Isekai wa Heiwa deshita Chapter 560
Sesampainya di area warung bersama Illness-san, yang kebetulan kutemui, aku membeli dua tusuk sate terlebih dahulu, memberikan satu untuk Illness-san.
[Ini dia, Illness-san.]
[Kuhihi, terima kasih.]
Aku sedikit ragu tentang ide membawa seorang gadis ke warung tusuk sate sejak awal…… tapi tidak ada jalan lain. Lagipula, dengan kepribadian Illness-san, bahkan jika aku bertanya padanya "Apa yang ingin kau makan?", Dia hanya akan menjawab dengan "Aku akan pergi dengan apapun yang ingin kau makan, Kaito-sama".
Aku berpikir untuk membeli sesuatu yang sebenarnya bukan yang ingin aku makan, mendapatkan permen apel atau semacamnya tapi…… Illness-san mungkin bisa dengan mudah melihatnya. Jadi, sebagai hasilnya, aku memutuskan untuk membeli sesuatu yang disebut Red Horn Bull Skewers yang biasanya kumakan.
Red Horn Bull adalah daging sapi duniaku, dan aku sudah memakannya beberapa kali sebelumnya, jadi aku merasa nyaman dengan hal ini. Tidak, serius…… Kepastian bahwa ini terbuat dari daging yang kutahu itu luar biasa.
Selagi aku memikirkan hal ini, Illness-san meletakkan satu tangan di tusuk sate, menggunakan tangan lainnya untuk menutupi mulutnya saat menggigit.
[...... Ini benar-benar ennnnnnnnnnak, ya kaaaan?]
[………………..]
Hmmm, cara makan yang elegan tanpa memperlihatkan bagian dalam mulutnya. Untuk seorang Illness-san yang dapat melakukan hal seperti ini secara alami, kata "lady" sangat cocok untuknya.
Jika kau secara sadar memandangnya, aku dapat melihat keanggunan dalam postur dan gesturnya, tetapi sepertinya dia tidak melakukannya secara sadar, dan melakukannya dengan cara yang sangat alami.
Jika bukan karena fakta bahwa dia mengenakan seragam pelayan, dia akan terlihat seperti wanita bangsawan, dan aku merasa setiap gerakan yang dia lakukan sangat halus.
Setelah itu, tepat pada saat itu, aku melakukan kontak mata dengan Illness-san saat dia menatapku…… Eh? Dia…… menatapku, kan? Sepertinya dia melihat melewatiku dan ke pemandangan di belakangku...... U-Unnn, dia mungkin menatapku.
[Ada apppppaa?]
[Ah, t-tidak, cara makan Illness-san sangat elegan, jadi kupikir itu luar biasa……]
[Kuhihi, tidak begitu sama sekaaaaaaaali. Cara makan seperti ini hanyalah sesuatu yang aku terbiasa saaaaaaaja]
[Apakah begitu?]
[Bagimanaaaaaaaaapun ~~ Bukannya makan dengan elegan itu baik, tahuuuuuuuuuuuuuu? Cara terbaik untuk menikmati makaaaaaanan adalah makan dengan baik, kaaaan!]
[Begitu.]
Kata-kata yang dia ucapkan memang merupakan tindak lanjut bagiku yang hendak memakan tusuk sateku. Kupikir sungguh menakjubkan bahwa orang dapat mengatakan hal-hal seperti itu secara alami.
Didorong oleh kata-kata Illness-san, aku juga bisa makan tusuk sate tanpa menyadarinya.
Ketika aku menghabiskan tusuk sateku, Illness-san dengan lancar mengambil tusuk sate dari tanganku dan melemparkannya ke kaleng terdekat, bersama dengan tusuk miliknya sendiri.
Kemudian, dia menoleh padaku dan berbicara dengan lembut.
[…… Jadiiiiiiii~~ Kaito-samaaaa, apa yang membuatmu “merasa tidak nyaman”?]
[…… Eh?]
[Kupikir ada alun-alun di saaaaaaaaaaaaaaana~~ Bagaimana jika kita berbicara disaaaaaaaaaana. Bahkan jika hanya mendengaaaaaarkan. Kupikir itu sesiatu yaaaang bisakulakukan.]
[…… Ummm, mungkinkah…… Kau telah memperhatikan semuanya dari awal?]
[Kurasaaaaaaaaaa ~~? Apa yang kau pikirkan? Kuhihihi.]
Aku benar-benar tidak bisa menandingi dia.
Seperti yang dikatakan Illness-san, aku memang merasa tidak nyaman. Sebaliknya, ada sesuatu yang membuatku agak berat hati.
Aku mengundang Illness-san dengan tujuan untuk berterima kasih padanya… tapi mungkin, aku mungkin mencoba mengalihkan diriku dari emosiku.
Illness-san, yang dengan mudah memahami emosiku, pindah ke alun-alun yang kurang populer dan mendesakku untuk duduk di bangku.
Duduk di bangku, Illness-san juga duduk di bangku dengan jarak yang agak jauh di antara kami, dan tanpa mengatakan apapun, dia memalingkan wajahnya kepadaku.
[…… Errr, sebenarnya, besok, aku seharusnya berkeliling festival dengan Shiro-sa…… Dewa Pencipta-sama.]
[Ya ampuun~~ Itu akan menjadi kehormaaatan yang sangat bagus.]
[Iya. Bukannya aku tidak suka bergaul dengan Shiro-san. Sebaliknya, aku bersenang-senang bersama Shiro-san…… jadi aku agak menantikan hari esok.]
[Jikaaaaaa begitu~~ Apa yang membuaaaaaaaatmu khawatir?]
[Tidak, ummm, aku yakin kami akan mendapat banyak perhatian……]
Ya, aku tak sabar untuk berkeliling dengan Shiro-san…… tapi dibandingkan dengan Kuro dan yang lainnya, Shiro-san akan menarik lebih banyak perhatian.
Maksudku, hanya penampilannya di upacara pembukaan sudah cukup untuk membuat semua orang berlutut serempak. Selain itu, semua Dewa sangat waspada… Aku hanyalah rakyat jelata kecil, jadi perhatian seperti itu sulit untuk kuambil.
[Begituuuuuu~~ Aku sendiri tidak benar-benaaaaaaar suka mencooooolok~~ jadi aku mengerti bagaimana perasaaaaaaaaanmu.]
[Ya, jadi….. Kupikir tidak sopan bagi Shiro-san untuk pergi berkeliling saat aku merasa seperti itu, jadi aku berpikir untuk mengubah suasana.]
[…… Kalau begituuuuuuuu~~ apa kau akan berhenti berkeliling dengan Dewa Pencipta-sama besoooooooooook?]
[…… Tidak, seperti yang aku katakan, aku benar-benar tidak sabar untuk pergi bersamanya.]
[Laluuuuuuuuu~~ Kupikir kau akan melakukannya dengan baaaaaaaaaik. Aku yaaaaaaaakin ~~ Dewa Pencipta-sama juga akan senang berkeliling dengaaaaaaaaaaaaanmu.]
[Kukira kau benar.]
Lagipula Illness-san adalah orang seperti ini. Dia tidak akan pernah mengatakan hal-hal seperti bagaimana kau harus melakukan sesuatu. Dia akan secara positif menegaskanmu…… Dan ketika kau menemukan jawaban, dia dengan lembut akan menyemangatimu.
Meskipun aku merasa cemas, dia akan memberi tahuku bahwa itu bukan masalah besar, itu hanya sesuatu yang membutuhkan perhatian besar. Illness-san memahami perasaan rumit yang kumiliki, dan itulah mengapa dia membiarkanku mengatakannya seperti ini untuk mengubah suasana hatiku.
Faktanya, kupikir sangat mudah untuk mengatakannya dengan lantang. Aku hanya perlu menikmati waktuku dengan Shiro-san dan tidak khawatir tentang apa yang terjadi di sekitarku……
Illness-san…… sungguh luar biasa. Saat aku berbicara dengan Illness-san, aku merasa seperti secara alami aku bisa menjadi lebih positif tentang berbagai hal….. Suaranya yang dengan lembut menegaskanku dan kata-katanya yang dengan lembut mendorong punggungku sangat nyaman.
Saat aku menikmati perasaan pikiranku jernih, aku mendengar suara lembut dan tepukan tangan
[…… Katakanlah jika dunia ini adalah satu ceriiita, berapa halaman lagi naaaaaaaaantinya?]
[…… Illness-san?]
Ketika aku mengalihkan pandanganku ke suara itu, aku melihat bahwa Illness-san telah berbalik ke arah langit dan menyanyikan sebuah lagu sambil dengan lembut bertepuk tangan.
[Kau di laman itu mungkin saaaaangat kecil dan suuuulit dilihat.]
[………………]
[Tapi itu tidak masaaaaaaalah, karena bagiiiiiiiiimu…… bagian penting adalah halaman beriiiiiiiiiikutnya.]
[………………]
[Toloooong, terus berjalan, karena masa depan terletak di tempat kau melaaaaaaaaaangkah.]
Aku belum pernah mendengar lagu ini sebelumnya, tetapi sepertinya memiliki lirik yang baik. Meski begitu, Illness-san…… sangat pandai menyanyi. Mau tidak mau aku mendengarkan lagunya yang diputar dengan lembut dan lembut, seolah-olah sedang berbicara kepadaku.
[Katakanlah jika dunia adalah satu ceriiiita, keajaiban bertemu denganmu seperti ini adalah sesuatu yang aku sangaaaaaaaat sukuri.]
Liriknya sepertinya sudah memasuki bait kedua, dan dia menyanyi dengan ritme yang sama dengan baris pertama.
[Kau yang menjangkau orang laaaaaaaain, yang lain juga menjangkaaaaaaaaaamu. Jadi, lingkaran mengembang, dan halaman memperoleh waaaaaaaaarna.]
[…………… ..]
[Kau tidak pernah sendiriiiiiiiiian, karena kau memiliki banyak teman di sisiiiiiiiimu.]
[………………..]
[Toloooong, jangan lupaaaaaakan, karena ada penggemar yang menginginkan kebahagiaaaaaaaaanmu.]
Dengan kata-kata itu, Illness-san menoleh padaku, dan untuk sesaat… Aku merasa matanya terfokus padaku.
[Aku yakin jalan yang kau lalui tidak akan muuuuuuuuulus, angin kencang mungkin mendorongmu mundur, tapi aku yaaaaaakin, kau akan tumbuh dengan setiap langkahmuuuuu.]
[……………… ..]
[Suatuuuuuuuuu hari, ketika kau sudah tua, membaca cerita itu lagi akan membuatku tersenyum, bahkan ketika aku tidak berada di halaaaaaaaamannya.]
[………………..]
[Itulah mengapa tolong, jangan lupaaaaakan, aku akan menjadi penggemarmu, berharap kau bahagia.]
Sepertinya di sinilah lagunya berakhir, saat Illness-san mengakhirinya dengan senyuman yang tidak biasa…… senyuman kecil dan lembut, sebelum dia berpaling dariku dan menengadah ke langit.
[…… Itu lagu yang indah. Lagu apa?]
[…… Sebuah lagu bernama "A Small Story", itu populer sekitar seratus tahun yang lalu. Kupikir itu akan menjadi lagu yang paling tepat untuk dikirimkan kepadamu, Kaito-samaaaaa.]
[Ehh? Errr ……]
[Aku akan selaaaaaaaalu berada di sisimu. Itulah mengaaapa~~ bahkan di masa deeeeeeeepan, kau dapat mengandalkanku sebaaaaaaaaanyak yang kau inginkan. Aku paling bahagia saat kau bahagia lagipulaaaaaaaaaa~~ atau sesuatu seperti itu?]
Mengatakan ini, Illness-san memiringkan kepalanya. Illness-san, saat dia berjemur di bawah cahaya bulan yang redup, terlihat sangat cantik dan fantastis.
[Kuhihi…… Ya ampuuuuuun ~~ karena kita masih punya waktu, bagaimana kalau kita pergi ke warung-warung laaaaaagi?]
[Ahh, y- ya! Kau benar, ayo pergi!]
Saat Illness-san berdiri dengan senyuman biasa di wajahnya, aku juga berdiri. Aku tidak tahu apakah itu karena aku mendengar dia memberitahuku bahwa dia akan selalu berada di sisiku atau tidak, tapi aku merasa wajahku memerah sekarang.
Ibu, Ayah ————- Menegaskanku, mendukungku, mendorongku maju…… dan dengan tulus mendoakanku kebahagiaan. Lagu yang Illness-san berikan padaku memiliki lirik yang sangat lembut ———- dan lirik kebaktian.
<Kata Penutup>
Aku tidak peduli jika perasaanku tidak dihargai. Aku hanya terus mendoakanmu, kebahagiaan kekasihku ————- Illness / Pandemonium adalah wanita yang seperti itu.
Serius-senpai: […… Arehh? Untuk seseorang yang baru saja muncul entah dari mana, dia bertingkah seperti seorang heroine…… Hentikan itu, hentikan, hentikan wanita dengan kekuatan heroine yang tinggi….. Maksudku, itulah yang akan terjadi, kan? Setelah ini, kita akan memiliki chapter Intermission dari sudut pandang Pandemonium, kan?]
TLN : Ah..... Entah kenapa gw ngerasa fail banget nerjemahin pas Illness nyanyi... Udah berkali-kali gw cek ulang padahal....


Next Post
Isekai wa Heiwa deshita Chapter 561
Isekai wa Heiwa deshita Chapter 561
Previous Post
Isekai wa Heiwa deshita Chapter 559
Isekai wa Heiwa deshita Chapter 559