Dungeon Battle Royale Chapter 133
Novel Dungeon Battle Royale ~ Since I Became a Demon King, I Will Aim for World Domination ~ Indonesia
Chapter 133 - Regin ③
~ PoV Takaharu ~
Setelah mendapatkan perintah dari Shion, aku menuju timur laut dengan wanita elf yang menyebalkan itu - Sarah, dan bawahannya.
“Jadi, bagaimana? Tidak apa-apa membantai semua manusia di timur laut?”
“Haah? Taka-chi, kau serius? Emangnya gak denger Shion-chi ngomong apa?” (Sarah)
"Hah? Jadi, gimana?” (Takaharu)
“《Reign》, mengerti !?” (Sarah)
“Itulah mengapa aku bertanya, apa yang akan kita lakukan dengan 《Reign》 !?”
“Eh? Yang itu, tuh! Kayak yang di kasih tau Shion-chi, tau?… Atasi mereka pake kekerasan?” (Sarah)
“Hah? Singkatnya, tidak apa-apa untuk membantai manusia, bukan?" (Takaharu)
"… Kayaknya?" (Sarah)
--Salah sekali! Tunjukkan kekuatan kalian, dan jika mereka menunjukkan niat mereka untuk menyerah, panggil aku!
Suara Shion langsung bergema di kepalaku.
“Ooh !? Kau dengar?"
“Ya, ya. Aku dengar, aku dengar. Tetep aja, gak adil banget kalo cuman Shion-chi yang bisa ngomong ama kita kan? ” (Sarah)
“Ini hak istimewa pemenang, paham?”
"Taka-chi, kau benar-benar pecundang yang menyedihkan... akui sajalah." (Sarah)
"Maksudku, itu fakta bahwa aku kalah... Tsk, mari kita hentikan pembicaraan tentang omong kosong dan pergi saja." (Takaharu)
Aku menyelesaikan topik bodoh itu, tidak menuju tujuan kami.
◆
Di lokasi yang kami tuju, menurut perintah Shion, adalah gedung besar - sekolah dasar.
"Tidak apa-apa jika kita menunjukkan kekuatan kita kepada para manusia di sekolah itu, kan?" (Takaharu)
"Ya kan?" (Sarah)
Dengan membawa bawahan, aku melewati gerbang sekolah bersama Sarah.
“Mp-Monster…”
“T-Tidak mungkin… me-mereka terlalu banyak…”
“H-Hiii… i-itu sebabnya a-aku memberitahumu bahwa kita ha-harus lari!”
'Kumpulan 30 orang dengan equipment lusuh' di depan pintu masuk sekolah.
Aku hanya harus menunjukkan kekuatanku pada orang-orang ini…? Mereka terlihat seolah mereka akan menjerit cuman gara-gara petir bukan?
"Nah, apa yang akan kita lakukan?" (Takaharu)
“Eh? Kayaknya gak ada untungnya juga ngebunuh mereka deh?” (Sarah)
“Kita harus menunjukkan kekuatan kita, bukan? Bukankah tidak apa-apa bagi beberapa dari mereka untuk menghirup beberapa debu?” (Takaharu)
Saat aku berbicara dengan Sarah tentang tindakan kami selanjutnya di depan para pecundang ini ...
“Hai… o-orang itu adalah… Beast King Unoke!?”
Seorang pria lajang, yang telah menyiapkan pedangnya sambil berdiri di depan kelompok mereka, terkejut ketika dia melihatku.
“Beast King Unoke… itu kau, Taka-chi?” (Sarah)
"Sepertinya begitu?"
“Uwaahh !? Taka-chi, gak nyangka ternyata kau seleb rupanya!? ” (Sarah)
“Haah!? Maksudmu apa barusan?” (Takaharu)
“Tapi, karena dia tau tentangmu… artinya dia berhasil kabur darimu, ya kan Taka-chi?… Pupupu. ” (Sarah)
“Diam! Aku akan memukulmu!” (Takaharu)
“Kyaa! Beast King Unoke ngamuk… emangnya kau pikir aku bakalan nangis atauu ngejerit kayak gitu?” (Sarah)
Aku marah pada Sarah, yang tersenyum nakal tanpa rasa takut.
“A-Apa tujuanmu di sini…?”
Seorang lelaki tua, yang muncul dari dalam sekolah, berteriak dengan suara gemetar.
"Hah?"
“H-Hii…”
Aku memelototi orang tua itu sementara masih kesal dari sebelumnya.
“Lihat… orang manapun bakalan takut kalo di plototin kayak gitu, Taka-chi.” (Sarah)
“Diaaaammmmm!” (Takaharu)
Aku mengancam Sarah dengan senyum vulgarnya, tapi gadis itu terus tersenyum tanpa rasa takut.
Tidak ada gunanya… bicara dengan elf terbelakang ini membuatku kesal. Aku akan segera menyelesaikan pekerjaan di sini.
“Tujuan kami… Shion memberitahu kalian, bukan? Kalian belum mendengarkan?” (Takaharu)
“A-Apakah ini tentang kita untuk tunduk…?”
“Nah yang itu!”
Aku mengaum pada pria yang gemetar.
“Ke-Kenapa kalian… Raja Iblis, meminta kami untuk tunduk… sekarang !?”
Kenapa sekarang…? Aku merenungkan tentang jawaban atas kata-manusia itu, tetapi…
“Seolah-olah aku tahu! Tunduk atau sekarat, pilih satu, sekarang!” (Takaharu)
Aku juga tidak tahu tentang jawabannya. Pertama-tama, sepertinya aku tidak punya kewajiban untuk menjawab. Aku memaksa manusia untuk memilih.
“Tunggu dulu, Taka-chi, Taka-chi?” (Sarah)
"Apa?"
Dalam suasana tegang ini, suara Sarah yang benar-benar santai mencapai telingaku.
"Kita harus mengkonfirmasi masalah itu, bukan?" (Sarah)
“Masalah itu…?” (Takaharu)
――!
Masalah itu, eh…? Ya, itu pasti penting. Bagiku dari semua orang telah melupakannya.
"Hei! Apakah ada di antara kalian yang pandai memasak?”
Aku lupa tentang misi besar untuk mengamankan orang-orang yang bisa memasak untuk kami.
“…”
“Kalian tuli !? Bukankah ada orang yang pandai memasak di antara kalian!? Angkat tanganmu jika itu benar !!” (Takaharu)
“” H-Hiii… ””
Beberapa manusia, yang dikuasai oleh kata-kataku, dengan takut-takut mengangkat tangan mereka. Aku menghafal wajah mereka, menyingkirkan orang-orang itu dari daftar kandidat untuk memamerkan kekuatanku.
“Baiklah… artinya tidak apa-apa membunuh semua orang selain mereka untuk menunjukkan kekuatan kita.” (Takaharu)
“Taka-chi, Taka-chi.” (Sarah)
"Apa?"
“Gimana kalo nyerang manusia yang keliatan kuat dulu, terus liat situasinya lagi?” (Sarah)
"Menyusahkan saja ..." (Takaharu)
"Kalo kau membunuh mereka, itu akan menjadi masalah total setelah yang lain berubah menjadi bawahan, tahu?"
“――! Kau, bukankah cukup pintar?” (Takaharu)
“Haah? Taka-chi, itu seperti Captain Obvious! "
Semuanya sudah ditetapkan. Manusia masih belum memberikan jawaban atas pertanyaanku. Sungguh menyebalkan, tapi kurasa tidak ada pilihan selain mengikuti ide Sarah.
“Pokoknya, kau, kau, kau… dan sementara kami melakukannya, kau juga.” (Takaharu)
“――!”
“Eh?”
“A-Aku juga…”
“A-Apa…?”
Aku mencalonkan empat orang memakai equipment yang lumayan.
“Sekarang aku akan melawan kalian sendiri. Aku akan mengajari kalian perbedaan kekuatan."
Sederhana itu yang terbaik. Dibebaskan dari melakukan hal-hal yang tidak biasa kulakukan, aku mengungkapkan senyum terbaikku.
"Ayolah! Mereka yang tidak dinominasikan olehku, beri ruang! Kalian, datanglah padaku dengan semua yang kalian punya!” (Takaharu)
“Kuuh… !?”
"Ku-Kukira kita tidak punya pilihan selain melakukannya..."
Menanggapi ancamanku, orang-orang menjauh dari 'keempat orang yang ditunjuk, dan keempatnya menyiapkan senjata mereka dengan tangan gemetar'.
"Ayo maju!"
Aku menendang tanah, menutup jarak dengan seorang pria, yang menyiapkan pedangnya, dalam sekejap.
――《Flying Swallow Kick》!
Kaki kananku, yang dengan cepat mengibas seperti cambuk warpin, mengirim pedang da pria itu terbang.
Aku memegangi wajah orang itu, saat dia menatap tercengang di tangannya, dan mendorong kepalanya ke bawah ke tanah.
Dia yang pertama.… Dia tidak mati, kan?
Yang tersisa adalah pria pengguna kapak dengan baju besi berat, pria pemanah, dan wanita dengan tongkat.
Aku memalsukan serbuan kearah pemanah, tapi bergerak di depan pria ber armor berat, dengan mengganti arah di tengah dengan tendangan kuat ke tanah.
“――Ap- !?”
Pria berarmor berat mempersiapkan perisainya dengan tergesa-gesa, tapi…
―― 《Demolishing Fist》!
Tinju kananku yang terlepas dengan mudah menembus perisainya, dan bahkan menembus armor berat di belakangnya.
Itu tidak melewati seluruh tubuhnya… dia masih hidup, kan?
…Uh oh!
Begitu aku membengkokkan tubuh bagian atasku setelah mendengar suara angin bertiup, panah melewati tempat di mana wajahku tadi.
Aku mengarahkan wajahku ke arah pemanah dengan senyum lebar.
"HIiiiiii…"
Aku menendang tanah sekali lagi, menyerbu ke pemanah. Meskipun dia menembakkan beberapa anak panah ke arahku dalam perjalanan, aku mengurangi jarak ke arahnya sambil menangkis panah dengan sarung tangan yang diberikan Shion kepadaku.
Aku mengirim senyum puas pada pria yang ketakutan, dan kemudian menindaklanjutinya dengan tangan kananku, memukul wajah pria itu dengan telapak tanganku.
Dengan ini, hanya satu manusia yang tersisa - wanita yang memegang tongkat, paha bagian dalamnya gemetar.
Pada saat ketika aku akan memulai keuntungan untuk menuju ke wanita itu――
“Taka-chi! Tunggu sebentar, oke !?”
Suara elf sialan itu membuatku mengerem.
“Apaan?”
“Kayaknya itu dari Shion-chi? Semua manusia di sini kayaknya nyerah." (Sarah)
Elf brengsek itu tiba-tiba memegang smartphone. Aku cukup yakin dia menelepon Shion ketika aku pergi dengan kekuatan yang luar biasa.
"Lalu kita selesai di sini?" (Takaharu)
"Taka-chi, good job." (Sarah)
Aku kesal dengan senyuman Sarah, yang sama sekali tidak memiliki ketulusan.
Next Post
« Prev Post
« Prev Post
Previous Post
Next Post »
Next Post »
Comments
Post a Comment