Novel 60 Menit Menuju Bad End Indonesia



“Mienz Scheel. Apa masih ada yang ingin kau katakan?”

Ini sudah tamat bukan. Tidak peduli bagaimana kau melihatnya, bahkan ini sudah jelas dead end bagiku. Bahkan jika aku mengingat kenangan masa laluku, dengan waktu saat ini itu sudah terlambat.

Beberapa saat yang lalu, aku merasakan rasa sakit di kepalaku seolah ada paku yang berputar-putar dalam tengkorak kepalaku.

Aku masih memikirkan apakah ini karena situasiku saat ini yang membuatku menjadi gila, karena berbagai informasi mulai masuk kepalaku.

Bumi. Novel . Devil’s Triangle – True Knight. Reinkarnasi ke dunia lain. Dan berbagai informasi lainnya. Otakku langsung memproses dengan cepat informasi-informasi tersebut menjadi pengetahuan baru. 

Lupakan hal lain, saat ini yang paling penting adalah takdir yang ada dihadapanku.

Jika ingatan ini benar, tampaknya aku memiliki kehidupan dimasa lalu dan di dunia lain yang disebut bumi. Sekarang aku sudah mengingat berbagai ingatan di bumi sampai aku mati.

Sungguh lucu memikirkan bahwa dunia ini ternyata adalah sebuah novel fantasi di bumi dan aku adalah salah satu karakter jahatnya yang suka melecehkan karakter utama. Apa yang membuatku khawatir adalah nasibku, Mienz Scheel, saat ini. Aku Didakwa atas banyak kejahatan, salah satunya percobaan pembunuhan.

Setelah ini, aku akan dihukum menurut hukum kerajaan dan menjadi budak kriminal lalu dikirim ke tambang untuk kerja paksa.

Bahkan ada adegan tambahan di novelnya dimana aku nantinya akan dilecehkan disana dan berakhir menderita sebelum mati dengan kondisi menyedihkan.

Memikirkan hal tersebut, aku memegang kepalaku dan menatap tajam kedepan.

Dihadapanku ada wanita yang sebelumnya bertanya kepadaku dan menatapku dengan jijik.

Masih ada yang ingin kau katakan, katamu….

Dia adalah penyebab terbesar dari nasib tragis yang akan kualami nantinya.

Dia merupakan salah satu wanitanya karakter utama, si Kienz bajingan itu.

Ah…. Aku akhirnya menyebut namanya. Selama ini aku hanya menyebutnya dengan panggilan seperti “udik”, “bajingan”, dan kata merendahkan lainnya.

Si udik itu, hanya dengan memikirkan namanya langsung membuatku ingin meneriakinya. Atau, itulah yang kupikirkan.

Mungkin karena ingatanku di kehidupanku sebelumnya, kemarahanku sekarang menjadi berkurang.

Aku yang sebelumnya, memang telah melakukan kejahatan padanya, aku sangat mengakuinya. Tapi memikirkan kejahatan yang kulakukan padanya dan nasib yang kualami nantinya jelas membuatku muak.

Untuk Penulis yang menciptakan novel tersebut aku sangat ingin memukulinya.

Novel ini sangat busuk, baik plot maupun karakternya. Novelnya hanyalah bercerita tentang seorang pria yang bereinkarnasi ke dunia lain, mendapatkan kekuatan OP, bertemu dengan banyak wanita, dan plot ini akan di ulang-ulang hampir mencapai 300 chapter yang membuatku berpikir kenapa aku yang dulu sudi membaca ini?

Yang paling menjengkelkan adalah Karakter Utamanya. Diceritakan dia adalah seorang jenius dengan penampilan sangat kurang di bumi sebelum bereinkarnasi ke dunia ini, membuatnya menjadi sasaran cemohan disana.

Di dunia ini dia menjadi pria yang tampan, dan dia benar-benar kekurangan akal sehat dengan memamerkan kekuatan absrudnya, membuatnya sering sekali terlibat konflik yang jelas tidak diinginkannya. Dia sering menagatakan kata “Ini Cuma hal biasa bukan?.”

APANYA YANG BIASA!!!

Semua tindakannya bahkan bisa membuat Petualang Peringkat A malu dan fakta kalau dia tidak menyadari itu semakin membuatku muak. Bagian wanita yang terus menempel padanya juga membuatku muak, dan hal tersebutlah yang membuat diriku, Mienz Scheel, jatuh kedalam kehancurannya.

Tentunya dengan plot dan karakter utama tersebut, wanita akan menjadi tambahan yang sudah pasti ada di novelnya. Bahkan jika wanita itu sudah memiliki tunangan sekalipun.

Ya, Tunanganku, Anna Reconia menjadi salah satu wanitanya.

Mereka bertemu di Akademi Bintang yang merupakan sekolah yang berada di ibukota kerajaan bagi para bangsawan dan orang berbakat lainnya, untuk meingkatkan sihir, bela diri dan hubungan sosial mereka.

Dan tentu saja aku mengetahui soal kedekatan lalu mulai marah dan melecehkannya.

Aku di novel di gambarkan sebagai, bangsawan bodoh dan sombong yang suka memamerkan sisilah keluarganya dan sering melecehkan Karakter utama. Setiap kali aku melihat Anna bersamanya, aku akan langsung melabrak mereka dan mulai marah-marah, dan mulai melakukan hal-hal untuk melecehkanya.

Setelah aku memikirkannya, aku memang berpikir tindakanku sebelumnya sangat bodoh. 

Apa ini efek ingatan kehidupan sebelumnya?

Setelah berbagai pelecehan yang kulakukan padnya, semua itu mengarah ke situasi ini, dimana aku menagalami persidangan untuk mengungkapkan semua kejahatan yang dituduhkan padaku.





Aku harus tenang, aku sudah tau cara keluar dari situasi ini. Hanya saja….

“Tidak perlu mendengarkan perkataannya lagi! Apa bukti itu masih belum cukup? Dia mencoba membunuh Tuan Kienz yang merupakan pahlawan bagi Negara kita, dan bahkan sebelumnya melakukan berbagai pelecehan yang sungguh tidak pantas bagi seorang Bangsawan.”

Bagian mencoba membunuh itu bohong…

Aku melihat sekeliling. Saat ini, kami sedang berada di sebuah aula besar dengan posisiku berada tepat ditengah aula. Di sebelah kananku ada berbagai bangsawan, aku bisa melihat adikku barusan berteriak, ditambah ayah dan ibuku yang berdiri di belakangnya. 

Mereka hanya memandangiku dengan dingin yang sudah bisa kutebak kenapa.

Disebelah kiri ada berbagai bangsawan lain yang tak kalah dinginnya menatapku, tidak, beberapa tatapan itu lebih mirip seolah ingin membunuhku. Kecuali sang Karakter Utama, yang menatap kemari dengan cemas. 

Astaga, anak ini tidak masih seperti ini bahkan dengan suasana ini.

Didepanku ada Sang raja yang duduk di singasananya, sang ratu serta para pangeran dan putri yang duduk di samping mereka dan perdana mentri yang berdiri di belakang sang raja serta beberapa ksatria juga di belakang mereka. 

Ada juga seorang wanita yang menanyaiku yang berdiri beberapa meter dihadapan mereka serta para ksatria yang masing-masing berdisi di ujung sisi.

“Apa yang dikatakan Nona Aname barusan bisa dimengerti. Semua bukti sudah membuktikan kesalahannya, bahkan diamnya dia saat ini terlihat seolah dia sudah mengakui kejahatannya itu. Tidak ada penyangkalan berarti…..”

“Tunggu!!!”

Wanita didepanku langsung menyiritkan dahinya menanggapi sanggahanku.

“Apa? Apa masih ada yang ingin kau katakan?.”

Nah, aku sudah tidak bisa menyangkal semuanya tapi soal kasus percobaan pembunuhan jelas bukan salahku. Itu fitnah yang ditunjukan padaku untuk melenyapkanku. 

Siapa yang melakukannya? Tentu saja Wanita didepanku ini.

Wanita Ini, Arriel Nakatania adalah sosok yang dipanggil Saint, oleh orang-orang di kerajaan ini. Di novel, dia adalah karakter ramah diluar, tapi gelap didalam.

Karakternya adalah seorang yang sangat tidak puas dengan ketidakadilan di Kerajaan ini, dan karena itu dia mulai bertindak untuk menumpaskan berbagai ketidakadilan bangsawan korup dan dengan berlalunya waktu ia pun di panggil Saint, dan dipuja banyak rakyat.

Masalahnya adalah, penulis novel sangat payah dalam menuliskan pengembangan karakternya.

Dia hanyalah gambaran “Seorang gaidis yang membenci ketidakadilan dan menumpaskan korupsi bangsawan jahat.”, lalu bagaimana dia melakukan itu?

Itu terjadi berdasarkan tindakannya dibalik layar.

Ya, setiap kali dia menindak bangsawan korup, tidak jelas bagaimana ia melakukannya, hanya kata “Aku melakukannya di balik layar.” Setiap kali kejadian itu terjadi. Sungguh absurd.



“Bukti itu… Ada hal yang jelas tidak membuktikan salah satu kejahatanku.”

“Hah?

Dia langsung tercengang…

Salah Satu??

Jelas dia akan kaget. Bukan hanya ia, beberapa orang di sekitarku mulai berguam sendiri memikirkan apa yang kukatakan.

Ya, ucapanku secara tidak langsung, menunjukan kalau aku mengakui kejahatanku kecuali salah satunya. Mereka tampaknya berpikiran kalau aku akan menyangkal semuanya, seperti yang kulakukan di Novel. Tentu saja aku tidak akan melakukan hal itu disini.

“Tuan Mienz, maaf tapi aku tidak mengerti pertanyaanmu. Apa yang kau maksud. Bisakah kau menjelaskan lebih rinci?”

Arriel semakin menyiritkan dahinya. Sungguh, jarang melihatnya berekspresi seperti itu.

Sepertinya, tindakanku memang diluar perkiraannya.

Aku bisa memahami hal itu, karena aku sudah membaca novelnya. Tanpa ingatan masa laluku mustahil Mienz, diriku, akan bersikap begini.

Aku seharusnya sudah meronta-ronta menyangkal semua kejahatanku, dan mengemis-ngemis pada orang tuaku untuk membantuku. Ituluah yang mungkin ia pikirkan.

“Itu soal pembunuhan, aku menyangkalnya. Aku tidak melakukan hal itu sama sekali, dan bukti yang kau katakan barusan… Itu adalah pisau yang ditemukan di tempat kejadian dan di nilai sebagai milikku. Dan memang benar itu milikku, tapi aku kehilangan itu 3 hari sebelum kejadian dan tampaknya pelaku sebenarnya memakai itu untuk menjebakku.”

Arriel yang mendengar penjelasanku tersenyum dan membalasku.

Kebingungan ia sebelumnya langsung lenyap seolah tidak pernah ada.

“Tuan Mienz, aku mengerti kalau kau masih mencoba menyangkal kesalahanmu yang sudah jelas ini. Tapi apa kau pikir hal semacam itu mampu kau pakai sebagai alibimu? Jangan lupa, kami memiliki saksi yang menyatakan kau berlari dari tempat kejadian dan bahkan menghilang selama sehari setelah kejadian. Bahkan kami harus menyeretmu kesini secara paksa. Oh, dan jangan lupa ucapanmu yang sebelumnya. Kau bilang itu satu kejahatan, itu artinya kau mengakui kejahatnmu yang lainnnya bukan? Apa kau tidak menyadarinya hal itu karena terlalu panik untuk menyangkal kesalahanmu? Sungguh, aku mengasihanimu, melihat kau malah secara tidak langsung mengakui kejahatanmu. Atau haruskah aku mengatakan aku bersyukur atas hal itu?”

“Tidak juga, aku mengakui segalanya kecuali yang satu itu.”

“…”

“Dan kau bilang saksi kan? Itu sungguh lelucon. Siapa saksi itu? Aku jelas di sergap sehari sebelum kejadian dan tiba-tiba dilemparkan ke pinggir jalan. Aku sudah memikirkan apa yang terjadi saat diculik, tapi tak kusangka akan begini jadinya. Tanpa diberitahu apapun, aku langsung diseret ke sini seolah aku sudah diputuskan bersalah. Dan lucunya itu terjadi di saat pesta kedewasaan yang mulia putri kedua, dimana banyak bangsawan hadir di ibukota. Apa dalang berniat mempermalukanku kira-kira?”

“Sungguh tidak sopan membawa-bawa yang mulia kedalam hal ini. Apa yang kau katakan hanyalah agrumen tak berdasar. Dan sudah jadi aturan persidangan jika saksi tidak wajib hadir selama dia sudah disumpah atas nama Dewi Satica dan di hadapan hakim dari kementrian hukum serta pendeta dari gereja serta minimal 10 orang bangsawan. Itu demi melindunginya dari kejadian yang tidak diiginkan. Kami juga tidak hanya menyeretmu kesini tentunya, sudah ada penyelidikan yang dilakukan sebelumnya.”

“Begitu, dia sudah di sumpahi kan? Bisakah aku memintamu melakukan hal yang sama?”

“Apa maksudmu? Apa kau mengatakan ia berbohong tentang hal itu? Bukankah itu tidakan yang sangat lancang, Tuan Mienz? Bahkan jika itu kau, jangan pikir kau bisa lolos setelah mengatakan hal semacam itu. Nama Dewi Satica itu Mutlak, berbohong menggunakan nama Sang Dewi, hanya orang keji yang melakukan tindakan itu dan jelas akan mendapat murka sang dewi.”

“Aku tau. Itulah kenapa aku memintamu melakukannya.”

Arriel langsung melototiku setelah itu. Kebisingan semain hiruk piruk di sampingku. Beberapa bahkan mulai meneriakiku, dan bahkan ada yang menyumpahiku dan mendoakanku mendapatkan murka dewi.

Tapi serius, ada apa dengan dunia ini? Baru saja kusadari setelah mendapatkan ingatan kehidupan sebelumnya bahwa, betapa absrudnya dunia ini. Entah karena Dunia ini ditulis oleh seorang manusia di bumi sehingga kebsurdnya sudah jelas, atau entah dunia ini memang absurd sejak awal, aku tidak tau. Bahkan aku masih bingung apakah dunia ini memang diciptakan berdasarkan novel di bumi oleh suatu entitas, atau kebalikannya.

Kepercayaan manusia pada Dewi Satica yang merupakan Dewi Hukum sangat mutlak. Aku yakin, sudah banyak orang yang berbohong dengan namanya tapi masih banyak yang sangat yakin seseorang berkata benar hanya dengan mengatakan ia telah bersumpah dengan namanya.

World Building di novel memang sudah tidak bisa kukomenatri lagi, tapi apakah akal sehat di novel masih mengikuti di dunia ini? Tapi berkat itu, aku sudah bisa melihat peluang untuk lolos dari ini. Masalahnya adalah, lalu apa setelah itu?

“Aku sama sekali tidak wajib melakukannya… Dan bukankah kaulah yang harusnya melakukan hal itu? Tidak, karena itu kau, jelas kau akan berbohong seolah sedang bernafas bukan?”

“Atas nama Dewi Satica aku Mienz Scheel bersumpah tidak pernah sekalipun mencoba membunuh Kienz yang ada di sampingku ini ataupun bergabung dengan rencana apapun yang melibatkan diriku dalam rencana pembunuhannya. Dan aku Bersumpah bahwa belatiku di curi tiga hari yang lalu bahkan aku diculik dan disekap.”

Semua sorak-sorai teriakan jadi diam setelah ucapanku. Sekitar 10 detik berlalu dengan keheningan, lalu aku menoleh ke atas

“Murka dewi tidak datang, sepertinya aku tidak berbohong.”

“Konyol, mana mungkin hal semacam itu bisa diterima.”

Adikku disampingku langsung meneriakiku, diikuti oleh bebagai orang disekelilingku. Aku tersenyum masam.

Beberapa bulan yang lalu mereka juga mencoba mencomoh sang karakter utama karena dia sebelumnya hanyalah orang biasa tapi memiliki kekuatan besar yang membuat mereka iri.

Sekarang mereka sudah mulai menjilatinya setelah dia dianugrahkan gelar pahlawan oleh Negara karena berbagai prestasinya dan bahkan dia dicalonkan sebagai suami dengan Putri Pertama, yang juga ada di calon tahta. Sudah bisa ditebak kemana arahnya….

Aku menhirup nafas dan mulai berbicara dengan cukup tegas

“Apa kalian menyangkal penilaian dewi? Bukankah kalian lah yang mengatakan dan menjunjung soal Murka Dewi? Sekarang aku masih baik-baik saja setelah bersumpah, dan jika kalian menyangkalnya itu sama dengan menyangkal penilaian dewi!”

Teriakan semakin besar dan kasar setelah ucapanku. Mereka tidak menjawab pertanyaanku sama sekali dan hanya berkilah dan semakin memakiku.

Arriel yang melihat situasi ini, mangangkat tangannya meminta mereka semua untuk diam.

“Tuan Mienz tolong jangan memprokasi yang lain dan mengatakan sesuatu yang keterlaluan. Murka dewi bukanlah hal yang bisa kau anggap permainan dan bisa kau katakan seenaknya. Dan juga murka dewi bukanlah sesuatu yang akan terjadi begitu saja. Kau bahkan tidak bisa mengetahui hal semacam itu, atau mungkin karena kau tau makanya kau berteriak seperti itu. Aku menanyai bukti penyangkalanmu atas bukti yang sudah ada. Tidak perlu mengatakan hal yang tidak relevan. Tidak bisakah kau mengakui saja kesalahanmu? Kami memberimu kesempatan untukmu bertobat tapi begini jadinya. Kupikir keputusan Nona Aname sebelumnya sudah tepat. Kau orang yang jelas sudah tidak ada harapannya lagi.”

Arriel menghela nafas seolah lelah dan kecewa dengan sikapku.

Asataga, wanita ini benar-benar menjijikan. Dia mengatakan hal baik semacam itu, padahal dialah yang menjebakku. Wanita ini memang akan melakukan hal semacam ini tanpa sepengetahuan Karakter Utama.

Dia di buat sebagai karakter yang menyingkirkan musuh-musuh karakter utama ‘dari balik bayang-bayang’.

Aku bahkan yakin kalau sang Raja dan beberapa bangsawan lain mengetahui hal ini, bahkan orang tuaku sekalipun. Mereka hanya ingin menyingkirkanku dari awal, khususnya orang tuaku.

Sebagai Keluarga Count yang bergengsi, aku dilahirkan dengan bakat sihir yang sangat rendah.

Kedua orang tuaku sangat berbakat dengan sihir sehingga dipertanyakan apakah aku memang anak mereka.

Ibuku bahkan difitnah selingkuh yang membuatnya dingin dan tidak pernah mau bicara denganku sepanjang ingatanku.

Ayahku tidak usah ditanyakan lagi. Bahkan dia hanya menilaiku sebagai benda yang mungkin ia bisa gunakan di masa depan, karena itu dia tidak langsung membuangku.

Dan adik perempuanku yang mengabaikanku dan membenci ketegangan dalam keluarga kami sehingga membuatnya stress dan diselamatkan oleh sang pangerannya, tentu saja karakter utama.

Dan setelah dia tau aku melecehkan Karakter utama dia langsung mencaci-makiku.

Aku merenung kembali dan memikirkan… Apa ada gunanya melawan disini?

Bahkan jika aku berhasil menyangkal ketidak bersalahanku lalu apa? Mereka jelas akan semakin ingin membungkamku dan berniat membunuhku. Dengan sifatku sebelumnya aku tidak punya sekutu sama sekali.

Ada beberapa orang yang bisa kuanggap teman, mereka adalah orang yang mau berteman denganku karena kami sesama sampah keluarga. Aku tidak ingin melibatkan mereka, dan aku pun ragu apakah mereka masih ingin terlibat denganku.

“Mengakui kesalahanku, heh.”

Aku tersenyum masam mendengarnya. Sudah kukatakan, kejahatanku paling buruk hanyalah penghinaan saja dengan karakter utama. Aku tidak pernah melakukan hal-hal aneh seperti mencoba menyakiti dia secara fisik, apalagi mencoba membunuhnya. Orang lain juga melakukannya. Bedanya aku yang paling semangat melakukannya

Di Akademi, ada banyak orang yang melcehkannya dan Arriel yang mengetahui hal ini di novelnya menjadikanku sebagai kambing hitam dan contoh.

Dia dengan santainya, menjebakku dan membuatku berakhir sebagai Budak Kriminal.

Baginya itu adalah keadilan. Dan jika itu demi sang Karakter Utama, itu bahkan menambah kepercayaan dirinya atas tindakannya. Wanita seperti itulah dia. Tapi meskipun begitu…

“Aku menolak. Sekali lagi kukatakan, aku menyangkal saksi itu dan bukti tersebut.”

Itu benar… Bahkan jika aku akan mati juga akhirnya nanti, setidaknya aku harus membalas wanita ini. Wanita yang sok pintar ini, aku benar-benar harus menyeretnya ke neraka bersamaku.

Aku menatap ke kiriku. Disana ada sosok Anna, tunanganku, atau lebih tepatnya mantan. Kami saling bertatapan, tapi tatapan itu seolah menunjukan kekecewaan.

Menyadari arah tatapanku, Karakter Utama langsung menutupi tubuh Anna dengan tubuhnya, seolah melindunginya.

Heh, Astaga.

“Aku sudah mengatakanya bukan. Kau harus-“

“Cukup!”

Tiba-tiba suara yang sangat tinggi dan berwibawa menggema keseluruh ruangan.

Arriel, menoleh kebelakang dan melihat Raja sendiri sudah berdiri dan berjalan kedepan.

Dia langsung menatap kearahku, dan berhenti tepat di samping Arriel.

Semua orang yang sempat berbicara di ruang itu langsung diam seketika. Aura yang di keluarkan sang raja seolah membungkam mereka.

“Mienz Scheel. Kejahatanmu sungguh menjijikan. Aku memberimu kesempatan, dan lihatlah ini. Tidak hanya menolak kejahatanmu, kau bahkan mencari-cari alasan dengan membawa-bawa putriku. Bahkan bersumpah palsu di hadapanku dengan nama Dewi Satica. Apa yang pantas kau dapatkan? Bahkan kematian merupakan berkah bagimu, sekali kuberikan kesempatan. Akui dosamu dan minta maaflah atas dosa-dosamu kepada pahlawan!”

Suara sang raja yang bergema keseluruh ruangan menekan gravitasiku. Seolah aku akan di hancurkan dan di paksa berbaring terlungkap kelantai.

Sungguh, menggunakan sihir untuk orang sepertiku, sebenci apa kau padaku, Raja.

Apa aku pernah berbuat salah padamu? Ah tidak apa mungkin kau berpikir hal yang sama dengan Arriel? Ah, tentu bukan.

Orang yang kau hina dulu sekarang menjadi pahlawan. Kau pasti takut jika tidak menyenangkannya, dia akan kabur ke Negara lain, itukah alasannya? Hm?

Mengkambing hitamkan diriku agar bangsawan merepotkan lainnya tidak akan menyentuh sang pahlawan, menjadikanku contoh untuk mereka.

Astaga, kau memang bijaksana.

Dulu ketika ini masih novel apa aku membaca adegan ini dengan pikiran seperti mereka? Apakah aku sangat senang dan menanggap itu memuaskan, saat karakter bangsawan bodoh yang mencoba melukai sang karakter utama dihukum bahkan jika itu tidak sepenuhnya adil? Hukumanku jelas seperti apa. Budak Kriminal.

Bangsawan yang dihukum sebagai budak kriminal karena menghina orang biasa yang menjadi Pahlawan dadakan.

Aku tersenyum masam. Jika aku melihat dari sudut orang ketiga atau sebagai pembaca novel yang melihat ini aku pasti akan sangat puas melihat Mienz Scheel si bangsawan bodoh di hukum sebagai budak karena sangat besar kepala saat menghina karakter utama. Ah, tidak. Aku tidak akan puas. Aku mungkin berkomentar jika Mienz haruslah dihukum dengan sangat menyiksa.

Aku benar-benar tidak tau karena ingatanku sebelumnya sudah becampur dengan diriku yang sekarang.

Namun… Yang jelas… Aku masih tidak akan membiarkan itu berakhir seperti ini.

Karena itu, meskipun ini terlihat sia-sia, aku akan membalas mereka bahkan jika itu hanyalah lemparan kerikil.

Seperti yang kukatakan, aku sudah jelas bisa keluar dari sini. Aku hanya menunda-nunda untuk memikirkan apa yang akan kulakukan selanjutnya, tapi aku menyerah.

Sayangnya aku harus puas dengan menyeret Arriel saja.





World Building di dunia ini sangat buruk. Karena itu ada banyak plot hole dalam adegan penghakiman Mienz Scheel di novel. Dia mempunyai banyak cara untuk keluar dari kondisinya, tapi itu tidak pernah dia lakukan.

Hal ini bahkan, menjadi salah satu plot hole terbesar dalam novelnya.

Banyak pembaca yang memperdebatkan Bagian ini dalam novel, dan tentu saja beberapa fans harus puas dengan alasan.

‘Karena dia Bangsawan Bodoh’

Karena Mienz tidak menyadarinya, Karena Mienz Sangat Bodoh, Karena Mienz sepertinya memang tidak mampu melakukan itu dan hal-hal lainnya.

Tapi itu berbeda. Sekarang aku sudah menyadari plot hole tersebut. Dan terima kasih untuk itu penulis, aku sekarang bisa menyeret Arriel.

Aku menatap langsung kearah Raja dan tersenyum.

Raja hanya melototi diriku, dan Arriel terlihat cemas.

Apa kau bingung? Apakah kau khawatir jika aku menyadari hal itu?

Mienz mungkin tidak menyadarinya, dan bahkan jika dia menyadarinya, dengan sifatnya yang membanggakan diri dan keegoisannya, tidak mungkin dia melakukannya.

Mungkin itulah yang di pikirkan Arriel. Tapi, maaf mengecewakanmu. Aku sendiri juga kecewa dengan cara keluar yang terlihat seperti plot armor ini. Tolong salahkan penulis yang menciptakan hal itu.



Maaf, ini perpisahan. Meskipun kita tidak pernah bicara, tapi aku bersyukur karena kau sudah menemaniku selama ini. Jika ada kesempatan, semoga kita bisa bertemu dimasa depan, dan berbicara banyak hal bersama.



Dia tidak bisa bicara, dia tidak bisa dilihat, tapi meskipun begitu dia ada. Sesuatu yang sudah menemaniku sejak aku lahir, sesuatu yang selalu membelaiku dengan lembut ketika aku menggunakannya.

Sesuatu yang kuanggap hanya imajinasi gilaku, tapi aku selalu mencoba percaya dia ada. Dan sekarang kami akan berpisah. Ada rasa sakit di dadaku, tapi aku mencoba mengabaikannya.



“Jiwaku adalah jantungku, lambangku adalah angin. Diantara berbagai bintang ia dinamai Scheel. Mienz adalah namanya, dan timbangan yang dimintanya. Atas nama Mienz Scheel akan kupersembahkan lambangku. Wahai Linka yang agung, terimalah persembahanku.”

Aula langsung gempar seketika. Sebuah cahaya langsung turun menembus atap dan sosok pria tanpa wajah yang mengenakan jubah berkerudung menutupi rambutnya memgang timbangan ditangannya.

Ia muncul dari kumpulan cahaya yang turun tadi. Sosok itu adalah malaikat agung, Linka yang Memegang Timbangan.

“Ka-Kau….”

Ayahku yang sebelumnya hanya melihatku dengan tidak niat melototiku dengan kaget.

Tidak hanya dia, hampir semua orang melihatku dengan tidak percaya.

Arriel, yang ada di dekat raja langsung berwajah pucat, dan raja disana hanya menatap tajam ke arahku. Beberapa ksatria mencoba menyerangku tapi di hentikan Raja.

Nah… Sekarang ini mungkin akan memuakkan tapi dengan kehadiran Linka, si pembawa plot armor, ah bukan, Timbangan, aku yakin semua orang sudah paham kemana ini mengarah.

Di Dunia ini, ada sistem yang disebut “Sumpah Dewi”. Itu sudah terjadi sebelumnya. Jika seseorang bersumpah atas nama demi, mereka akan dapat melakukan persembahan lambang mereka untuk memanggil Linka.

Ya, lambang. Lambang adalah simbol yang ada dalam tubuh setiap orang yang menggunakan sihir, dan siapapun yang mempersembahkan lambangnya kepada Linka, tidak akan dapat menggunakan sihir lagi.

Untuk apa memanggilnya?

Karena Linka akan menjawab satu perntanyaan dan itu adalah kebenaran mutlak dalam sistemnya.

Hal yang paling lucu adalah, ini menjadi salah satu pertanyaan, kenapa Mienz di novel tidak pernah menggunakannya?

Sebenarnya aku sudah tau jawabannya. Dan ternyata semua jawaban di forum diskusi salah semua, dan aku yakin tidak ada pembaca yang bisa menebaknya, kupikir.



Mienz menyayangi lambangnya. Bukan karena dia menyombongkannya, tapi memang menyayanginya.



Ini adalah cerita dimasa lalu. Sejak kecil, aku sangat payah dalam sihir. Satu-satunya sihir yang bisa kugunakan adalah angin, dan angin itu hanya angin kecil yang keluar dari tubuhku dan membelai kepalaku.

Orang tuaku yang tau aku tidak punya bakat sihir tidak pernah mempedulikanku.

Di umurku yang kelimalah aku sepenuhnya menyadari kalau aku tidak pernah diharapkan dalam keluargaku.

Aku terus berlatih sihir payahku tapi sihirku tidak pernah meingkat. Setiap kali aku mengaktifkan sihir, yang keluar hanyalah angin sepoi-sepoi yang terus membelai kepalaku.

Aku terus menerus melatih sihirku sampai sihirku habis. Aku melakukannya terus hingga usiaku mencapai sepuluh tahun dan yang terjadi hanya belaian kepala.

Karena itulah aku, Mienz, sempat bepikiran, apa sihirku ini hidup atau sesuatu? Sihir tidak punya pikiran, itu mutlak, jadi aku langsung menepis pemikiran itu.

Tapi tidak peduli seperti apa, aku yang sangat menginginkan kasih sayang orang tuaku mulai mengaggap sihirku sendiri sebagai orang tuaku. Setiap kali aku sedih, aku akan menggunakan sihirku sendiri untuk memuaskanku sendiri.

Seungguh menyedihkan.

Dan karena itulah, Mienz di novel tidak sudi menyerahkan lambangnya. Dan nampaknya, meskipun ini cuman tebakan, Orang tua ku tampaknya tau, dan Arriel pun sepertinya menyadarinya.

Kenapa mereka bisa tau?

Hahah.. Sudahlah….

Dengan pengetahuan itu, Mienz menjadi kambing hitam yang baik di Novel karena dia tidak akan memanggil Linka, dan mereka bisa memiliki bangsawan tinggi sebagai contoh untuk menjauhkan bangsawan lainnya yang ingin mencari masalah dengan pahlawan.

Nah, itu hanya hipotesisku.



“Sekarang, kira-kira apa yang harus ku tanyakan.”

Aku tersenyum lebar dalam hati.

Tak ada satupun dari mereka yang menjebakku akan mengira aku akan memanggil Linka. Itu hanyalah hipotesis, tapi apapun itu….

“Tu-Tungg… Apa itu benar-benar Linka yang Memegang Timbangan, sang Malaikat Agung? Jangan langsung percaya, masih dimungkinkan itu hanyalah tipu muslihatnya.”

“DIAM!”

Raja yang melihat Arriel mulai meracau, langsung membungkamnya. Tampaknya Raja mulai menyadari betapa gawatnya situasi ini.

Jelas, tindakannya barusan malah hanya melempar lumpur kearahnya sendiri.

Tidak peduli apa, Linka yang ini asli. Tidak mungkin itu tiruan.

Hanya melihatnya saja sudah cukup menjadi bukti, dan menyangkalnya malah membuatmu mencurigakan.

Para hadirin juga langsung histeris, turunnya Linka sangat jarang, bahkan di Kerajaan Suci.

Itu karena Pengorbanan Lambang milik pemanggil membuat banyak orang tidak sudi memanggilnya.

Dan lagi…

“Hanya ada satu pertanyaan yang bisa di tanyakan, Dan itu harus dari si pemanggil, dan pertanyaan itu hanya bisa dijawab dengan ya atau tidak. Jika pertanyaannya ambigu Linka yang Membawa Timbangan tidak akan menjawabnya dan itu masih di hitung sebagai pertanyaan lalu ia akan langsung menghilang. Ditambah, pertanyaan juga hanya seusatu yang berhubungan dengan pemanggil atau pertanyaannya akan tidak valid juga.”





Aku mencoba menjelaskan ulang pada hadirin disana, siapa tau ada yang tidak tau soal Linka, karena kelangkaannya. Linka biasanya hanya muncul saat seseorang dipaksa dengan kejahatan tidak adil, seperti situasiku saat ini. Dan syarat lainnya juga sumpah dewi, meskipun itu hal sepele dimataku.

Hadirin disana yang mendenagarku mulai ikut menyadari situasi ini. Mereka langsung bergantian menatapku dan Arriel. Tapi ada beberapa orang yang berbisik sambil melihat Raja.

Nah… aku bisa menebak apa yang mereka pikirkan.

“Tepat sekali. Malaikat Agung Linka akan menjawab pertanyaan pemanggil. Dalam kasus Mienz Scheel, kau bisa bertanya apakah kau terlibat dalam kejahatan percobaan pembunuhan tuan Keinz atau pertanyaan lainnya seperti….”

Aku tersenyum melihat salah satu bangsawan di kananku.

Ah…. Aku ingat dia… Dia Pemimpin Fraksi Aristokrat bukan? Apa ia sadar?

Jika aku bertanya, apakah Raja terlibat dalam skema untuk menjebaku dalam kejahatan percobaan pembunuhan Keinz, kira-kira apa yang terjadi?

Itu jelas akan sangat kacau bukan.

Sejak awal, tindakan untuk menjebak bangsawan besar lain dalam kejahatan hampir tidak pernah terjadi. Apa lagi sampai dibuat persidangan dengan banyak saksi seperti ini.

Lalu kenapa ini terjadi? Itulah yang membuat hampir semua pembaca Novel ini di Bumi frustasi. Beberapa mengejek Mienz karena tidak melakukan ini, dan beberapa berkata kalau penulis memaksa kehendaknya.

Nah, masalahnya adalah kenyataan saat ini.

Kenapa Arriel sangat percaya diri untuk menjebakku dan percaya aku tidak akan memanggil Linka? Apakah Raja memang terlibat? Melihat dari ekspresinya, aku tidak bisa yakin seratus persen, tapi aku mengira mungkin ia terlibat.

Sejujurnya itu masih menggangguku, karena kepercayaan diri itu sangat tidak masuk akal bagi akal sehatku, baik aku sebagai Mienz, atau diriku dibumi.

Bisik-bisik mulai menyebar, dan suara bisikan jelas sangat terdengar olehku. Beberapa dari mereka ada yang menanyakan Soal Linka, ada yang menanyakan apa yang akan terjadi, dan beberapa bahkan melototi Raja dan Arriel.

Nah itu adalah Fraksi dari Aristokrat yang memang bermusuhan dengan mereka.

Jika Raja memang terlibat dalam hal ini maka jelas tindakkannya akan memukul Fraksi Royalis khususnya sang Raja sendiri.

Menjebak seorang Bangsawan, tindakan itu jelas sangat tidak terpuji. Kritik akan langsung menikam dirinya, dan kasus terburuk dia akan dipaksa mundur dari tahtanya.

Raja melihat kearahku dengan tatapan tajam seolah ingin membunuhku.

Ah, Tolong jangan melihatku seperti itu, sekarang aku semakin yakin kau terlibat tau?

Apa yang harus kulakukan?

Aku mulai merenung, memikirkan pertanyaanku.

Aku sudah puas dengan pertanyaan soal apakah Arriel menjebakku, tapi sekarang aku mulai ingin menyeret Raja. Ada juga soal ayahku jadi haruskah aku membawa nama mereka bertiga?.

Tidak…. Jika salah satu dari mereka tidak terlibat, maka jawabannya akan langsung tidak karena aku menanyainya dalam satu pertanyaan.

Sejujurnya aku ingin menanyai Saksi tersebut untuk meyakinkanku seratus persen keterlibatan Arriel. Tapi seperti yang diperkirakan, itu tidak mungkin.

Pilihan paling amannya adalah menanyakan ketidakbersalahanku. Aku tidak bersalah, jadi itu sudah pasti membuatku bebas.

Tapi aku tidak puas.

Aku melihat sekeliling, aku bisa melihat mereka menatapku dengan bebrbagai pikiran di kepala mereka, ada juga yang menatapku dengan cemas, dan tentunya yang melototiku dengan nafsu membunuh.



Aku tersenyum lalu membuka mulutku.

Tapi sebelum aku sempat bicara, Perdana Mentri yang dari tadi diam saja langsung menyelaku.

“Tolong tunggu sebentar!”

Pandangan semua orang laungsung mengarah ke sosok dibelakang Raja. Perdana mentri melangkah kedepan den berkata.

“Mohon maaf telah menyela, tapi tolong dengarkan perkataanku terlebih dahulu.”

“Robert. Apa yang ingin kau katakan?”

Bukannya aku yang disela, tapi malah Raja yang member izin.

Mengangguk atas persetujuan Raja, Perdana Mentri langsung mengarahkan pandangan kearahku.

“Kejadian ini semakin kacau yang mulia, menurutku kita harus menunda hal ini dan melanjutkan ke persidangan yang sesunguhnya.”

Apa katamu….

Semua orang langsung terkejut dengan ucapan perdana mentri.

Persidangan yang sesungguhnya katanya. Lalu apa ini?

“Bisakah kau menjelaskan lebih rinci?.”

“Bukti kejahatan Tuan Mienz sangatlah kurang. Sepertinya kita harus menundanya dan melanjutkannya di persidangan lain.”

“Kekurangan bukti katamu. Bukankah Nona Arriel sudah memberikan bukti yang sudah jelas. Apa lagi yang kurang?”

Raja langsung membatah dan keberatan.

Jelas itu akting.

“Kami baru saja mendapat laporan, ternyata belati yang digunakan dalam kasus ini memang dicuri. Dan saksi dalam kasus ini ternyata juga bersekongkol. Sepertinya kasus ini lebih rumit dari yang kita kira.”

“APA KATAMU! SIAPA YANG MELAKUKAN HAL ITU?”



Raja langsung berteriak. Kebisingan di aula lebih ribut lagi. Sekarang kondisinya sudah semakin kemana-mana.

Aku hanya menghela nafas kesal karena mereka seolah sudah melupakanku.

Apa mereka pikir aku idiot? Aku bisa melihat kemana ini mengarah.

“Kami masih menyelidikinya Yang Mulia. Karena itulah, aku meminta ini ditunda sampai ada bukti yang lebih pasti.”

“Begitu. Kau ada benarnya.”

“Benar sekali. Kalau begitu-“

“Tolong tunggu sebentar.”

Yang menyela bukan aku tentunya. Tapi Bangsawan yang berbicara denganku sebelumnya. Sebenarnya jika ia tidak menyela aku akan langsung menyela menggantikannya.

“Duke Kelberg.”

Wajah Perdana mentri langsung masam.

“Perdana Mentri, aku tidak bisa menerima proposalmu.”

“Duke Kelberg, apa yang kau bicarakan? Apa kau ingin melanjutkan persidangan yang cacat ini?”

“Cacat? Dimana cacatnya? Kau memanggil kami kesini dan seakrang kau ingin memulangkan kami tanpa menjelaskan kepada kami apapun. Apa itu sikapmu sebagai perdana mentri?”

“Bukankah aku sudah menjelaskannya? Belati-“

“Sudah cukup dengan penjelasanmu yang itu. Aku tidak tuli, aku juga mendengarnya. Apa yang kuatanyakan adalah apa yang membuatmu berpikir persidangan ini cacat? Jika hanya itu bukankah itulah alasan Mienz Scheel memanggil Malaikat Agung Linka? Untuk menutupi cacat itu?”

“Benar apa yang diakatakan Duke Kelberg, Tuan Mienz sudah memangil Malaikat Agung Linka. Terlepas itu cacat atau tidak, bukankah wajar untuk menggunakan kesempatan ini? Atau apa? Apakah kau meminta Tuan Mienz untuk tidak menggunakan Malaikat Agung yang sudah ia panggil dengan mengorbankan Lambangnya? Itu tidak masuk akal.”

Suara keluhan pun mulai bermunculan satu persatu dari hadirin. Dan tentunya suara pembelaan dari pihak yang membela perdana mentri juga muncul.

Di antara perdebatan mereka, ada ayahku yang hanya diam saja dan melihat kearahku. Ekspresinya tampak masam, sementara adikku tentunya ikut membela perdana mentri.

Apa dia terlibat juga?

Entahlah, aku sudah tidak peduli.

Raja mengangkat tangannya. Dan semua orang yang ribut tadi langsung diam.

Perdana mentri membuka suaranya untuk berbicara.

“Tolong jangan ribut. Jangan membuat situasi ini semakin kacau. Duke Kelberg, dan yang lainnya. Aku mengerti ada beberapa dari kalian yang keberatan. Dan tentu saja, tidak baik mengabaikan Linka yang Membawa Timbangan yang sudah dipanggil oleh Tuan Mienz. Namun ini kondisi yang berbeda. Ada hal yang jelas harus didiskusikan bersama agar tidak ada pihak yang tidak bersalah harus diseret.”

“Perdana mentri, kau terlalu terbelit-belit. Aku tidak mengerti maksudmu. Jelaskanlah langsung ke intinya. Jangan sampai kami semua disini salah memahami maksudmu yang malah makin membuat keributan semakin besar.”

Salah satu bangsawan dekat Pemimipin Fraksi Aristokrasi memasang ekspresi heran terhadap penjelasan Perdana mentri.

Nah, mereka terpojok. Jelas mereka hanya mengatakan hal-hal sulit agar terlihat masih mengendalikan situasi.

Tingkah mereka yang seperti ini sangat sering muncul di novel.

Aku kadang sering kebingungan dengan sifat mereka yang aku sendiri tidak bisa menjelaskan, tapi aku tau mereka akan mengatakan hal-hal seenaknnya begini seolah itu wajar.

“Langsung saja ke intinya ya. Baik, apa yang aku ingin sampaikan adalah, pertanyaan untuk Linka yang Membawa Timbangan haruslah diputuskan bersama. Aku mohon maaf, ini mungkin sangat keterlaluan, tapi tidak sepantasnya kita menyerahkan sepenuhnya kepada Tuan Mienz. Ada orang yang mencoba menjebaknya, dan mungkin saja orang itu disini. Bukankah wajar memikirkan jika orang tersebut sudah mengarahkan situasi semacam ini dengan sengaja? Kita harus memutuskan pertanyaannya bersama alih-alih menyerahkannya kepada Tuan Mienz. Aku tidak tau apa yang akan ditanyakannya. Tapi akan sangat merepotkan jika ia menanyakan sesuatu yang malah makin membuat runyam masalah ini.”

Astaga, aneh bagiku mengatakan ini. Tapi seperti inilah bangsawan. Mereka mengatakan hal-hal absurd begini dengan percaya diri.

Kembalinya ingatan masa laluku semakin membuatku menyadari, betapa boboroknya pola pikir kami.

“Bukankah sangat arogan mengatakan hal tersebut bahkan tanpa meminta pendapat Mienz Scheel? Atau apa? Apa mungkin kau sendiri takut sesuatu akan menarik permadani di kaki kalian Perdana Mentri? Makanya kau mencoba membungkam Tuan Mienz disini?”

“Duke Kelberg. Aku sudah katakan, tolong jangan mengatakan sesuatu yang akan membuat kericuhan seperti itu. Aku yang kucoba lakukan justru agar Tuan Mienz tidak dimanfaatkan oleh skema yang memanfaatkannya ini. Sekali lagi kukatakan, ada orang yang mencoba menjebak Tuan Mienz dan bahkan pemanggilan Linka yang Membawa Timbangan terjadi. Aku merasa ini termasuk rencana dalang untuk membuat kekacauan. Karena itulah kita harus memikirkan pertanyaan itu bersama agar hasilnya tidak akan kita sesali. Apakah salah memikirkan hal itu? Ini demi semua orang.”

Perdana Mentri merengut seolah menyesal karena telah difitnah oleh Duke Kelberg.

“Itu jelas arogan. Pertanyaan Malaikat Agung Linka jelas hak dari sang pemanggil. Memintanya untuk menyerahkan pertanyaan itu kepada orang lain seolah kau tidak menghargai pengorbanan Tuan Mienz. Apa kau pikir lambangnya tidak berharga sama sekali, Perdana Mentri?!.”

“Jangan kau anggap enteng tindakan Tuan Mienz ini. Tidak semua bangsawan rela mengorbankan Lambangnya, ini menunjukan betapa seriusnya keputusannya.”

“Lagipula bukankah semua ini karena ketidakbecusan kalian karena situasi ini terjadi? Jangan pernah berpikir kalian bisa lolos setelah membuat anak tidak bersalah harus mengorbankan lambangnya.”

“Aku sudah memikirkan ada yang aneh, mereka langsung bertingkah seolah mereka melindungi Tuan Mienz padahal merekalah yang menyebabkan situasi ini terjadi. Apa mereka mencoba bertindak tidak bersalah sama sekali?”

“Bukankah Nona Arriel dari Rumah Nakatania yang membuka kasus ini sejak awal? Seharusnya mereka melakukan penyelidikan lebih panjang tapi penyelidikan bahkan tidak sampai seminggu. Aku mulai curiga ini skema dari Rumah Nakatania untuk melemahkan Rumah Scheel dan menjilat pahlawan.”

Berbagai spekulasi mulai bermunculan dan keributan terjadi lagi. Setiap kali tuduhan dari Fraksi Arstokrasi melayang ada bantahan keras dari Fraksi Royalis. Mereka terus berdebat, dan sekarang malah mulai menyerang rumah-rumah dari fraksi bersebrangan yang sebenarnya tidak ada hubungannya dengan kasus ini.

Sebenarnya masih ada kelompok Netral yang dari tadi diam saja. Aku sudah mengamati mereka dari awal tapi mereka tampaknya mereka tidak melakukan tindakan khusus. Mereka hanya melihat perdebatan ini seolah ini tontonan menarik.






Mereka masih berdebat dengan topik yang sudah keluar dari kasus ini.

Perdana Mentri mencoba menengahi tapi tidak ditanggapi, Raja yang melihat ini langsung mengeluarkan wajah masam.

Dia tampaknya sadar tidak baik menghentikan perdebatan mereka saat masih panas begini.

Ada juga para putri dan pangeran yang cemas melihat ini. Beberapa diantara mereka melihat Arriel yang masih terdiam dengan wajah pucat. Beberapa di antaranya ada yang melihatku dengan kesal.

Tampaknya mereka menyalahkanku karena menyebabkan kodisi seperti ini terjadi, tanpa mempedulikan pendapatku sama sekali.

Aku melihat kearah Anna, tunanganku yang masih tertutupi oleh tubuh Karakter Utama.



Anna…

Aku mencoba memanggil namanya, tapi hanya keluar dari pikiranku.

Ada perasaan rumit pahit yang kumiliki sekarang, khususnya setalah ingatan masa laluku terbangun.

Aku dan Anna adalah teman masa kecil, tunangan, dan tentu saja aku sangat mencintainya.

Tindakanku yang sangat agresif sangat menjijikan di novel, tapi secara jujur aku melakukan itu karena aku sama sekali tidak rela melepaskannya.

Pertemuan pertama kali kami saat aku sudah berumur 11 tahun. Waktu itu aku sudah menyerah dengan sihir dan sudah tidak melatihnya lagi. Aku menghabiskan waktuku ditaman dengan beberapa buku untuk dibaca.

Waktu itu aku tidak sengaja bertemu dengannya yang mengunjungi rumah kami bersama ayahnya. Dia tampaknya terpisah dari ayahnya dan tersesat. Aku yang menyadari hal itu menawarkan bantuan dan mengantarkannya kembali ke ayahnya.

Anna adalah gadis yang pemalu dan pendiam. Dengan sifatku ini, kami bisa berteman dengan baik.

Dia berasal dari keluarga Viscount. Dan ayahnya yang menyadari putrinya yang dekat dengan putra Count menyambut baik hal ini. Bahkan meskipun aku tidak kompeten dengan sihir, aku masilah Putra Seorang Count.

Ayahku sendiri hanya menganggapku sebagai benda yang bisa dipakainya.

Dia tentunya akan menyambut baik, memikirkan aku yang dipikirannya akan tidak berguna baginya, setidaknya mampu digunakan untuk megikatkan hubungan dengan bangsawan lain, meskpiun itu hanya Viscount.

Rumah kami tampaknya akan diwariskan oleh Kakak Perempuanku, yang orangnya tidak ada disini. Meskipun jarang, perempuan masih bisa mewarisi rumah dengan keadaan tertentu. Dan aku diputuskan ditunangkan ke Rumah Anna.

Karena itu, Anna yang sering main kerumah kami membuatku semakin bahagia menyadari setidaknya ada yang peduli denganku.

Kami sering melakukan hal-hal bersama yang membuatku semakin terikat dengannya.

Anna sangat mengagumi ksatria. Hal ini menyadari pemicu bagi Mienz, diriku yang nantinya mendaftarkan diriku ke Akadaemi untuk menjadi Ksatria.

Aku yang awalnya berlatih sihir waktu kecil, mengganti pelatihanku menjadi pedang.

Orang tuaku tidak akan sudi, mengeluarkan uang untuk memberikan instruktur pedang untukku, dan aku juga tidak mau menyeret prajurit di rumah kami untuk melatihku, jadi aku melatih pedangku sendiri dengan bermodalkan buku dan pedang berkualitas buruk yang kubeli dengan sedikit uang yang diberikan kepadaku.

Aku berlatih seperti orang gila, bahkan aku tidak tau apakah pelatihanku benar atau salah.

Beberapa pembantu dirumah kami mulai menggosipkanku, tapi aku tidak mempedulikannya. Demi Anna aku melakukan pelatihan demi menjadi ksatrianya.

Meskipun hanya pelatihan sendiri, Meskipun tidak memuaskan, setidaknya aku bisa lolos ujian masuk ke Akademi lewat test. Aku bisa saja masuk tanpa test, tapi uang yang diberikan untuk biaya masuk kusimpan sendiri. Itu untuk kebutuhan masa depanku, kipikir saat itu.

Dan mulailah kehidupan Akademi kami. Aku dan Anna menghandiri Akademi bersama dan bahkan kelas yang sama. Kami sering bersama baik di kelas maupun saat diluar pelajaran.

Dan saat itulah aku menyadari.

Anna sedang dekat dengan lelaki lain.

Dia tersenyum.

Tersenyum sangat lebar dan bahagia, sesuatu yang tidak pernah kulihat sendiri sebelumnya.

Aku marah, dan mulailah pelecehanku terhadap Karakter Utama, dan membuat hubungan kami semakin menjauh.

Ada sesuatu yang membuatku sakit saat memikirkannya.

Aku terus melecehkan Karakter Utama, bertindak kasar pada Anna, dan bahkan dengan egois memaksakan kehendakku padanya. Aku bahkan sering mengumpat dihadapannya. Sebesar itulah kemarahanku.

Memikirkannya lagi, aku memang bodoh.

Tidak heran Anna akan lari dariku.

Bahkan aku membuat kesalahan fatal.

Sesuatu yang Mienz di novel tidak akan menyadari hal itu sampai akhir hayatnya. Sesuatu yang hanya disadari mereka yang membaca novelnya.

Alasan, kenapa Anna menjauh dari Mienz?

Apa itu hanya karena sifat sombong dan pemarahnya?

Aku menyadarinya sekarang. Menyadari hal itu semakin membuatku mengutuk kebodohanku.

Aku dari dulu tidak pernah memahami Anna. Aku hanya menilai dia sebagai orang yang akan menyembuhkanku, maka dari itu aku tidak menyadari rasa sakit yang dia alami.

Konyol rasanya, meskipun kami sudah berteman lama tapi aku tidak menyadari hal itu sama sekali.

Jelas hal itu membuatku menjadi sampah yang pantas ditinggalkan.

Dia memiliki sesuatu yang disembunyikan dari orang lain. Perasaan bersalahnya yang menimpa tragedi bagi ibu dan saudaranya.

Di novel dikisahkan kekuatan sihir Anna lepas kendali waktu kecil, dan itu menyebabkan ibu dan kakak kandungnya meninggal.

Ini memicu trauma bagi dirinya sehingga ia tidak pernah berani menggunakan sihirnya lagi.

Trauma itu masih terbawa, bahkan saat kami bersama aku sama sekali tidak menyadarinya.

Dia masih bisa terenyum kecil dan manis saat kami saling bercanda, maka dari itu aku tidak menyadari sama sekali, rasa sakit di hatinya.

Aku dengan bodohnya terus tertawa dan bahagia, tapi aku sama sekali tidak mengajak Anna dalam kebahagianku.

Hal itu terjadi saat latihan lapangan ke dungeon.

Tentu plot ini pasti muncul di Novel fantasy yang memiliki unsur Akademi.

Peristiwa yang mengubah takdir mereka.

Aku mencoba mengingatnya lagi, dan langsung menggelang kepala

Tidak.

Aku mencoba mengenyahkan pikiran itu.

Hanya dengan memikirkan kejadian itu membuatku sangat sesak.





Aku menatap ke sekelilingku, perdebatan masih terjadi.

Aku lagi-lagi tersenyum masam. Sekarang aku hampir yakin seratus persen keterlibatan Raja dan Arriel.

Aku melihat kearah Linka.

Linka tidak mempunyai wajah, jadi sulit menebak ekspresinya.

Disaat aku menatap wajahnya, aku menyadari suara perdebatan semakin menipis.

Itu karena Raja telah mengangkat tangannya.

Itu adalah tanda kalau dia sudah memutuskan keputusannya.

Keputusannya mutlak, namun jelas itu tidak menjamin kepuasan orang lain.

Hal yang berbeda tentu berlaku untukku. Jika Raja memaksakan pertanyaan untuk kuajukan, aku tetap bisa menolak dengan Hak-ku sebagai orang yang memanggil Linka. Bahkan jika itu terdengar tidak sopan, Hak dari Malaikat Agung tetaplah lebih tinggi dari sang Raja.

Menyangkalnya hanya akan merugikannya sendiri.

“Sekarang perdebatannya sudah melenceng jauh. Jika kalian ingin berdebat soal kepentingan kalian sendiri, lakukanlah ditempat lain. Ini adalah persidangan untuk Mienz Scheel.”

Raja mencoba mengintimidasi sekitar, membuat udara di sekitar jadi tegang. Lalu ia menoleh kearahku.

“Sebelum itu aku ingin mengkonfirmasi sesuatu. Mienz Scheel, kau mengaatakan kau mengakui segala tuntutan kejahatan yang diarahkan kepadamu, kecuali percobaan pembunuhan kan? Karena itu kau mencoba memanggil Linka yang Membawa Timbangan. Apa itu benar?”

“Itu benar, Yang Mulia.”

“Begitu. Jadi kau seharusnya juga sadar, tak peduli apa, bahkan jika kau dinyatakan tidak bersalah atas tuntutanmu itu, kau masih dinyatakan bersalah bukan? Kejahatanmu yang lain juga tidak ringan tau?”

Raja tersenyum saat ia mengatakan itu.

Apa ia mencoba mengancamku? Itu tidak berguna.

Mungkin dia masih berpikir aku masih orang yang sama dengan yang dulu. Yang tidak akan sudi mengakui kesalahanku.

Tidak mungkin Mienz Scheel, si bangsawan sombong akan membungkuk ke rakyat jelata. Itu adalah hal yang selalu dia ukir dalam hatinya di novel.

Tapi semuanya berbeda.

“Seperti yang mulia katakan. Aku sepenuhnya menyadari hal itu.”



Raja terdiam atas responku. Bukan hanya dia, semua orang juga terkejut.

Responku ini memang membuat mereka jelas tidak mengiranya.

Bahkan keluargaku menyiritkan keningnya atas responku.

“Mienz Scheel. Apa kau paham apa yang kau katakan? Hukumanmu bukanlah hal seperti kurungan beberapa bulan, kau tau? Kebangsawananmu akan dicabut, dan lebih buruknya kau akan di cekal mengunjungi Ibukota kerajaan. Apa kau masih bisa mengatakan kau memahaminya saat kau mendengar itu?!”

Itu murah. Aku sudah menduga tidak akan dihukum mati, tapi tanpa kurungan apapun itu jelas menandakan mereka merencanakan akan menyingkirkanku. Mereka akan kesulitan melakukannya jika aku dipenjara.

“Aku sudah menyadarinya Yang Mulia. Aku sudah mengakui kesalahaku.”

Aku menjawabnya lagi. Semua orang menahan nafas dengan responku.

Mienz Scheel dimata mereka ini tidak akan mengatakan hal-hal semacam ini.

Mereka mungkin berpikir, apakah aku ini peniru atau semacamnya?

“Cih, apa kau mencoba berlagak baik sekarang? Apa kau mengerti apa yang kau lakukan? Jangan berpikir akan ada yang bersimpati padamu!”

Adikku langsung meneriakiku.

Tampaknya, responku malah membuatnya semakin membenciku. Bisa dilihat dari matanya yang terus melototiku.

Di novel, Adikku tidak hanya membenciku, tapi keluarga kami juga. Dimatanya, aku hanya kerikil yang bahkan tidak pantas ia lihat, namun ketika menyangkut karakter utama dia akan langsung bersikap begini.

Respon paling baik adalah mengabaikannya.

“Tidak, kusangka kau akan merespon begini. Kalau saja kau begini dari awal, hal semacam ini tidak akan terjadi. Aku malu memikirkannya, tapi seperti yang dikatakan adikmu tadi. Simpati tidak akan kau dapatkan. Kau bodoh jika memikirkan akan mendapatkan hal itu.”

Raja melihatku dengan sinis.

Aku tersenyum padahnya



“Kau benar sekali yang mulia. Aku hanyalah orang bodoh. Aku orang bodoh yang marah karena tunaganku dekat dengan lelaki lain. Aku orang bodoh yang membuat malu tunaganku sendiri didepan banyak orang. Aku orang bodoh yang melecehkan orang lain hanya karena dia mendekati tunanganku…”

Semua orang terdiam mendengar kata-kata penuh sarkasmeku.

“Tapi…”

“Aku masihlah seoarang bangsawan. Aku juga seorang lelaki. Aku masih punya harga diri. Jika kalian berkata tindakanku bodoh, maka itu bukanlah yang harus dipermasalahkan lagi. Tak mungkin aku membiarkan rakyat jelata mencuri kekasihku.”

“CUKUP! Tuan Kinez sekarang adalah pahlawan. Kau berani sekali menyebut hal semcam itu didepanku!”

“Apa Rakyat Jelata adalah kata penghinaan, Yang Mulia?!”

Raja melototiku, dan aku membalas melototinya. Tidak perlu menahan diri lagi sekarang.

“KAU…..”

Raja berniat berjalan kearahku, tapi ditahan oleh perdana mentri.

Raja ini sangat mudah di provokasi bukan?

“Aku tidak peduli lagi apa yang kalian pikirkan, tapi biar kukatakan satu hal. Aku tidak berniat untuk menyerahkan hak untuk bertanya kepada Linka yang Membawa Timbangan.”

“Tolong jangan terburu-buru Tuan Mienz. Bukankah sudah kukatakan sebelumnya? Pertanyaan acakmu mungkin menimbulkan kekacauan nantinya. Kau mengatakan harga diri seorang bangsawan. Tapi, bukankah sekarang kau harusnya menunjukannya? Atau itu mungkin hanya omonganmu belaka?”

“Kau bahkan tidak menanyai pertanyaan seperti apa yang kuajukan Perdana Mentri. Dan juga, langsung saja. Aku tidak mempercayaimu. Mana mungkin aku percaya dengan orang yang menyeretku kedalam situasi ini sejak awal.”

“Tepat seperti yang dikatakan Mienz Scheel. Perdana mentri, kau tidak bisa dipercaya. Sama halnya dengan Nona Arriel. Jangan lupa, dialah yang membuat situasi ini terjadi.”

Mendengar namanyanya disebut, Arriel langsung tersentak. Dia menoleh, kemana-mana seolah kebingungan.

Itu juga mengejutkanku, aku jarang sekali melihat sikapnya yang seperti ini. Bahkan jika terpojok, di novel dia jarang bersikap begini.

Apa dia sudah tidak punya solusi layaknya plot armor, seperti yang dilakukannya di novel?

“A-Aku…”

“Nona Arriel. Tenanglah. Kau tidak perlu bicara untuk sekarang. Dan Duke Kelberg, kau mengatakan sesuatu yang keterlaluan. Menuduh orang lain tanpa bukti ditempat seperti ini, apa yang kau pikirkan?!.”

“Hm, tanpa bukti ya. Lalu kenapa tidak langsung saja. Aku sudah lelah dengan perdebatan yang terus kemana-mana ini. Langsung saja kita minta Mienz Scheel menanyakannya ke Malaikat Agung Linka.”

“Jangan putuskan seenaknya. Aku sudah menjelaskan itu sebelumnya bukan? Pertanyaan acak hanya membuat kekacauan, kita harus putuskan bersama dulu!.”

“Ini semakin terdengar seperti lelucon, langsung saja perdana mentri. Pertanyaan apa yang akan kau calonkan? Ups, hanya sebagai tambahan. Pertanyaan bodoh seperti, Mienz Scheel tidak bersalah sama sekali dalam kasus percobaan pembunuhan Tuan Kinez tidak termasuk. Akan merepotkan jika kau menjadikan itu pertanyaan untuk menunda-nunda hal ini.”

“Kuh…”

Perdana Mentri langsung merengut atas pernyataan Duke Kelberg.

Memang, aku sudah menduga dia akan mengajukan hal itu.

Dia mungkin akan memintaku untuk menayakan ketidak bersalahan absolutku sebagai situasi paling aman. Dan setelah itu mengajukan untuk penyelidikan ulang.

Dengan begitu semua orang tidak akan dirugikan, termasuk aku yang dijebak.

Begitulah pola pikirnya. Sungguh sombong sekali keyakinannya.

“Lalu apa? Apa ada pertanyaan yang lebih aman lagi? Apa kau sendiri punya pertanyaan yang lebih baik lagi Duke Kelberg!?”

“Hahahah… Senang kau bertanya. Yang lebih baik? Bukankah itu sudah jelas? Minta saja dia menyebutkan pelaku yang paling jelas sebagai dalangnya disini, dan tanyakan apakah dialah dalangnya. Apa lagi yang bisa melebih pertanyaan itu? Bahkan jika dia meleset, kita bisa membuktikan ketidakbersalahan tertuduh itu agar bisa mempermudah penyelidikan setelah ini. Sebagai perdana mentri kau tidak bisa memikirkan hal ini? Aku kecewa padamu perdana mentri. Keputusanmu sekarang malah makin membuatku makin mencurigaimu. Apakah kau mencoba melindungi seseorang?”

Perdana mentri semakin memrengut. Jelaslah dia semakin terpojok atas omongannya sendiri.

Duke Kelberg juga tidak akan melewatkan kesempatan ini.

Kesempatan untuk menjatuhkan Fraksi Royalis yang tidak akan datang dua kali ini.

Nah, orang ini sendiri sekarang bertindak dipihakku tapi dia hanya melakukannya karena itu menguntungkannya.

Tak sedikitpun aku akan berpikir dia adalah sekutuku disini.

Sifatnya dari Novel semakin meyakinkanku.

Akan sangat gawat juga kalau dia mendapatkan momentum. Aku mungkin akan terseret lebih jauh.

Tapi apa lagi? Membantu Royalis juga tidak sudi kulakukan.

Aku sudah memikirkan berbagai pertanyaan, dan memang seperti yang dikatakan Duke Kelberg, itu pertanyaan paling logis yang ditanyakan disini jika aku ingin membalas dendam karena mereka menjebakku.

Tapi jika aku melakukannya, aku punya firasat tempat ini akan menjadi langsung kacau seperti yang dikatakan perdana mentri.

Aku sudah siap mati. Sudah tidak perlu dikatakan lagi, tapi diseret kedalam konflik yang tidak kuinginkan jelas membuatku kesal.

Aku melihat perdana mentri masih diam. Dia tampaknya masih memikirkan kata-katanya agar kesalahan seperti sebelumnya tidak akan terjadi lagi.

Sang Raja hanya memsang muka masam dan terus melototiku.

Astaga, aku benar-benar sudah muak.

Andai saja aku masih punya sihir angin itu, aku mungkin sudah menggunakannya sekarang.

Setiap kali aku seperti ini aku selalu menggunakannya untuk menenangkan hatiku. Namun itu sudah mustahil.

Memikirkannya lagi-lagi membuat hatiku teriris.

Sihir anginku adalah hal yang paling penting bagiku selain Anna.

Sekarang aku sudah kehilangan keduanya.



“Dan siapa yang menurutmu paling mencurigakan Duke Kelberg? Dapatkan kau mengatakannya kepada kami disini?”

Bukan Perdana Mentri, tapi raja yang menanyakannya.

“Kupikir Mienz Scheel sendiri yang paling tau Yang Mulia. Aku punya beberapa kandidat, tapi tidak ada gunanya bagiku mengatakannya bukan?”

“Cih…”

Raja mendecakan lidahnya.

“Kenapa kau tidak mengatakannya? Kupikir…”

“Tolong tunggu sebentar…”

Suara senggahan datang dari Arriel.

“Nona Arriel, kau….”

Arriel langsung bersujud, dan itu mengarahkannya padaku.

“Itu aku, akulah dalangnya. Akulah yang menjebak Tuan Mienz.”

Aula langsung gempar.

“No-Nona Arriel a-apa yang kau…”

“Aku menjebak Tuan Mienz karena aku membencinya. Dia selalu melecehkan orang yang kucintai. Bukan hanya Tuan Mienz, tapi ada banyak bangsawan yang mencoba melecehkannya. Aku berencana dan membuat skema untuk menjebakknya. Lalu menjadikan contoh bagi para bangsawan lain. Semua ini adalah salahku sendiri. Aku sendiri yang melakukannya. Aku minta maaf yang sebesar-besarnya.”

Arriel melakukan hal yang gila. Sorak-sorai langsung bermunculan. Wajah mereka yang mendengar menjadi kaget dan tercengang.

Karakter Utama yang melihatnya juga terkejut, meskipun aku tidak tau untuk alasan yang mana ia terkejut.

“A-Apa yang kau bicarakan? Nona Arriel, tolong jangan mengada-ngada!.”

“Arriel, apa yang kau bicarakan.”

“Apa itu serius? Saint memang melakukannya?”

Pertanyaan lain terus bergulir. Sampai-sampai aula penuh dengan sorakan pertanyaan kepada Arriel.

Arriel sendiri masih bersujud.

Sebenarnya, perkembangan ini tidak kuperkirakan. Itu terlalu mendadak sehingga aku telat memproses apa yang terjadi.

“CUKUP! TENANGLAH!”

“Nona Arriel, apa kau mengerti apa yang kau bicarakan!? Jika kau mencoba untuk menarik kata-katamu lakukanlah sekarang! Selain itu aku akan menganggap serius kata-katamu.”

“Aku tidak akan menarik kata-kataku yang mulia. Semua yang kukatakan adalah kebenaran. Aku tidak menyangka Tuan Mienz akan memanggil Linka yang Memegang Timbangan. Semua rencanaku hancur. Aku yakin Tuan Mienz akan menanyakan kepadanya soal pelakunya. Itulah kenapa aku mengakui kesalahanku terlebih dahulu. Aku tidak akan melarikan diri dari hukumanku. Aku juga tidak menarik simpati. Ini murni pengakuanku.”

“Hal semacam itu…”

“Nona Arriel…”

Raja dan Perdana Mentri memasang wajah pahit.

Aku menyiritkan keningku. Aku yakin mereka juga bersalah.

Melihat mereka bertindak seperti ini sebenarnya membuatku merasa betapa luar biasanya akting mereka.

Setelah itu beberapa hadirin langsung mengecam Arriel.

Kata sumpah serapah langsung keluar.

Jelas sekali tindakan menfitnah bangsawan lain itu sangat berat hukumannya. Hukuman memfitnah dan menjebak Bangsawan bahkan labih parah hukumannya daripada percobaan pembunuhan belaka.

Malahan tak akan mengherankan jika dia akan dihukum sebagai budak kriminal sepertiku dinovel.

Disaat caci maki mengarah ke Arrel, Raja kembali mengangkat tangannya. Perlahan teriakan makian langsung mereda.

“Baiklah Nona Arriel, ini mengejutkanku.Kau sudah mengakui kesalahanmu dan aku tidak punya apapun untuk bisa membelamu.”

Raja berkata dengan pahit. Mereka yang dekat dengan Arriel juga masih tercengang.

“Nona Arriel, bisakah aku menanyai sesuatu? Angkat kepalamu.”

“Ya, Yang mulia. Tanyakan apapun padaku.”

“Katakanlah siapa saja yang terlibat?.”

“Itu hanya aku yang mulia. Hanya aku yang melakukannya, tidak ada orang lain.”

Begitu, dia mengorbankan dirinya ya… Sejujurnya aku masih tidak berpikir itu ada gunanya. Tapi…

“Apa kau yakin? Bisakah kau bersumpah atas nama dewi?”

Arriel menggigit bibirnya. Setelah itu dia berkata

“Atas nama Dewi Satica aku Arriel Nakatania bersumpah. Bahwa akulah yang menjebak Mienz Scheel kedalam kejahatan percobaan Pembunuhan Kienz sang pahlawan. Dan akulah satu-satunya diruangan ini yang terlibat dalam hal itu. Tak seorang bangsawan manapun yang ikut terlibat dalam hal ini.”

Sumpah dinyatakan, tapi tak ada satupun yang percaya.

Jelas, semua orang disini sudah meragukannya.

Bahkan sudah ada yang berpikir kalau Arriel melindungi Dalang lain dan mengorbankan dirinya.

Sungguh, sumpah Dewi Sekarang menjadi lelucon.

“Maaf menyela yang mulia, tapi aku sudah tidak percaya dengan sumpah itu.”

“Apa lagi yang kau katakan Duke Kelberg?”

Raja melihat dengan jengkel keaerah Duke Kelberg.

“Dia mengatakan jika tidak ada dalang lagi dalam sumpahnya, tapi aku tidak mempercayai itu. Sebaiknya kita harusnya memastikannya dengan meminta Mienz Scheel untuk menanyai Malaikat Agung Linka kejelasannya.”

Duke Kelberg langsung memberikan penjelasan langsung. Raja langsung merengut mendengarnya.

“Dan pertanyaan seperti apa yang ingin kau sarankan Duke Kelberg. Apa masih yang seperti sebelumnya?”

“Memang, tapi ini hanya saranku. Kenapa kita tidak mempersempit pelakunya? Mungkin kita bisa mengelompokkan pelakunya dengan menambahkan kata “Atau”. Dengan begitu kita bisa mempersempit pelakunya. Saat nama-nama disebutkan jika jawabannya ya, berarti salah satu nama yang disebutkan terlibat dan jika tidak, semua nama yang disebutkan dinyatakan tidak bersalah. Bagaimana kedengarannya?”

“Dan nama-nama itu adalah?”

“Kupikir itu adalah hak Tuan Mienz. Dialah yang harus memutuskan para tersangka lainnya.”

Perdana mentri yang mendengarnya langsung menyela.

“Tolong jangan membuat saran yang tidak masuk akal! Apa kau tidak mengerti dampak pertanyaan itu? Jika jawabannya ‘Ya’, maka dipastikan semua nama yang disebutkan akan dilabelli tersangka. Apa jadinya jika kita tidak dapat membuktikan tersangkanya sama sekali? Semua nama yang disebutkan akan menerima lebel tersangka mereka seumur hidup!”

“Dan bukankah itu adalah pekerjaan kalian seharusnya? Kalianlah yang memulai ini, dan kalianlah yang harus mengakhirinya. Atau apa? Apa kau tidak mampu melakukannya Perdana Mentri? Haruskah aku mengambil alih menggantikanmu?”

Duke Kelberg tersenyum mengejek padanya. Meskipun Perdana Mentri terlihat sangat marah, dia tidak langsung menerjang Duke Kelberg.

“Aku tidak bisa menerimanya. Itu jelas membuat kekacauan yang besar dimasa depan. Seharusnya sudah cukup dengan pertanyaan yang membebaskan Tuan Mienz. Sisanya akan dilakukan dengan penyelidikan terpisah. Aku dari awal sudah curiga, mungkinkah kau juga terlibat dalam hal ini Duke Kelberg? Kau tampaknya sangat semangat menyerang pihak lain. Aku minta maaf jika mencurigaimu karena sifatmu ini sangat janggal bagiku. Membuat keputusan yang membahayakan kerajaan bukanlah tindakan yang akan diambil Bangsawan yang mencintai negaranya.”

“Astaga, kau pandai bicara perdana mentri. Kau selalu berbelit-belit begini ketika terpojok bukan? Kasus ini bisa diselesaikan dari tadi jika kau tidak mengtakan omong kosong terus menerus. Kita harusnya langsung meminta Mienz Scheel bertanya siapa dalangnya, dan ini akan selesai. Tindakanmu saat ini malah terlihat seperti orang yang melarikan diri bagiku.”



Astaga… Mereka terus berdebat tanpa memikirkanku.

Aku jadi kasihan dengan diriku sendiri sekarang.

Bahkan di saat dimana masa depanku dipertaruhkan aku sama sekali tidak dipedulikan.

Sekarang mereka mulai mencoba saling menjatuhkan satu sama lain.

Ini persidanganku tau? Setidaknya lakukanlah pertengkaran kalian di tempat lain.

Memikirkan hal ini bukankah ini sering terjadi dirumah?

Aku tidak pernah didengarkan.

Tidak peduli apa yang kukatakan, orang tuaku tidak pernah menggubrisnya.

Satu-satunya yang bicara denganku hanyalah Anna.

Dan terkadang aku melakukan hal-hal sinting, seperti bicara sendiri.

Aku berbicara dengan Sihirku, yang selalu membelaiku saat aku menggunanya, berharap dapat respon lain selain itu.

Sekarang Anna sudah meninggalkanku dan Sihirku sudah kukorbankan. Setelah ini seperti yang dikatakan Raja aku akan di cekal dari Ibukota Kerajaan dan status kebangsawananku di cabut. Itu adalah hukuman paling ringan, tapi jelas itu skak mat bagiku.

Jelaslah mereka akan mengirim pembunuh padaku, dan bahkan bagiku sendiri aku jelas tidak akan mampu mengatasinya.

Itu sudah diputuskan.

Aku sudah berakhir.

Dan sekarang Arriel sudah mengakui dosanya sendiri. Raja dan Perdana mentri terlibat, menurut hipotesisku.

Aku ingin mati.



Cepatlah.



Tidak bisakah semua ini dipercepat.



Tanpa sihir anginku, aku mulai menyadari gejala kecemasanku langsung meningkat karena kebiasaan yang kulakukan sekarang tidak bisa kulakukan lagi.

Ini membuatku gila.



“Baiklah, cukup Robert. Mari kita terima saja usulan Duke Kelberg.”

“Ta-Tapi Yang Mulia…”

“Bahkan jika kau membantah, keputusan tetap ditangan Mienz Scheel. Percuma saja berdebat bahkan jika kau bisa meyakinkannya.”

Setelah berdebat panjang, akhirnya Perdana mentri menyerah. Dia langsung menoleh kearahku, dan terlihat seolah ingin memohon padaku.

Hah, kau pikir aku akan kasihan padamu?

Jangan main-main.

“Sekarang Mienz Scheel. Lakukanlah.”

Raja langsung memerintahkanku untuk bertanya kepada Linka.

Ini jelas keputusan yang terpaksa diambilnya.

Arriel bersalah. Pengakuannya semakin membuktikan hal tersebut.

Perdana Mentri dan Raja terlibat, fakta mereka mencoba menunda-nunda penggunaan Linka semakin membuat mereka mencurigakan.

Keluargaku mungkin terlibat juga, berdasarkan reaksi mereka yang yakin aku tidak menggunakan Linka, mungkin informasi soal hal itu berasal dari mereka.

Siapa lagi itu? Karakter Utama? Tidak…

Dia jelas tidak bersalah karena aku sudah membaca Novelnya.

Sudah ada beberapa nama yang kupunya.

Sepertinya itu saja sudah cukup. Tidak perlu memikirkan hal lain.



Ketika aku menatap Linka, suasana disini langsung berat.

Jelas ini adalah situasi paling bersejarah bagi kerajaan ini.

Konflik setelah ini sudah jelas pasti terjadi.

Mereka yang menyadarinya sudah meninmbang-nimbang langkah macam apa yang akan mereka ambil.



Aku mencengkram dadaku.

Rasanya sakit.

Tanganku bergetar, dan aku tau suhu tubuhku menurun meskipun aku berkeringat.

Rasanya sangat menyakitkan, perasaan cemas ini.



Semakin aku mencoba mengabaikanya semakin aku gelisah.

Aku bahkan kesulitan bicara.

Sekuat inikah efek yang ditimbulkan dari kehilangan sumber yang menghilangkan kecemasanku?



Apakah aku akan terus merasakan hal semacam ini?

Berapa lama aku harus menunggu sampai aku mati?



Aku membuuka mataku dan mencoba menyebutkan kalimat yang sudah kusiapkan sebelumnya.

Dan ketika aku berniat berbicara, semua orang langsung menahan nafasnya.

Dan dengan begitu, aku menatap wajah Linka dengan fokus dan cahaya keemasan langsung keluar dari tubuhnya.

“Sihirku, yang sebelum ini ada di dalamku. Sihir bodoh yang hanya bisa membelai kepalaku, apakah dia hidup?”

“Ya.”







Hah? Apa yang kuakatakan? Itu bukanlah pertanyaan yang kusiapkan!

Tidak, bukan itu….

Suasana disini langsung ricuh dengan cepat.



“Hah? Apa yang dikatakannya?”

“Tunggu, eh? Apa dia sudah bertanya?”

“Ma-Malaikan Agung Linka sudah menjawab bukan? Tapi ada apa dengan pertanyaan itu?”

Pertanyaan-pertanyaan seperti itu langsung melayang di aula ini.

Sedangkan aku, menatap lekat-lekat pada Linka.

Aku masih tidak bisa memproses semua itu.

Namun..

Apa ini?

Perasaan ini…

Kelegaan apa ini?

Ada sesuatu yang berair dipipiku, dan ketika aku menyentuhnya dengan tanganku aku sadar itu air mata.

Aku menangis?

Kenapa?

Melihatku menangis, keributan perlahan mereda.

Mereka langsung mengarahkan pandangannya padaku, tapi aku tidak peduli.

Dan tiba-tiba aku tertawa.

Tertawa perlahan lalu semakin kuat.


Hahhahaahahahahhahahahahahahahaha…


Apa-Apaan ini?

Apa kau serius?

Dia benar-benar hidup? Benarkah itu?

Tidak, Linka sendiri yang mengatakannya.

Berarti itu benar. Selama ini itu benar. Hahahha… Aku tidak gila! tapi tunggu…

Aku baru saja mengorbankannya, Apa berarti aku membunuhnya?

Eh? Itu tidak begitu bukan?

Sial, Aku tidak mengerti…

Aku mengelap air mataku sambil tertawa. Orang-orang disekitarku melihatku dengan tatapan aneh, bahkan masih ada beberapa orang yang sama sekali tidak memahami situasi ini.



“Begitu… Jadi begitu…”

Aku berbicara sendiri dan tersenyum masam.

Aku kembali menatap Linka, dan cahaya keemasan yang meyinarinya perlahan padam dan ia pun menghilang.

Suasana ditempat itu mendadak sunyi.

Tidak ada yang membuka suaranya, sampai…

“Sungguh mengejutkan. Nah, pertanyaan itu jelas lah hak dari Mienz Scheel. Dan jelaslah dia sendiri yang memiliki keputusan pertanyaan seperti apa itu.”

Raja langsung berbicara untuk memecahkan kesunyiaan.

Ada Perdana Mentri yang terlihat masih tidak memahami situasi, dan Duke Kelberg yang melihatku dengan pahit.

“Mienz Scheel, apa ada sesuatu yang ingin kau sampaikan?”

Raja menatapku dan mengajukan pertanyaan.

Ahh, sudah berakhir kah ini?

Aku menatap Raja dan tersenyum lebar, sesuatu yang menghantuiku selama ini sudah terangkat. Sudah tidak ada penyesalan dariku.

“Tidak yang mulia.”

Aku berkata dengan singkat.

“Kalau begitu, Mienz Scheel. Kejahatanmu atas percobaan pembunuhan Tuan Pahlawan Kienz kunyatakan tidak terbukti. Aku akan mengakui itu atas namaku. Segala hal yang melibatkan kasus ini akan ditangani kembali dimasa depan, dan kau kunyatakan sekali lagi tidak akan terlibat dalam kasus ini lagi. Dan meskipun begitu…”

Raja menghentikan kata-katanya ditengah, dan melanjutkannya dengan tegas.

“Kau dianggap bersalah atas kesalahanmu dalam pelecehan dan pencemaran nama baik yang melibatkan Tuan pahlawan Kienz selama di Akademi Bintang. Kau telah dianggap melakukan tindakan tidak pantas bagi bangsawan, yang tidak hanya mengotori nama rumahmu, tapi membuat malu Akademi. Atas saran dari kepala sekolah Akademi Bintang dan Kepala Rumah Scheel, aku mencabut kebangsawananmu dan melarangmu memasuki ibukota kerajaan seumur hidupmu. Kau diberikan waktu selama 1 bulan untuk meninggalkan Ibukota. Ini adalah hukuman murah hati yang dipertimbangkan olehku, pergilah dari sini dan bertobatlah atas dosa-dosamu diluar ibukota.”

“Aku menerimanya.”

Aku berlutut di hadapan Raja. Dan setelah itu aku bangkit lalu menatap Kienz.

Mata kami saling bertatapan, dan membuat suasana disana sekali lagi langsung tegang kembali.

Aku mencoba melihat Anna yang sudah ada di dekat Arriel bersama rekannya yang lain. Mereka tampaknya berbicara sesuatu.

Anna...

Aku ingin mendatanginya dan mengucapkan perpisahan tapi itu jelas mustahil.

Dia sudah memiliki kehidupannya yang baru sekarang, dan jika ini masih mengikuti skenario Novel jelas dia akan sangat bahagia dengan Kienz.

Masih ada perasaan tidak menerima yang kurasakan, tapi aku tidak bisa berbuat apapun.

Di akademi Anna dan Kienz sangat dekat karena insiden tertentu.

Itu adalah saat dimana Kienz mampu membuka hati Anna.

Kienz Mampu menghilangkan Trauma Anna yang membuat Anna menjadi Jatuh Cinta untuk pertama kalinya dalam hidupnya.

Ya, di Novel dijelaskan kalau Anna tidak pernah mencintai Mienz. Baginya Mienz adalah sosok teman belaka yang memiliki sifat dan kemiripan yang sama.

Di dungeon, saat Latihan Lapangan. Kelompok mereka terpisah dari kelompok utama dan berakhir tersesat di Ruangan Rahasia Dungeon.

Itu adalah ruangan dengan berbagai jebakan dan monster yang mampu membunuh Petualang Peringkat A.

Saat itu, Kienz mengalami pertempuran intes, dan hampir celaka karena dia harus bertarung sambil melindungi Anna dan rekan mereka lainnya.

Di saat itu, Anna mengalami dilema dimana dia harus dipaksa menggunakan Sihirnya yang menjadi sumber Traumanya.

Kienz lah yang selalu memotivasi Anna melewati traumanya, dan membantu dia perlahan untuk menghilangkan traumanya. Tentu saja Kienz tidak pernah memaksanya untuk menggunakan sihirnya.

Tapi plot tentu tidak mengizinkannya. Dan disaat Kienz sekarat, Anna mengeluarkan sihirnya dan ia pun berhasil lolos dari kematian berkat Sihir Anna.

Cara aktivasi sihirnya cukup membuatku meringis dimana Anna akan mencium Karakter Utama. Ya, sihirnya adalah sihir penyembuhan yang membuatku bertanya-tanya bagaimana itu bisa membunuh keluarganya.

Itu masih menjadi misteri di forum diskusi novelnya.

Sejak saat itu hubungan mereka semakin dekat, dan Anna juga semakin jatuh cinta dengan Kienz.

Dan setelah itu munculan insiden ini.



Aku menutup mataku, dan mencoba berbalik.

Persidangan sudah selesai dan saat ini beberapa orang sudah ada yang bubar. Beberapa orang ada berbicara dengan rekan mereka, dan pihak Raja mengelilingi Arriel yang sekarang menjadi tersangka dalam kasus ini. Keluargaku juga ada disana. Dan Kienz juga sudah pergi kesana.

Beberapa orang ada yang melihatku, tapi tidak ada yang datang berbicara.

Mari lupakan saja. Sekarang lebih baik aku melakukan apa yang mungkin bisa kulakukan sebelum aku terbunuh.

Aku penasaran kira-kira apa yang harus kulakukan ya?

Aku masih penasaran dengan Sihirku, itu masih mengejutkanku.

Ada juga teknik pedang yang belum kusempurnakan, aku ingin mencobanya lagi sebenarnya.

Dan teman-temanku di akademi. Mereka tidak ada disini. Haruskah aku mengucapkan selamat tinggal pada mereka?

Di Novel mereka tidak dijelaskan lagi setelah aku dijadikan budak kriminal, jadi aku tidak tau nasib mereka.

Bahkan aku tidak tau apakah mereka akan menerimaku atau tidak.

Ah, ada juga alkohol yang kusimpan. Sial, aku harusnya menghabiskannya saja.

Jelas aku sudah di usir, dan tidak mungkin aku bisa masuk ke akademi bukan.

Hmm, tidak ada yang bisa kulakukan…



Aku berjalan dengan berbagai pikiran dikepalaku menuju pintu keluar.

Aku berhenti, dan mencoba menatap kebelakang lagi.



Sudah kuduga aku masih tidak bisa menghilangkannya ya.

Bahkan digabungkan dengan kenangan masa laluku, cintaku pada Anna tidak pudar. Bahkan dengan ini aku harusnya sadar kesempatanku sudah 0 tidak ,tapi minus.

Aku tersenyum masam, dan melanjutkan berjalan menuju pintu.

Jika ada kesempatan, aku ingin berbicara banyak dengan sihirku. Sihirku juga merupakan sesuatu yang penting bagiku tapi aku tidak bisa bicara sama sekali dengannya.

Bahkan setelah Linka mengkonfirmasi kalau sihirku hidup, aku sama sekali tidak punya waktu untuk menyelidikinya.

Tidak ada gunanya memikirkan itu.

Dan ketika aku berjalan melewati pintu, sebuah suara bergema dikepalaku.



“KAU TELAH MENDAPATKAN OTORITAS BINTANG.”



Aku berhenti melangkah, dan mengerjapkan mataku beberapa kali.

Hah? Bukankah ini…

















Takdir telah berputar.

Sejak awal, takdir adalah sesuatu yang tak menentu. Ketetapan takdir hanyalah kata yang digunakan orang untuk meyakinkan dirinya sendiri.

Bahkan di dunia ini, dimana sihir dan mitos berada bukan hal yang aneh untuk mengubah takdir.

Sekarang, Roda sejarah akan menuju ketempat yang bukan seharusnya di tuju olehnya.

Hal itu karena seorang anak lelaki belaka.

Seorang anak yang mengalami kemalangan dan mencoba untuk berdiri melawan takdir yang ditakdirkan padanya.

Kelak, Namanya akan dikenal dengan gelar sang Ksatria Kegelapan.

Seseorang yang keberadaannya akan mengguncang dunia.