I Became the Strongest Chapter - 295





<Catatan Penulis>



Chapter selanjutnya akan diupdate pada tanggal 20 Mei (Jumat), sekitar jam 9.00 malam.






























<Party Drunken Sword————- Foss POV>




Party Drunken Sword kami memimpin Sakramen dan melakukan invasi saat bergerak ke selatan.

Masih belum ada kontak atau kabar apapun dari Kaisar Zera atau Oyamada.

Saat ini, Party Drunken Sword kami baru saja memaksa sebuah kota untuk menyerah.

Itu satu langkah lebih dekat ke Ibukota Kekaisaran.



Hujan ringan sedang turun.

Matahari sudah terbenam, dan area di sekitar kami benar-benar gelap.

Itu adalah malam yang lembab dan tidak nyaman, dengan udara malam membelai pipiku.

Aku, Wakil Komandan kelompok kami, yang juga bertanggung jawab atas barisan depan, bertemu dengan Juon yang berkerudung.



[Oh, Jun.]

[Halo, Foss-san.]



Diam.

Tak satu pun dari kami mengatakan apa-apa, aku mengalihkan perhatianku ke kota di malam hari, yang sepi kecuali untuk Sakramen.

Merasakan ke mana arah pandanganku, Juon menurunkan pandangannya.



[Bahkan jika kita melakukan semua ini...... Bahkan jika kita menang melawan Mira, nama Party Drunken Sword akan terukir dalam ingatan warga Mira dengan cara yang buruk untuk waktu yang lama.

[...... Kita siap untuk itu. Aku dan Lili. Juon ...... Jika itu mengganggumu, aku tidak akan menentangmu jadi ......]

[Tunggu dulu, Foss-san. Aku tidak akan meninggalkan grup. Aku telah memutuskan untuk mengikuti Kapten tidak peduli apa. Selain itu, aku tahu itu.]



“Fuuu……”, Juon dengan tenang menunjukkan tekadnya.



[Situasi saat ini adalah keluarga dan teman kita disandera. Mereka lebih berharga bagi kita dari apapun...... Bahkan Kapten memiliki orang-orang yang harus dia lindungi. Dia siap untuk mngambil keburukan dari Mira demi mereka.]



Misi kali ini……

Kami diperintahkan untuk memamerkan keberadaan Party Drunken Sword kami di tempat ini.

Tidak peduli apa yang telah mereka lakukan di sini, nama Party Drunken Sword akan didengar oleh warga Mira.



[Jangan khawatir tentang itu, Jun. Mayoritas pendapat dunia adalah bahwa Mira yang harus disalahkan karena memulai perang pada saat seperti ini. Yah, aku punya pemikiran sendiri tentang Dewi...... Bagaimanapun, seperti yang kau katakan, kita hanya akan mengikuti Lili. Walaupun demikian----]



Lentera yang kupegang menerangi Sakramen yang berdiri dengan postur yang agak merosot.



[Mereka benar-benar menyeramkan. Setelah mereka menyelesaikan perintah kami, mereka hanya masuk ke keadaan menunggu seperti itu. Mereka bahkan tidak menanggapi kata-kata kita. Tidak peduli siapa yang berteriak atau menangis di dekatnya, mereka tidak akan merespons tanpa instruksi. Komunikasi satu sisi ini ...... kukira beginilah mereka adanya.]



Mereka menyeramkan.

Jika tidak ada seorang pun di antara Party Drunken Sword yang memberi mereka arahan, mereka tidak ada bedanya dengan orang-orangan sawah.

Bahkan jika petir menyambar mereka, mereka tidak akan bereaksi.

Juga, tampaknya mereka tidak dapat menanggapi instruksi yang terlalu rumit.

Mereka harus diberikan sesuatu yang sederhana dan mudah dipahami.

Sakramen-sakramen itu memang berguna, tetapi itu tidak akan berguna ketika para komandan mati.



[Benar. Prajurit yang tidak membutuhkan makanan atau tidur ...... Mereka tentu saja nyaman, tetapi sulit untuk menganggap mereka sebagai rekan yang berjuang bersama kita.]

[Ada juga cara mereka mati.]



“Yah……”, Juon melihat ke bawah pada dua mayat di dekatnya.



Benda-benda putih berlumpur bercampur di sepanjang air hujan di tanah.

Cairan tubuh Sakramen berwarna putih.

Rupanya, jika terlalu banyak dari ini mengalir keluar dari tubuh mereka, Sakramen akan mati, seperti bagaimana orang mati dengan mengeluarkan darah.



Pada saat yang sama saat Sakramen mati, sesuatu yang sangat mirip dengan sayap putih akan keluar dari mata mereka dengan penuh semangat.



Ini, bisa dikatakan, tampaknya menjadi sinyal kematian mereka.

Hal menakutkan lainnya adalah perilaku umum keduanya di ambang kematian.



Keduanya mencoba untuk berpegangan tangan satu sama lain.



Aku tidak tahu apa tujuan dari tindakan mereka.

Mungkin ada maksud tertentu, tapi aku tidak tahu apa itu.

Namun, Sakramen-sakramen yang tampaknya mendekati kematian ingin berpegangan tangan dengan Sakramen lain.

Perlahan...... Mereka akan mengulurkan tangan mereka dan mencoba untuk mengambil tangan Sakramen lainnya......

Diam-diam……



[Fakta bahwa mereka tidak dikenal membuat kita sulit melakukan apa pun.]

[Aku juga khawatir mereka mungkin tiba-tiba berbalik menyerang kita. Lagipula, Kaisar Zera yang awalnya mereka ikuti, kan?]

[...... Kaisar Zera itu sendiri berbau mencurigakan. Mantan Kaisar Mira, yang seharusnya sudah mati sekarang, masih hidup karena dia telah dianugerahkan bagian dari kekuatan Dewa? Astaga, itu tidak masuk akal ...... Apakah Dewa bahkan diizinkan melakukan hal seperti itu?]

[Omong-omong, mengapa dia disebut "Kaisar yang Diasingkan" ?]

[Dia mencoba mentransfer Ksatria ke Dewi——— ke Raja Allion, atau begitulah yang kudengar? Kaisar Pertama Mira, Falken dan Kaisar Kedua, Dot...... Kutukan kedua Kaisar ini harus dipatahkan, atau begitulah kata Kaisar Zera. Jadi, dia dicopot dari gelar kekaisarannya oleh pewaris kedua takhta pada waktu itu dan tiga Rumah Tangga Kekaisaran Terpilih, dan dia diasingkan dari Mira ...... Dari sedikit yang aku tahu tentang sejarah, kupikir begitulah kelanjutannya— ——-]

[Foss———– Ahh, kau juga di sini, Juon. Bisakah aku bicara?]

[Ada apa, Bigg-san?]



Bigg, yang basah kuyup oleh hujan gerimis, melepas tudungnya.



[Sekelompok monster bermata emas sedang menuju ke sini. Mereka mungkin monster yang tidak dapat diubah oleh Kaisar Zera. Mari kumpulkan semua orang untuk menghadapinya.]

[Tidak seperti Kaisar yang Diasingkan, kita tidak dapat menambah jumlah Sakramen. Mengingat misi kita, aku tidak benar-benar ingin mengurangi jumlah Sakramen sebanyak mungkin ...... Dengan pemikiran ini, kupikir akan lebih baik jika kita berurusan dengan kawanan itu sendiri. Yah, aku merasa jauh lebih nyaman berurusan dengan monster.]

[Seperti yang dikatakan Jun. Kau baik-baik saja dengan itu, Foss?]

[Aku mengerti. Aku akan memberikan beberapa instruksi kepada Sakramen di sekitar sini dan menyusulmu nanti.]



Dengan kata-kata itu, Bigg dan Juon menghilang ke dalam hujan lebat.

Sementara itu, aku akan berkeliling dan menginstruksikan Sakramen, dimulai dengan yang terdekat tetapi———–



[Seseorang!]

[ ! ]



Suara.

Dari rumah terdekat.



[Seseorang tolong kami ...... Ayahku!]



Suara seorang pemuda.



[Pergi, Tara! Mereka akhirnya akan menemukan kita! Aku akan baik-baik saja! Kabur saja dulu!]



Dan mengikuti itu adalah suara yang dalam.

Yang satu ini terdengar kurang muda dalam nada.



[T-Tidak mau! Jelas tidak mau! Aku tidak bisa meninggalkanmu di sini, Ayah! Jika kita setidaknya bisa memindahkan ini......! Sy-Syalan...... aku tidak bisa melakukannya! S-Seseorang...... apa ada orang disana!? Bantu kami ...... hiks ...... Tolong!]

[Berhenti, Tara! Aku memintamu, pergi dari sini!]

[Aku tidak mau! Jelas tidak mauuuuu! Aku tidak akan menyerah! Kuhh ...... Sial! Bergerak, bergeraaaaaaaaaak————-!]



————- Di sana, di rumah miring itu ya.



Apakah itu furnitur atau sesuatu yang jatuh selama penyerbuan dan ayah mereka terjepit di bawahnya ya ......



Aku dengan cepat menganalisis situasi seperti ini———– tapi kemudian, sebuah pikiran muncul di benakku.

Mungkin juga jebakan.

Sebuah jebakan di sisi musuh Mira untuk mencoba dan memancingnya keluar.

Itu tidak mustahil.

Namun, jalan yang kutuju adalah ke arah mereka.



Aku tidak bisa begitu saja meninggalkan mereka di sana.

Memimpin Sakramen untuk membantu mereka——— Itu tidak baik.

Itu hanya akan membuatnya takut.


Aku menyadari kakiku menuju ke gedung tempat suara itu berasal.

Dengan perasaan yang bertentangan dalam pikiran, aku merasakan diriku menggertakkan gigi saat aku berjalan ke depan.



...... Kurasa aku setidaknya mencoba menebus apa yang kulakukan pada kota.



Sebelum aku dapat memilah perasaanku yang goyah, aku menyadari bahwa aku telah melangkah masuk.

Aku bahkan tidak memanggil ke dalam sebelum masuk.



Tindakan yang dangkal dan tidak dipikirkan, tidak seperti diriku yang biasanya.

Jika aku terlalu jauh dari rekan-rekanku, aku menghindari bertindak sendirian sebanyak mungkin.

Aku melanggar kebijakan Party Drunken Sword.

Intensitas hujan semakin meningkat……

Petir menyambar di luar jendela……

Dengan pedang terhunus di tangan, aku berjalan perlahan untuk memeriksa situasi.

Tapi kemudian, kuerhatikan ...... Tangisan minta tolong telah berhenti.

[...... Oi, aku di sini untuk membantu.]



Aku tidak mendengar jawaban.

Interior gelap masih sunyi.

Berjalan ke depan, aku menyinari lenteraku ke depan.

Namun, aku belum menemukan siapa pun.



[Kalian ada di mana? Aku di sini untuk membantu.]



Aku memanggil sedikit lebih keras, tetapi aku masih tidak menerima jawaban.

Berdiri di sini, aku hanya bisa merasa malu atas kekuranganku.

Ini benar-benar jebakan ya?

Atau mungkin……

Takut pada orang-orang yang menyerbu kota, mereka menyembunyikan napas mereka.



[Jika kalian butuh bantuan, kalian bisa memberi tahuku! Yakinlah, aku tidak bermaksud membahayakan kalian! Kami mungkin telah menyerbu kalian, tetapi sebagian besar orang di kota ini telah dievakuasi dan seharusnya aman dan sehat……!]



Aku memanggil, meninggikan suaraku lebih keras.

Tapi seperti yang kuduga, masih belum ada jawaban ……

Pada saat itu, hujan di luar tiba-tiba melambat hingga merangkak.

Menginjak lantai kayu, aku memasuki ruangan sebelah.

Suara derit papan lantai bergema di seluruh ruangan.

Dengan lantai seperti ini, telingaku tidak akan melewatkan langkah kaki terkecil sekalipun.

Jika ada yang mendekat, aku akan tahu dari kehadiran dan suaranya.

Cuaca juga berpihak padaku.

Tidak apa-apa.

Tidak akan ada masalah———-





[………………………]





Ada sesuatu disana……



Itu disana……



Di dekat sini……



Aku bisa merasakan sensasi suhu tubuhku sendiri turun dengan cepat ……



Dimana itu?

Dimana mereka?

Aku tidak tahu.

Aku tidak bisa memastikan keberadaan mereka.

Menekan ketidaksabaran yang tidak menyenangkan dalam diriku, aku mencoba untuk mendengarkan lebih hati-hati.

Kedengarannya ...... Tidak, masih tidak bisa mendengar apa-apa.



Tidak……



Mendengar sesuatu, aku menghentikan langkahku.



………………………………………….Atas?



[—————————–]



Dari atas?



Jadi mereka di atas?

Tapi kenapa?

Bukankah seharusnya hanya ada langit-langit di atasku?

Mungkin, apakah mereka memiliki loteng tersembunyi?

Suara napas pendek———– Tidak, itu suara napasku sendiri.

Aku tidak bisa mendengar apa-apa lagi ……

Apakah suara sesuatu yang bernafas di atas begitu rendah sehingga ditenggelamkan oleh suara hujan yang samar?



……Haahhh…… Haahhh…… Haahhh……



Suara nafasku yang pendek.

Memperlambat napasku bahkan lebih ……

Aku membuat napasku pendek.

……Aku bisa melihat nafasku sendiri……

Pakaianku yang telah menyerap hujan……

Dingin……

Gemetaran……

Seolah-olah itu adalah musim dingin.





Itu dari atas.





……Apa yang mereka lakukan?

Bukankah mereka membuatku terjebak dalam perangkap mereka?

Mengapa mereka tidak memulai jebakan mereka?



Tidak.



Bahkan, mungkin tidak ada apa-apa di sana.

Mungkin, aku begitu tegang sehingga aku berpikir "ada sesuatu di sana"?

Atau mungkin, bahkan suara ayah dan anak itu———–



—– mungkin hanya halusinasi pendengaran dari rasa bersalah yang mendalam ini.



Aku hanya ingin kesempatan untuk menebus dosa-dosaku.

Aku mungkin hanya secara tidak sadar membayangkan———-





Tidak.





Itu ada.

Itu benar-benar ada.

Seharusnya disana……



……Haahhh…… Haahhaaahhh…… Haahhhaaahhhaaahhhh…… Haahhaahhaaahhhhaaaaahhhaahhhaaahhh……



Syalan.

Aku perlu memeriksa apa itu.

Aku tidak tahu apa-apa.

Aku harus melihat apa itu.

Aku tidak----



Pak!



Mengumpulkan keberanianku, aku melihat ke arah langit-langit ......







Menuju———- kegelapan......







Dan disana……







aku menemukan mata……







Mata merah……







[Gyaakkk!]











Gedebuk.




























Next Post
« Prev Post
Previous Post
Next Post »

Comments