciptakan kesalahpahaman yang aneh.

Saat Furiae-san mendesakku untuk menjelaskan, Penyihir Bencana terus berbicara.

“Sosok itu menggabungkan aku dan Oracle Bulan saat ini, dan mentransfer sebagian dari kekuatan dewanya. Tapi aku tidak memiliki kekuatan sebanyak dia; makhluk lemah yang hanya bisa Charm. Aku tidak bisa mengalahkan Light Hero-sama. Itulah kenapa aku memikirkan apa yang harus kulakukan…” (Nevia)

“Hancur saja bersama…” (Furiae)

Furiae-san menggumamkan ini dengan ekspresi lelah.

Persis seperti yang dia katakan.

“Tapi aku menyadarinya! Furiae-chan adalah Oracle Bulan tetapi juga Holy Maiden. Dengan kata lain, dia juga dapat mencapai pengaruh yang kuat pada Pahlawan para Dewi juga. Mungkin dia bisa mempesona, tidak hanya penduduk Negara Bulan, tapi semua Benua Barat?! Itu sebabnya aku melakukan yang terbaik!” (Nevia)

Bertentangan dengan ekspresi sedih Furiae-san, Penyihir Bencana-san yang terpantul di cermin tersenyum lebar.

Ini terlalu menyusahkan.

Tolong jangan lakukan yang terbaik sampai sebegitunya.

“Aku menyinkronkan dengan Oracle Matahari Noel-chan, mengutak-atik sedikit Sanctuary Barrier yang menutupi ibu kota, membuatnya agar aku bisa mempesona orang-orang di dalam penghalang, bertindak seolah-olah aku sedang menjabat tangan Light Hero-sama untuk mengutuknya; benar-benar banyak halyang harus aku lakukan, tahu? Aku merinding bertanya-tanya apakah Utusan-sama akan menghalangiku kapan saja.” (Nevia)



TLN : Si Makotod malah plenga plogo waktu itu….



“Ah, waktu di venue itu, ya.” (Makoto)

Memang benar bahwa Furiae-san bertingkah aneh.

Aku merasa dia tidak seperti biasanya.

Aku seharusnya menghentikannya.

“Putri, bagaimana dengan Sakurai-kun…? Aku ingin kau memberi tahuku apa yang terjadi padanya.” (Makoto)

“Nyawanya tidak terancam. Tapi dia masih belum bangun -karena kutukan Penyihir Bencana ini…” (Furiae)

“Begitu, aku senang mendengar dia masih hidup. Tapi jika aku bisa mengatasi situasi ini dengan lebih baik…” (Makoto)

Penyesalanku karena aku bisa menghentikan ini sangat membebaniku.

Mereka mendapat inisiatif.

“Mau bagaimana lagi… Ksatriaku. Jika kau melompat untuk menyela pidato Ratu dalam acara penting di mana semua orang paling berpengaruh di dunia berkumpul, 'oops, salahku’ tidak akan cukup. ” (Furiae)

Furiae-san mencoba membantu, tapi hatiku tidak jernih.

(Tidak, hal yang harus aku khawatirkan di sini sekarang adalah...) (Makoto)

“Apa tujuanmu, Penyihir Bencana? Kenapa aku tidak dibunuh?” (Makoto)

"Oh." (Nevia)

Saat aku menanyakan ini, Penyihir Bencana membuat ekspresi sedikit terkejut.

“Kau tidak ingat? Furiae-chan mengeluarkan Kutukan Larangan Pembunuhan, kan? Juga, tidak mungkin aku bisa membunuh orang yang dicintai Furiae-chan. Aku tidak dapat mengambil tindakan yang bertentangan dengan keinginan pemilik tubuh. Dia bahkan merawatmu sambil mengorbankan tidurnya, tahu?” (Nevia)

“… Diam.” (Furiae)

Furiae-san menjauhkan kepalanya dengan wajah yang sedikit memerah.

"Terima kasih Putri." (Makoto)

“… Mungkin terlalu dini bagimu untuk mengucapkan terima kasih. Aku mungkin bisa menyangkal apapun yang sangat bertentangan dengan keinginanku, tapi kebebasan tubuhku telah diambil alih oleh Penyihir Bencana. Aku bahkan tidak bisa membiarkanmu kabur dari sini.” (Furiae)

"... Kabur?" (Makoto)

Aku melihat sekeliling ruangan.

Itu tidak persis seperti penjara dan, meskipun tidak memiliki jendela, ada sebuah pintu.

Sepertinya aku bisa pergi ke luar jika aku mau.

“Fufufu, perhatikan baik-baik tubuhmu sendiri, Utusan-sama.” (Nevia)

“...... Ini?” (Makoto)

Karena aku tidak merasakan beban sama sekali, aku tidak menyadarinya, tapi ada beberapa rantai aneh yang melingkari leher, kaki kiri, dan lengan kananku.

Rantai transparan yang tidak akan bisa kulihat kecuali aku menajamkan mata.

Itulah yang melilit tubuhku.

… Apa ini?

Aku meregangkan lenganku dan rantainya pun memanjang.

Aku bisa bergerak, tapi aku tidak bisa menjauh.

(Haruskah aku memotongnya?) (Makoto)

Aku hendak menghunus belati Dewi di pinggangku dan...

—Aku menyadari tidak ada apa-apa di sana.

Aku buru-buru memeriksa seluruh tubuhku.

Tapi tidak ada yang bisa ditemukan.

"Aku telah menahan belati yang menakutkan itu." (Nevia)

“…Bisakah kau mengembalikannya… tentu saja tidak, ya.” (Makoto)

Satu-satunya senjataku yang telah bersamaku dalam petualanganku di dunia ini...

Bahkan ketika aku memelototi Penyihir Bencana di cermin, dia masih membuat ekspresi acuh tak acuh.

“Tolong jangan membuat wajah menakutkan seperti itu. Kau dapat bergerak sesukamu di ruangan ini, tetapi kau tidak bisa keluar. Bagaimanapun juga, Rantai Surga menahamu. Tapi kau tidak akan bosan. Aku telah menyiapkan mitra bicara. Silakan dan masuk.” (Nevia)

*Klik*

Pintu terbuka.

Ketika aku memalingkan wajahku ke sana, orang-orang yang masuk adalah orang-orang yang kukenal baik.

“Lucy, Sa-san…?” (Makoto)

"Makoto!" (Lucy)

"Takatsuki-kun!" (Aya)

Keduanya melihat wajahku dan berlari ke arahku, memelukku begitu saja.

"Aku khawatir!" (Lucy)

"Aku sangat senang, Takatsuki-kun." (Aya)

"Aku minta maaf karena membuat kalian khawatir... tunggu." (Makoto)

Aku melihat ke arah Lucy dan Sa-san yang meminta maaf sambil menangis, lalu… rasa dingin menjalar di punggungku.

Mata Lucy dan Sa-san bersinar keemasan.

"Kalian... Terkena Charm?" (Makoto)

“… Ya.” (Lucy)

“… Sepertinya begitu.” (Aya)

Lucy dan Sa-san mengangguk sedih.

Sepertinya mereka sadar bahwa mereka telah Terkena Charm.

Aku menoleh ke tempat Furiae-san berada.

"Itu jelas ulah wanita ini." (Furiae)

“Itu perbuatanku~☆” (Nevia)

Furiae-san menunjuk dirinya di cermin, dan Penyihir Bencana melambaikan tangannya sambil tersenyum.

“Apa yang kau lakukan pada mereka berdua…?” (Makoto)

Aku menggertakkan gigiku.

“Fufufu, bukan hanya dua Crimson Fang. Aku telah mempesona semua orang dari ibu kota Negara Matahari... Tidak termasuk Utusan-sama dan Oracle Matahari. Charm-ku tidak mencapai kalian berdua, sayangnya. Tentu saja, kami tidak menyakiti orang-orang yang telah terkana Charm, tahu? Lucy-san dan Aya-san baik-baik saja, kan?” (Nevia)

“Lalu, untuk apa?” (Makoto)

"Bukankah aku mengatakannya 1.000 tahun yang lalu?" (Nevia)

Kata Penyihir Bencana dengan enteng.

“Aku hanya ingin semua orang rukun satu sama lain. Jika semua orang terkena Charm, itu akan menjadi dunia yang damai tanpa konflik, kan?” (Nevia)

“Tapi Charm tidak berefek padaku.” (Makoto)

“Ya, itu sebabnya aku benar-benar ingin kau mati, tahu☆.” (Nevia)

“…”

Aku tidak tahu harus berkata apa jika kau mengatakan itu sambil tersenyum.

"Aku pasti tidak akan memaafkanmu jika kau menyakiti Ksatriaku." (Furiae)

“Aku tahu, Furiae-chan. Aku tidak akan diam-diam mencampur racun dalam makanan Utusan-sama.” (Nevia)

"Kau..." (Furiae)

"Itu lelucon, lelucon." (Nevia)

“Takatsuki-kun…” (Aya)

“Makoto…” (Lucy)

Lucy dan Sa-san membuat ekspresi gelisah pada percakapan berbahaya Furiae-san dan Penyihir Bencana.

“Nah, aku akan meminjam tubuhmu, Furiae-chan.” (Nevia)

“… Aku mengerti.” (Furiae)

“Putri? Kemana kau pergi?" (Makoto)

Furiae-san berdiri dari tempat tidur.

“Kalau begitu, tetap di sini, oke, Ksatriaku? Lucy dan Aya-san akan ada di sini bersamamu, jadi kau tidak akan kesepian.” (Furiae)

“Ya, tapi…” (Makoto)

Aku mencoba mengejar Furiae-san, tapi rantai transparan yang melilit tubuhku menghentikanku.

Aku tidak bisa keluar dari kamar.

Panjang rantai mencapai tepat di depan pintu.

Aku tidak bisa mengejar Furiae-san dan berdiri diam di dalam ruangan.

“Makoto, kau pasti lelah. Bagaimana kalau istirahat sebentar?” (Lucy)

“Takatsuki-kun, kau belum makan apa-apa sejak kau bangun, kan? Aku akan membawakanmu makanan, oke?” (Aya)

"T-Terima kasih." (Makoto)

Lucy dan Sa-san bertingkah seolah tidak terjadi apa-apa.

Aku memakan makanan yang dibawakan Sa-san dengan keduanya sambil tetap merasa tidak enak.

Aku mengkonfirmasi keadaan saat ini dengan keduanya sambil makan.

Namun, itu bahkan belum setengah hari sejak upacara berakhir.

Lucy dan semua orang di tempat itu dikendalikan oleh Charm, jadi mereka tampaknya tidak tahu detailnya.

Seperti yang dikatakan Penyihir Bencana, dia tidak menyakiti mereka.

Mereka menghabiskan waktu dengan lamban di kamar kastil, dan… mereka sepertinya disuruh datang ke kamar tempatku berada.

“Hei, Lucy… kau baik-baik saja?” (Makoto)

“Eh? Tentang apa?" (Lucy)

Lucy membuat wajah bingung.

“Yah… kau telah terkena Charm Penyihir Bencana, kan?” (Makoto)

“Hmm, aku tidak merasa ada yang salah, kok. Benar, Aya?” (Lucy)

"Ya, aku baik-baik saja, Takatsuki-kun." (Aya)

Sa-san, yang sedang membersihkan piring, menjawab.

Tidak ada masalah sama sekali ketika berbicara dengan mereka seperti ini.

Mereka tidak mencoba menyakitiku, dan keduanya sama seperti biasanya.

Tapi…

“Hei, Lucy, Sa-san… ayo kabur dari sini…” (Makoto)

Saat aku mengajukan ini…

“Tidak boleh, Makoto.” (Lucy)

"Jangan, Takatsuki-kun." (Aya)

Jawaban keduanya selalu Tidak.

“Tidak apa-apa kan? Tempat ini aman.” (Lucy)

"Kita telah dipenjara oleh Penyihir Bencana, kau tahu ?!" (Makoto)

“Tapi ratu Negara Bulan adalah Fu-chan. Juga, jika kita melarikan diri, Fu-chan akan sedih, tahu?” (Aya)

“Itu benar, Makoto. Ke mana kau bahkan akan melarikan diri? ” (Lucy)

“… Sa-san… Lucy…” (Makoto)

Lari dari sini.

Hanya dalam satu hal ini saja keduanya tidak bekerja sama.

Charm pada Lucy dan Sa-san mungkin untuk mengawasiku.
Penyihir Bencana pasti telah memberitahu mereka untuk berinteraksi denganku secara normal selain itu.

(... Apa yang harus aku lakukan?) (Makoto)

Rantai transparan melilit tubuhku dan belati Noah-sama telah diambil.

“XX (Dia).” (Makoto)

Aku memanggil Roh Air Agung.

“…XXXX (Raja Kami).” (Dia)

Dia muncul di hadapanku, tapi dia kekurangan energi.

“XXXXXXXX (Ada apa?).” (Makoto)

“XXXXXXXXXXXX (Tempat ini sesak napas…) XXXXXXX (Kekuatanku…).” (Dia)

“XXXXXXXXX (Penghalang, ya…).” (Makoto)

Dia batuk.

Ini adalah sesuatu yang kukira, tetapi sepertinya dia juga telah menempatkan tindakan balasan untuk Sihir Roh.

Tampaknya ada penghalang sihir anti-roh.

Aku memberitahu Dia untuk pergi.

Pada saat itu, seseorang mengetuk pintu.

Aku mengarahkan pandanganku ke pintu, dan yang masuk adalah Putri Sofia.
"Kau lama sekali, Sofia." (Lucy)

“Sofi-chan, kami sudah menunggu~.” (Aya)

“Aku memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Pahlawan Makoto… kau sudah bangun.” (Sofia)

Putri Sofia mengatakan semua ini dengan cara bicaranya yang biasa, tingkah lakunya juga tidak berubah.

Selain dari kilau emas samar jauh di matanya.

“Sofia…” (Makoto)

“Tolong jangan memasang wajah seperti itu.” (Sofia)

Putri Sofia tersenyum dengan wajah sedih.

Dia juga sadar bahwa dia telah Terkena Charm.

“Ayo kabur bersa—” (Makoto)

“Kita tidak bisa.” (Sofia)

Dia dengan tegas menolak seperti Lucy dan Sa-san.

“Aku sedang dikendalikan. Namun, bukannya aku telah dipenjara, tapi... aku tidak bisa melawan Penyihir Bencana. Aku telah membuatmu khawatir.” (Sofia)

“Tidak… Aku senang kau baik-baik saja, Sofia.” (Makoto)

"Aku juga senang kau baik-baik saja." (Sofia)

Sofia menyandarkan tubuhnya ke tubuhku, melingkarkan tangannya di belakang kepalaku, dan memelukku.

Dan kemudian, pada saat bibirnya mendekati bibirku…

“Baiklah, berhenti di situ.” (Lucy)

“Kenapa?! Kami memasuki dunia kami sendiri barusan!” (Sofia)

Dia dihentikan oleh Lucy dan Sa-san.

“Bukankah itu baik-baik saja? Kalian berdua ada di sini sebelum aku. ” (Sofia)

"Kami masih belum menyentuhnya!" (Lucy)

"Itu benar, jangan maju." (Aya)

“Maju… ya. Pertama, kalian berdua selalu bersamanya. Seharusnya tidak apa-apa setidaknya sekarang setelah aku kembali, kan?” (Sofia)

"Ugh." (Lucy)

“I-Itu…” (Aya)

“Pertama, apa yang kalian lakukan saat berpetualang bersama? Bukankah kalian membiarkan wanita lain mendekatinya karena penjagaan kalian berdua terlalu lembut?” (Sofia)

"Berhenti, Sofia!" (Lucy)

“Sofi-chan, jangan pukul aku dengan logika!” (Aya)

Aku hanya bisa melihat olok-olok mereka seperti biasanya.

Hari itu, kami berempat mengobrol tanpa henti sampai larut malam.

◇◇

"Aku kembali, Ksatriaku." (Furiae)

Setelah Lucy dan yang lainnya pergi, orang yang memasuki ruangan sambil meregangkan tubuh dan berkata 'Hnn, aku lelah' adalah Furiae-san.

"Putri, selamat datang kembali." (Makoto)

"Ada begitu banyak yang harus dilakukan, itu menjengkelkan." (Furiae)

Mengatakan ini, dia jatuh ke tempat tidur di mana aku berada.

Dia tidak memberitahuku apa yang dia lakukan.

“Ayo kita tidur.” (Furiae)

"Eh?" (Makoto)

Hanya ada satu tempat tidur di kamar ini.

Dengan kata lain, kami akan berakhir tidur di ranjang yang sama…

“Ini sebesar ini, jadi seharusnya tidak ada masalah.” (Furiae)

“… Tidak ada masalah ya?” (Makoto)

Ini adalah tempat tidur size king, jadi ada banyak ruang untuk dua orang.

Tapi itu membuatku gugup.

“Jika kau tidak bisa menahannya, kau bisa menyerangku, tahu?” (Nevia)

Penyihir Bencana di dalam cermin mengatakan ini seolah menggoda kami.

"Kenapa kau yang memberi izin ?!" (Furiae)

“Ya ampun, kau benar-benar tidak jujur. Aku hanya mengatakannya dengan lantang sebagai penggantimu, Furiae-chan.” (Nevia)

Setelah bertengkar dengan cermin, Furiae-san memakai selimut, dan dia segera tertidur.

Sepertinya dia cukup lelah.

Atau mungkin staminanya diambil karena dia dirasuki oleh Penyihir Bencana.

"… Mari tidur." (Makoto)

Aku meletakkan selimut di sudut tempat tidur sedikit lebih jauh dari Furiae-san.

Aku sulit tidur, tetapi perlahan-lahan aku mengantuk, dan akhirnya tertidur.

—Noah-sama tidak muncul dalam mimpiku.

◇◇

Keesokan harinya.

Aku ditahan oleh Rantai Surga seperti biasa, dan tidak bisa keluar dari ruangan.

Tampaknya itu adalah artefak yang digunakan untuk menahan binatang iblis Penunjukan Bencana yang mengamuk di Negara Matahari.

Kekokohannya mengerikan, dan dikatakan bahwa itu tidak dapat dihancurkan kecuali kau memiliki senjata kelas Pedang Suci.

… Apakah kau akan menggunakan sesuatu seperti itu untuk menahan satu orang?

Kamar tempat aku dipenjara tidak memiliki jendela, jadi aku juga tidak bisa melihat pemandangan.

Apa yang sebenarnya terjadi diluar…?

Aku tidak tahu apakah itu sebagai gantinya, tetapi kenalanku datang ke sini tanpa henti.

Pangeran Leonard.

Maximilian-san.

Olga-san.

Oracle Kayu dan ipar perempuan Lucy, Flona-san.

Dan Oracle Takdir, Esther-san.

Semua orang terkena Charm.

{Esther-san, bisakah kau mendengar suara Dewi Takdir?} (Makoto)

bisikku di telinganya.

Esther-san menggelengkan kepalanya pelan ke samping.

{Sayangnya, aku tidak berdaya ketika tidak bisa mendengar suara Dewi…} (Esther)
Sama seperti Putri Sofia, Esther-san tersenyum sedih.

Sepertinya semua orang besar di Benua Barat telah dikendalikan oleh Penyihir Bencana.

Dengan kata lain, itu berarti bahwa mereka telah disandera.

(Noah-sama... apakah kau melihat?) (Makoto)

Tidak ada jawaban seperti biasa.

Itu pasti karena penghalang anti-roh.

Atau mungkin Penyihir Bencana telah melakukan sesuatu yang lain karena dia tahu aku adalah Utusan Noah-sama.










Beberapa hari berlalu dengan aku tidak dapat meninggalkan ruangan ini.

“Sampai jumpa lagi, Ksatriaku. Kupikir seseorang akan datang untuk menjadi mitra bicaramu nantinya.” (Furiae)

Furiae-san meninggalkan ruangan dengan wajah sedikit sedih seperti biasanya.

Ruangan… menjadi sunyi, dengan aku ditinggalkan sendirian di kamar.

Setelah beberapa saat, seseorang pasti akan datang.

—Seseorang yang telah Terkena Charm oleh Penyihir Bencana.

Lucy, Sa-san, dan Putri Sofia telah jatuh ke tangan Penyihir Bencana.

Itu berlaku sama untuk orang-orang yang telah berjuang berdampingan denganku.

Aku tidak bisa mendengar suara Dewi.

Sihir Roh dan belati Dewi yang kuandalkan telah disegel.

Tubuhku telah ditahan oleh artefak, dan aku tidak bisa keluar dari ruangan ini.

Makanan dibawa ke kamar ini, dan karena ada toilet dan kamar mandi di dalam kamar, aku bisa tinggal di sini selamanya.

Aku tidak akan dibunuh, tapi aku juga tidak bisa lari.

(... Apakah ini skak mat?) (Makoto)

Apakah aku melakukan kesalahan?

Harusnya begitu.

Aku merasa bisa melakukan sesuatu yang berbeda.

Tapi aku tidak bisa memutar waktu.

Aku menatap kosong ke udara.

Ada kata-kata ini mengambang di udara.



[Akankah kau menyerah sepenuhnya dan mematuhi Penyihir Bencana?]

Ya

Tidak


Pilihan yang telah muncul beberapa kali beberapa hari ini.

Aku terus-menerus memilih Tidak.

Itu sebabnya, ini masih belum berakhir.

Aku belum boleh menyerah.

Aku percaya pada RPG Player dan terus menunggu.

Menunggu apa?

Aku… tau tentang apa.

Itu sebabnya aku tidak putus asa dan terus menunggu.

……[Clear Mind].

Sekarang aku memikirkannya, aku telah mengandalkan ini sepanjang waktu.

Aku menahan kegelisahanku dan menunggu dengan sabar saat itu.

"Tuan, maaf atas keterlambatannya."

Makhluk hitam kecil melompat keluar dari bayanganku.

“Tsui… aku sudah menunggu.” (Makoto)

Familiarku.

Biasanya selalu bertindak bersama dengan Furiae-san, tapi aku belum pernah melihatnya bersama dengan Furiae-san sejak dia dirasuki oleh Penyihir Bencana.

Dia pasti berlindung di suatu tempat.

“Aku sedang mencari ini, jadi aku butuh waktu. Itu tersembunyi jauh di dalam ruang perbendaharaan, Tuan.” (Tsui)

Apa yang Tsui pegang di mulutnya adalah belati bersinar yang dihiasi ornamen rumit.

Belati Noah-sama.

“Kau menyelamatkanku sekarang. Terima kasih." (Makoto)

Aku mengambil itu dan mendorong bilahnya ke Rantai Surga.

“Tuan, aku dengar rantai sihir itu tidak bisa dipatahkan dengan apapun selain Pedang Suci Pahlawan…”

Ekspresi Tsui tidak berubah, tapi dia membuat nada ragu.

Sepertinya dia mengkhawatirkanku.

Aku tertawa.

"Jangan khawatir. Lihat?" (Makoto)

Mengatakan ini, aku mendorong bilahnya ke Rantai Surga, dan rantai itu dipotong tanpa membuat suara seolah-olah itu adalah mentega.
“……”

Mata kucing hitam itu terbuka lebar.

Kau bisa membuat ekspresi seperti itu, ya.

“Itu ketajaman yang keterlaluan. Ngomong-ngomong, Rantai Surga tampaknya adalah salah satu artefak terkuat di Negeri Matahari.” (Tsui)

“… Serius?” (Makoto)

Aku sudah memotong rantai yang melilit tangan dan kakiku.

Bahkan jika kau memberi tahuku faktanya sekrang, itu hanya akan mengganggu, tahu.

“Kau adalah satu-satunya saksi, Tsui. Rahasiakan itu, oke?” (Makoto)

"Kau adalah satu-satunya yang ditahan, jadi itu akan segera diketahui." (Tsui)

Dia menghela nafas dengan suara 'nyaa' nya.

Benar, itu akan langsung ketahuan.

Saat kami sedang berbicara, aku mendengar langkah kaki mendekat dengan Eavesdroku.

"Kucing hitam, aku ingin pergi dari sini." (Makoto)

“Dimengerti. Shadow Magic: [Shadow Walk].” (Tsui)

Tsui berteriak 'nyaon' dan lingkaran sihir yang kompleks muncul di tanah.

Dan kemudian, sebuah lubang dengan ukuran yang cukup besar untuk dilewati seseorang muncul.

"Tuan, di sini." (Tsui)

"Baik." (Makoto)

Aku mengikuti kucing hitam dan mempercayakan tubuhku ke dalam lubang hitam.

Penglihatanku menjadi hitam untuk sesaat, dan cahaya perlahan memasuki mataku.

Tapi tempat aku muncul remang-remang dibandingkan kamar yang aku tempati sebelumnya.

"Tsui, di mana ini?" (Makoto)

"Penjara bawah tanah kastil, Tuan." (Tsui)

“Mengapa kau memilih tempat seperti ini…?” (Makoto)

“Tanah bawah tanah memiliki afinitas yang baik dengan sihir bayangan. Aku dapat dengan mudah menandainya sebagai lokasi pindahan.” (Tsui)

"Aku mengerti." (Makoto)

Aku tidak tahu banyak tentang sihir bayangan, tetapi jika kucing hitam mengatakan demikian, seharusnya begitu.

“Juga, semua orang di ibu kota Negara Matahari saat ini Terkana Charmnya penyihir. Tidak ada orang di penjara juga, Tuan. ” (Tsui)

“Benar. Semuanya kosong.” (Makoto)

Ada banyak sel, tapi tidak ada bayangan siapa pun yang tinggal di dalamnya.

Karena itu, tidak ada yang mengawasi.

Sepertinya tempat yang benar-benar ditinggalkan.

“… Hn.”

Aku mendengar suara kecil.

Dari sel yang sedikit lebih besar sedikit lebih dalam.

Padahal tidak ada orang sama sekali.

Aku tidak tahu siapa itu karena betapa gelapnya itu.

Penasaran, aku menggunakan Night Vision dan Farsight untuk mengonfirmasi.

“… Eh?” (Makoto)

Aku mengeluarkan suaraku sedikit.

Orang yang dipenjara di sana adalah puncak Negeri Matahari… Highland, Ratu Noel Althena.