Isekai wa Heiwa deshita Chapter 298
Kata-kata yang diucapkan Alice...... Lebih cepat bagiku bisa bereaksi, Alice melanjutkan berbicara.
Itu berarti dia memintaku untuk tidak menyebutkan pernyataan sebelumnya.
[Aku sudah mengatakannya sebelumnya, bukan? Bahwa nama Shalltear berarti "pecahan ilusi" di dunia tempatku tinggal.]
[…… Ilusi…… huh.]
[Iya. Saat hatiku hancur dan aku menjadi bukan siapa-siapa, apa yang tersisa dariku…… adalah keinginan yang tak bisa aku penuhi setelah hidup bertahun-tahun. Itu karena itu hanya makna hidupku, tidak lain hanyalah ilusi.]
[…… Unnn.]
Ilusi ya… Kupikir Alice menghabiskan waktu yang membingungkan sampai dia datang ke dunia ini. Itu sebabnya, baginya, dia tidak bisa membayangkan masa depan di mana keinginan sahabatnya bisa menjadi kenyataan. Itu memang seolah dia mengejar ilusi ya?
[Ketika aku pertama kali datang ke dunia ini, aku memiliki harapan yang besar. Ada banyak orang di dunia ini, termasuk Kuro-san, yang abadi sepertiku. Kupikir aku bisa memenuhi keinginan terakhir sahabatku di sini……]
[Tapi kau tidak bisa mewujudkannya?]
[……Iya. Memikirkannya sekarang, kurasa itu wajar terjadi. Aku mencoba memaksakan diriku untuk jatuh cinta karena aku memiliki keinginan yang kuat untuk memenuhi keinginan sahabatku…… Dan sekarang, aku mengerti bahwa aku tidak bisa jatuh cinta dengan siapa pun ketika aku memiliki pemikiran seperti itu di hatiku.]
[Di beberapa titik, aku disebut Raja Phantasmal, No Face….. Raja tanpa wajah. Itu jelas tepat, bukan? Aku sudah hampa sejak kehilangan semua orang. Aku telah mengubah penampilan, menari-nari dalam kegelapan, memainkan peran bukan siapa-siapa… Aku tidak memiliki wujud pasti yang bisa ku sebut milikku. Aku adalah makhluk seperti itu.]
[…… Alice.]
[…… Ummm, aku akan jujur padamu. Makhluk ini bernama “Alice”, pada saat itu…… Aku merencanakan makhluk ini untuk “menghilang” setelah menculik Kaito-san.]
[…… Eh?]
Mengatakan itu, aku sedang melihat mata biru Alice yang juga menatap lurus padaku, dan aku tahu bahwa kata-kata itu tidak bohong.
Alice akan menghilang setelah menculikku? Apa maksudnya itu?
Melihatku memiringkan kepalaku sambil memikirkan apa yang dia katakan, Alice tersenyum kecut.
[Aku tidak pernah mendekati Kaito-san karena aku ingin jatuh cinta padamu, tapi karena aku ingin membalas kebaikan Kuro-san dan memastikan orang macam apa dirimu...... Kurasa bagus kalau aku tidak menyadarinya dengan aneh soal itu. Katakanlah, itu permainan yang bagus!]
[…… H-Hmmm.]
[…… Yah, selain semua lelucon…… Sebenarnya, aku akan membuat hubungan kita menjadi sesuatu yang dangkal. Setidaknya, aku tidak berencana pergi ke Kekaisaran Archlesia bersama dengan Kaito-san.]
[Apakah itu berarti kau mengubah rencanamu?]
[Tidak, itu lebih seperti…… sesuatu yang tidak terduga, menurutku? Kurasa aku harus meminta maaf kepada Kaito-san untuk itu. Maafkan aku……]
[Eh? Ti-Tidak, kenapa kau tiba-tiba......]
Mengatakan padaku bahwa dia harus meminta maaf, Alice sangat menundukkan kepalanya padaku, tapi aku bahkan tidak tahu mengapa dia meminta maaf.
Alice kemudian terus membungkuk untuk beberapa saat, sebelum perlahan-lahan melihat ke atas dan menjelaskan alasan permintaan maafnya.
[…… Ini adalah kedua kalinya kita bertemu, bukan? Saat Kaito-san memarahiku…… Rasanya seperti "Aku bisa melihat sahabatku tumpang tindih denganmu".]
[Sahabat Alice..... Apa kau membicarakan orang yang kau sebutkan tadi?]
[Iya. Alur standar percakapan kami sering kali tentang bagaimana aku akan melakukan sesuatu yang bodoh dan sahabatku akan memarahiku, menjadi marah kepadaku...... Dan kemudian, setelah dia selesai marah, dia akan memiliki senyuman kecil sambil menatap dengan heran padaku…… Dia kemudian akan tertawa kecil, seolah mengatakan mau bagaimana lagi jika itu aku……. Aku sangat menyukai saat-saat itu.]
[………………..]
[Setelah menyelesaikan ceramahmu, Kaito-san akan menghela nafas sebelum tersenyum kecut…… Ini benar-benar mirip dengan saat-saat aku bersama sahabatku, membuatku merasa seolah-olah kembali ke masa lalu…… Aku merasa sangat bahagia saat itu.]
Tapi meski begitu, aku punya keinginan yang meluap untuk memberitahunya sesuatu.
[…… Terima kasih, Alice. Meski membicarakannya mungkin sulit…… tapi kamu masih memberitahuku segalanya.]
[…… Kaito……-san?]
[Aku tidak tahu apakah aku bisa mengatakannya dengan baik...... Bisakah kau tinggal lebih lama dan mendengarkanku juga?]
[…… Ya…… Tak peduli apapun itu…… Sejujurnya, aku akan segera menangis……]
Ibu, Ayah ——– Pikiran dan rasa sakit yang dibawa Alice dengan tubuh kecilnya…… Kata-kata yang akan aku jawab setelah mendengar ini. Tidak perlu menghiasinya dengan kata-kata yang tidak perlu, yang terpenting adalah yang tumbuh di dalam diriku ————- adalah keinginan untuk menerima perasaannya.
Itu berarti dia memintaku untuk tidak menyebutkan pernyataan sebelumnya.
[Aku sudah mengatakannya sebelumnya, bukan? Bahwa nama Shalltear berarti "pecahan ilusi" di dunia tempatku tinggal.]
[…… Ilusi…… huh.]
[Iya. Saat hatiku hancur dan aku menjadi bukan siapa-siapa, apa yang tersisa dariku…… adalah keinginan yang tak bisa aku penuhi setelah hidup bertahun-tahun. Itu karena itu hanya makna hidupku, tidak lain hanyalah ilusi.]
[…… Unnn.]
Ilusi ya… Kupikir Alice menghabiskan waktu yang membingungkan sampai dia datang ke dunia ini. Itu sebabnya, baginya, dia tidak bisa membayangkan masa depan di mana keinginan sahabatnya bisa menjadi kenyataan. Itu memang seolah dia mengejar ilusi ya?
[Ketika aku pertama kali datang ke dunia ini, aku memiliki harapan yang besar. Ada banyak orang di dunia ini, termasuk Kuro-san, yang abadi sepertiku. Kupikir aku bisa memenuhi keinginan terakhir sahabatku di sini……]
[Tapi kau tidak bisa mewujudkannya?]
[……Iya. Memikirkannya sekarang, kurasa itu wajar terjadi. Aku mencoba memaksakan diriku untuk jatuh cinta karena aku memiliki keinginan yang kuat untuk memenuhi keinginan sahabatku…… Dan sekarang, aku mengerti bahwa aku tidak bisa jatuh cinta dengan siapa pun ketika aku memiliki pemikiran seperti itu di hatiku.]
[Di beberapa titik, aku disebut Raja Phantasmal, No Face….. Raja tanpa wajah. Itu jelas tepat, bukan? Aku sudah hampa sejak kehilangan semua orang. Aku telah mengubah penampilan, menari-nari dalam kegelapan, memainkan peran bukan siapa-siapa… Aku tidak memiliki wujud pasti yang bisa ku sebut milikku. Aku adalah makhluk seperti itu.]
[…… Alice.]
[…… Ummm, aku akan jujur padamu. Makhluk ini bernama “Alice”, pada saat itu…… Aku merencanakan makhluk ini untuk “menghilang” setelah menculik Kaito-san.]
[…… Eh?]
Mengatakan itu, aku sedang melihat mata biru Alice yang juga menatap lurus padaku, dan aku tahu bahwa kata-kata itu tidak bohong.
Alice akan menghilang setelah menculikku? Apa maksudnya itu?
Melihatku memiringkan kepalaku sambil memikirkan apa yang dia katakan, Alice tersenyum kecut.
[Aku tidak pernah mendekati Kaito-san karena aku ingin jatuh cinta padamu, tapi karena aku ingin membalas kebaikan Kuro-san dan memastikan orang macam apa dirimu...... Kurasa bagus kalau aku tidak menyadarinya dengan aneh soal itu. Katakanlah, itu permainan yang bagus!]
[…… H-Hmmm.]
[…… Yah, selain semua lelucon…… Sebenarnya, aku akan membuat hubungan kita menjadi sesuatu yang dangkal. Setidaknya, aku tidak berencana pergi ke Kekaisaran Archlesia bersama dengan Kaito-san.]
[Apakah itu berarti kau mengubah rencanamu?]
[Tidak, itu lebih seperti…… sesuatu yang tidak terduga, menurutku? Kurasa aku harus meminta maaf kepada Kaito-san untuk itu. Maafkan aku……]
[Eh? Ti-Tidak, kenapa kau tiba-tiba......]
Mengatakan padaku bahwa dia harus meminta maaf, Alice sangat menundukkan kepalanya padaku, tapi aku bahkan tidak tahu mengapa dia meminta maaf.
Alice kemudian terus membungkuk untuk beberapa saat, sebelum perlahan-lahan melihat ke atas dan menjelaskan alasan permintaan maafnya.
[…… Ini adalah kedua kalinya kita bertemu, bukan? Saat Kaito-san memarahiku…… Rasanya seperti "Aku bisa melihat sahabatku tumpang tindih denganmu".]
[Sahabat Alice..... Apa kau membicarakan orang yang kau sebutkan tadi?]
[Iya. Alur standar percakapan kami sering kali tentang bagaimana aku akan melakukan sesuatu yang bodoh dan sahabatku akan memarahiku, menjadi marah kepadaku...... Dan kemudian, setelah dia selesai marah, dia akan memiliki senyuman kecil sambil menatap dengan heran padaku…… Dia kemudian akan tertawa kecil, seolah mengatakan mau bagaimana lagi jika itu aku……. Aku sangat menyukai saat-saat itu.]
[………………..]
[Setelah menyelesaikan ceramahmu, Kaito-san akan menghela nafas sebelum tersenyum kecut…… Ini benar-benar mirip dengan saat-saat aku bersama sahabatku, membuatku merasa seolah-olah kembali ke masa lalu…… Aku merasa sangat bahagia saat itu.]
Setelah mengatakan itu dengan ekspresi nostalgia di wajahnya, Alice mengalihkan pandangannya beberapa kali, semacam kecemasan dapat terlihat di wajahnya.
Kemudian, setelah mencari kata-kata untuk diucapkan untuk beberapa saat, wajahnya sedikit menunduk, dia berbicara.
[… Aku membayangkan Kaito-san sebagai sahabatku. Aku akan mengatakan hal-hal bodoh dengan sengaja, hanya untuk dimarahi oleh Kaito-san…… Aku selalu memperlakukan Kaito-san sebagai pengganti sahabatku.]
[…… Begitu.]
[Ahh, a-aku berpikir berbeda sekarang! Aku tidak memikirkan Kaito-san sebagai pengganti sahabatku.]
[Ah, tidak. Kau tidak perlu terlalu cepat untuk menyangkalnya.]
[Ahhh……]
Mendengar kata-kataku, aku tidak tahu apakah dia mengira dia menyakiti perasaanku atau tidak, tapi Alice buru-buru menjelaskan lagi.
Namun, aku tidak terlalu khawatir tentang kata-kata Alice, karena aku lebih khawatir tentang kata-kata sebelumnya tentang bagaimana dia akan menghilang.
Saat aku menjelaskan ini pada Alice, dia menghela nafas lega dan melanjutkan ceritanya.
[…… Seperti yang kubilang, pada awalnya, aku memperlakukan Kaito-san sebagai pengganti sahabatku. Namun, saat aku bertukar kata-kata dengan Kaito-san berkali-kali, citra sahabatku yang tumpang tindih dengan citra Kaito-san mulai kabur…… ini lebih merupakan cara yang baik. Aku sedang bersenang-senang bersama dengan Kaito-san, bukan karena Kaito-san adalah pengganti temanku, tapi karena yang bersamaku adalah Kaito-san...... Ya, aku mulai berpikir seperti itu.]
[……………….]
[Namun, karakter "Alice" ini adalah persona yang akan mengkhianati Kaito-san pada akhirnya dan menghilang. Aku bertanya-tanya apakah Kaito-san akan kehilangan kepercayaanmu pada orang lain...... Itu adalah ujian keempatku. Tentu saja, aku menyuruh bawahanku bersembunyi di tempat penculikan itu untuk mencegah agar Kaito-san tidak terluka. Dan begitu Kaito-san selamat dari ujiaan itu, aku berencana membuat koneksi kita tetap sebagai bawahanmu, bukan sebagai Alice, tapi sebagai Raja Phantasmal, No Face.]
[…… Namun, Alice menyelamatkanku pada saat itu.]
[…… Iya. Itu adalah kesalahan perhitungan terbesar yang kubuat…… dan keajaiban yang membuatku sangat bahagia.]
Ekspresi Alice ketika dia mengatakan itu entah bagaimana terlihat lembut, dan dengan senyuman masam….. Itu sepertinya menunjukkan kepercayaannya padaku, dan itu membuatku merasa hangat.
Ini hampir seolah-olah Alice mengatakan bahwa yang dia cari adalah seseorang yang menggelikan seperti ini……
[Pada saat itu, aku mengkhianatimu seperti yang direncanakan, dan saat aku mengucapkan selamat tinggal...... Kaito-san tersenyum padaku, kan? Kau mengerti kalau aku mengkhianatimu, tapi tetap saja, kau pikir mau bagaimana lagi...... Ketika aku melihat senyuman itu, sahabatku dan Kaito-san menjadi entitas yang benar-benar terpisah di pikiranku. Kupikir orang ini adalah satu-satunya yang tidak bisa disamakan dengan orang lain……]
[………………… ..]
[Sebelum aku menyadarinya, aku menyadari aku sudah mendobrak pintu yang seharusnya kututup. Aku naik ke atas panggung dimana aku sudah turun dari sana. Bukan sebagai Shalltear, bukan sebagai No Face, tapi sebagai "Alice" yang seharusnya menghilang…… Sejak saat itu, Alice bukan hanya karakter yang kumainkan…… tapi nama baru untukku.]
Dari seorang gadis menjadi pahlawan, dari pahlawan menjadi sepotong ilusi, dari sepotong ilusi menjadi raja tanpa wajah, dan dari raja tanpa wajah….. dia berubah menjadi gadis ini di depanku, menjadi Alice yang kukenal dengan baik.
Mendengar itu… Aku heran kenapa? Aku merasa lega. Sekarang, aku mengerti kalau Alice di depanku bukanlah ilusi, tapi Alice sendiri……
[…… Dan itulah kenapa aku jatuh cinta padamu, Kaito-san…… tapi memalukan kedengarannya, aku tiba-tiba merasa takut.]
[Takut?]
[Iya. Kupikir jika Kaito-san tahu tentang bagaimana aku memperlakukanmu sebagai pengganti sahabatku, kau akan membenciku...... Tidak, lebih dari itu, kasih sayang yang kurasakan pada Kaito-san...... aku mulai bertanya-tanya, “Apa aku benar-benar mencintai Kaito-san”? Mungkin, apakah perasaanku ini hanya karena aku menemukan orang yang tepat untuk memenuhi keinginan sahabatku……? Aku bertanya-tanya, apa keinginan sejatiku……]
[……………..]
Begitu, dalam benak Alice ada keinginan sahabatnya untuk jatuh cinta.
Entah itu karena dia jatuh cinta padaku, keinginannya akan menjadi kenyataan…… atau karena dia mencoba untuk membuat keinginan sahabatnya menjadi kenyataan, dan itulah mengapa dia jatuh cinta padaku…… Mungkin, itu apa yang dia khawatirkan.
Itulah kenapa dia bercanda tentang betapa dia mencintaiku, dan kemudian melarikan diri saat aku ikut dengannya……
[…… Saat Dewa itu muncul, dan berpikir bahwa Kaito-san akan mati…… Aku ketakutan tanpa daya. Jika Kaito-san mati, kurasa aku tidak akan pernah bisa berdiri lagi, kurasa aku tidak akan bisa tertawa lagi…… Karena aku sendiri yang mengerti, ummm…… Itulah kenapa aku bersikap sedikit aneh saat itu.]
[…………………]
[Aku minta maaf karena aku berbelit-belit. Aku takut kau mungkin merasa berhutang budi. Aku takut hubungan kita yang mengisiku dengan kebahagiaan akan berubah. Aku telah membuat berbagai alasan. Tapi pada akhirnya, aku hanya seorang pengecut…… Aku tidak bisa memberi tahu Kaito-san tentang diriku.]
Mematahkan kata-katanya dan menutup matanya sekali...... Alice menatap lurus ke arahku dan menyelesaikan kata-katanya.
[…… Itulah akhir dari ceritaku. Tak peduli bagaimana Kaito-san menerimanya…… aku siap untuk itu. Tidak apa-apa jika kau berpikir aku menyedihkan atau kejam. Jika kau membenciku, itu tidak mungkin... Eh?]
Mengapa aku melakukan itu? Aku tidak terlalu yakin tapi…… Aku menyadari aku sudah bangkit dari kursiku dan memegang tubuh kecil Alice di pelukanku.
Aku masih belum selesai memilah-milah semua yang baru saja kudengar di kepalaku. Kurasa aku juga tidak bisa mengatakan apa yang kurasakan dengan benar.
Kemudian, setelah mencari kata-kata untuk diucapkan untuk beberapa saat, wajahnya sedikit menunduk, dia berbicara.
[… Aku membayangkan Kaito-san sebagai sahabatku. Aku akan mengatakan hal-hal bodoh dengan sengaja, hanya untuk dimarahi oleh Kaito-san…… Aku selalu memperlakukan Kaito-san sebagai pengganti sahabatku.]
[…… Begitu.]
[Ahh, a-aku berpikir berbeda sekarang! Aku tidak memikirkan Kaito-san sebagai pengganti sahabatku.]
[Ah, tidak. Kau tidak perlu terlalu cepat untuk menyangkalnya.]
[Ahhh……]
Mendengar kata-kataku, aku tidak tahu apakah dia mengira dia menyakiti perasaanku atau tidak, tapi Alice buru-buru menjelaskan lagi.
Namun, aku tidak terlalu khawatir tentang kata-kata Alice, karena aku lebih khawatir tentang kata-kata sebelumnya tentang bagaimana dia akan menghilang.
Saat aku menjelaskan ini pada Alice, dia menghela nafas lega dan melanjutkan ceritanya.
[…… Seperti yang kubilang, pada awalnya, aku memperlakukan Kaito-san sebagai pengganti sahabatku. Namun, saat aku bertukar kata-kata dengan Kaito-san berkali-kali, citra sahabatku yang tumpang tindih dengan citra Kaito-san mulai kabur…… ini lebih merupakan cara yang baik. Aku sedang bersenang-senang bersama dengan Kaito-san, bukan karena Kaito-san adalah pengganti temanku, tapi karena yang bersamaku adalah Kaito-san...... Ya, aku mulai berpikir seperti itu.]
[……………….]
[Namun, karakter "Alice" ini adalah persona yang akan mengkhianati Kaito-san pada akhirnya dan menghilang. Aku bertanya-tanya apakah Kaito-san akan kehilangan kepercayaanmu pada orang lain...... Itu adalah ujian keempatku. Tentu saja, aku menyuruh bawahanku bersembunyi di tempat penculikan itu untuk mencegah agar Kaito-san tidak terluka. Dan begitu Kaito-san selamat dari ujiaan itu, aku berencana membuat koneksi kita tetap sebagai bawahanmu, bukan sebagai Alice, tapi sebagai Raja Phantasmal, No Face.]
[…… Namun, Alice menyelamatkanku pada saat itu.]
[…… Iya. Itu adalah kesalahan perhitungan terbesar yang kubuat…… dan keajaiban yang membuatku sangat bahagia.]
Ekspresi Alice ketika dia mengatakan itu entah bagaimana terlihat lembut, dan dengan senyuman masam….. Itu sepertinya menunjukkan kepercayaannya padaku, dan itu membuatku merasa hangat.
Ini hampir seolah-olah Alice mengatakan bahwa yang dia cari adalah seseorang yang menggelikan seperti ini……
[Pada saat itu, aku mengkhianatimu seperti yang direncanakan, dan saat aku mengucapkan selamat tinggal...... Kaito-san tersenyum padaku, kan? Kau mengerti kalau aku mengkhianatimu, tapi tetap saja, kau pikir mau bagaimana lagi...... Ketika aku melihat senyuman itu, sahabatku dan Kaito-san menjadi entitas yang benar-benar terpisah di pikiranku. Kupikir orang ini adalah satu-satunya yang tidak bisa disamakan dengan orang lain……]
[………………… ..]
[Sebelum aku menyadarinya, aku menyadari aku sudah mendobrak pintu yang seharusnya kututup. Aku naik ke atas panggung dimana aku sudah turun dari sana. Bukan sebagai Shalltear, bukan sebagai No Face, tapi sebagai "Alice" yang seharusnya menghilang…… Sejak saat itu, Alice bukan hanya karakter yang kumainkan…… tapi nama baru untukku.]
Dari seorang gadis menjadi pahlawan, dari pahlawan menjadi sepotong ilusi, dari sepotong ilusi menjadi raja tanpa wajah, dan dari raja tanpa wajah….. dia berubah menjadi gadis ini di depanku, menjadi Alice yang kukenal dengan baik.
Mendengar itu… Aku heran kenapa? Aku merasa lega. Sekarang, aku mengerti kalau Alice di depanku bukanlah ilusi, tapi Alice sendiri……
[…… Dan itulah kenapa aku jatuh cinta padamu, Kaito-san…… tapi memalukan kedengarannya, aku tiba-tiba merasa takut.]
[Takut?]
[Iya. Kupikir jika Kaito-san tahu tentang bagaimana aku memperlakukanmu sebagai pengganti sahabatku, kau akan membenciku...... Tidak, lebih dari itu, kasih sayang yang kurasakan pada Kaito-san...... aku mulai bertanya-tanya, “Apa aku benar-benar mencintai Kaito-san”? Mungkin, apakah perasaanku ini hanya karena aku menemukan orang yang tepat untuk memenuhi keinginan sahabatku……? Aku bertanya-tanya, apa keinginan sejatiku……]
[……………..]
Begitu, dalam benak Alice ada keinginan sahabatnya untuk jatuh cinta.
Entah itu karena dia jatuh cinta padaku, keinginannya akan menjadi kenyataan…… atau karena dia mencoba untuk membuat keinginan sahabatnya menjadi kenyataan, dan itulah mengapa dia jatuh cinta padaku…… Mungkin, itu apa yang dia khawatirkan.
Itulah kenapa dia bercanda tentang betapa dia mencintaiku, dan kemudian melarikan diri saat aku ikut dengannya……
[…… Saat Dewa itu muncul, dan berpikir bahwa Kaito-san akan mati…… Aku ketakutan tanpa daya. Jika Kaito-san mati, kurasa aku tidak akan pernah bisa berdiri lagi, kurasa aku tidak akan bisa tertawa lagi…… Karena aku sendiri yang mengerti, ummm…… Itulah kenapa aku bersikap sedikit aneh saat itu.]
[…………………]
[Aku minta maaf karena aku berbelit-belit. Aku takut kau mungkin merasa berhutang budi. Aku takut hubungan kita yang mengisiku dengan kebahagiaan akan berubah. Aku telah membuat berbagai alasan. Tapi pada akhirnya, aku hanya seorang pengecut…… Aku tidak bisa memberi tahu Kaito-san tentang diriku.]
Mematahkan kata-katanya dan menutup matanya sekali...... Alice menatap lurus ke arahku dan menyelesaikan kata-katanya.
[…… Itulah akhir dari ceritaku. Tak peduli bagaimana Kaito-san menerimanya…… aku siap untuk itu. Tidak apa-apa jika kau berpikir aku menyedihkan atau kejam. Jika kau membenciku, itu tidak mungkin... Eh?]
Mengapa aku melakukan itu? Aku tidak terlalu yakin tapi…… Aku menyadari aku sudah bangkit dari kursiku dan memegang tubuh kecil Alice di pelukanku.
Aku masih belum selesai memilah-milah semua yang baru saja kudengar di kepalaku. Kurasa aku juga tidak bisa mengatakan apa yang kurasakan dengan benar.
Tapi meski begitu, aku punya keinginan yang meluap untuk memberitahunya sesuatu.
[…… Terima kasih, Alice. Meski membicarakannya mungkin sulit…… tapi kamu masih memberitahuku segalanya.]
[…… Kaito……-san?]
[Aku tidak tahu apakah aku bisa mengatakannya dengan baik...... Bisakah kau tinggal lebih lama dan mendengarkanku juga?]
[…… Ya…… Tak peduli apapun itu…… Sejujurnya, aku akan segera menangis……]
Ibu, Ayah ——– Pikiran dan rasa sakit yang dibawa Alice dengan tubuh kecilnya…… Kata-kata yang akan aku jawab setelah mendengar ini. Tidak perlu menghiasinya dengan kata-kata yang tidak perlu, yang terpenting adalah yang tumbuh di dalam diriku ————- adalah keinginan untuk menerima perasaannya.
Next Post
« Prev Post
« Prev Post
Previous Post
Next Post »
Next Post »
Comments
Post a Comment