Isekai wa Heiwa deshita Chapter 312

Saat aku mengobrol dengan Alice, makanan kami bertambah dan kami terus makan hidangan yang sangat lezat dengan nama yang sulit diingat ketika aku pertama kali mendengarnya, seperti makanan yang tampaknya “~~ dihiasi dengan aroma angin musim panas” atau “disiapkan dengan semacam saus”. 

Di rumah Lilia-san, ada beberapa hidangan mewah juga yang diperkirakan dari seorang Duchess, tetapi karena karakter Lilia-san, hidangan mewah tidak begitu umum, dan ini adalah pertama kalinya aku makan hidangan kelas atas. 

Masing-masing dari ini sangat kompleks, namun lezat, dan pada saat yang sama, itu adalah pengalaman baru bagiku, jadi aku menikmatinya sepenuhnya dengan mata dan lidahku. 

[Mmmm. Enak sekali.] 

[Fufufu, jika kau berkata begitu, maka ada baiknya merekomendasikannya kepadamu.]

Sambil minum teh setelah makan malam dan bercakap-cakap santai…… Yang paling aku khawatirkan adalah harga makanan kami. 

Seperti yang diharapkan, tidak mungkin aku tidak dapat membayarnya dengan jumlah uang yang kumiliki saat ini, tetapi aku belum pernah ke restoran kelas atas sebelumnya, jadi aku ingin tahu berapa harganya. 

Saat aku memikirkan hal ini, Alice, yang telah menghabiskan tehnya, bertanya apakah kita harus pergi, aku mengangguk setuju dan berdiri untuk berbicara dengan pelayan yang menunggu. 

[Permisi, bolehkah aku menerima tagihannya……] 

[Kami telah menerima pembayaran dari No Face-sama. Kalian dipersilakan untuk pergi apa adanya.] 

[...... Eh? Ah, tidak……] 

[Terima kasih untuk makanannya. Tolong beri tahu koki itu enak ~~] 

[Tunggu, Alice !?]

Ketika aku bingung dengan pelayan yang mengatakan kepadaku bahwa dia telah menerima pembayaran, Alice sepertinya tidak terganggu sama sekali saat dia berjalan menuju pintu keluar. 

Seolah-olah dia berniat melakukan ini sejak awal…… Cepat mengejar Alice, dia berbalik ke arahku dengan senyum di bibirnya. 

[Yah, begitulah…… Tolong izinkan aku mentraktirmu kali ini.] 

[…… Mungkinkah itu, Alice, dari awal……] 

[…… Ya-Yah, ummm…… Memintamu mentraktirku makan malam, errr, itu hanya alasan untuk mengajakmu berkencan…… Ka-Karena itu, izinkan aku berterima kasih setidaknya sebanyak ini.] 

[…… Terima kasih, katamu, untuk apa sebenarnya?] 

[Kau harusnya tau tentang itu, namun kau masih bertanya !?]

Sayang sekali. Aku akan menggodanya dengan imbalan sedikit membuatku lengah, tapi sepertinya dia dengan mudah melihatnya. 

Alice mengeluh dengan rona merah di wajahnya, tapi ekspresinya dengan cepat berubah menjadi senyuman masam saat kami mulai berjalan, berdiri berdampingan memegang tangan satu sama lain. 

Kami bisa saja langsung kembali ke rumah Alice seperti ini, tapi suasananya terasa menyenangkan…… dan aku ingin menyerap sisa makanan kami sedikit lebih lama. 

[…… Nah, Kaito-san…… Karena kita sudah di sini, bagaimana kalau kita berjalan-jalan di pantai sebelum kita pulang?] 

[Kurasa begitu, ini juga akan menjadi akitivitas yang bagus setelah makan.] 

Tampaknya Alice memikirkan hal yang sama, ketika dia menyarankan agar kami berjalan-jalan di pantai terdekat, yang kuterima dan kami berjalan keluar dari restoran.

Di pantai malam yang dipenuhi suara ombak yang masuk dan keluar, suara langkah kaki kami di pantai berpasir bergema. 

Bulan keluar dengan indah hari ini, dan cahaya yang dipantulkan di lautan memberi kami tingkat kecerahan yang wajar. 

[…… Hei, Kaito-san?] 

[Unnn?] 

[…… Rasanya seolah waktu telah berlalu dalam sekejap mata, bukan?] 

[Ya, hari ini sungguh menyenangkan.] 

Jari-jari kami saling bertautan satu sama lain……. Yang disebut gandengan kekasih, kami dengan lembut berbicara satu sama lain. 

Aku bisa merasakan kehangatan tubuh Alice melalui tangannya dan suaranya yang lembut terasa nyaman di telingaku, dan ditambah dengan situasi bagaimana kami berjalan di pantai di bawah sinar bulan, entah bagaimana membuatku merasa sangat bahagia.

[…… Iya. Itu benar-benar menyenangkan. Aku tidak ingat kapan terakhir kali...... Aku bersenang-senang sebanyak ini.] 

[Jika Alice bersenang-senang, maka aku senang.] 

[...... Kaito-san.] 

[Unnn?] 

[...... Bisakah kita pergi keluar bersama seperti ini lagi?] 

[Tentu saja, kita bisa pergi keluar sebanyak yang kau mau.]

Ahh, angin laut membelai pipiku, suara ombak yang kudengar, kehangatan yang pasti di tanganku……. Semuanya terasa sangat menyenangkan. 

Kencanku dengan Alice kali ini...... Banyak hal telah terjadi sepanjang hari. 

Aku melihat sisi mengejutkan dari Megiddo-san di Arts Plaza dan melihat Alice yang imut dan bingung. Kami saling menuapi makan siang dengan rasa malu, dan bertanding melalui perjudian...... Dan bahkan sekarang, Alice ada di sampingku.

Benar-benar sangat menyenangkan, sehingga aku merasa sedih melihat kencan kami telah berakhir. 

[…… Kaito-san.] 

[Unnn?] 

[…… Aku mencintaimu.] 

[…… Aku juga mencintaimu, Alice.] 

Menyampaikan cinta kami satu sama lain…… kami berdua berhenti hampir bersamaan, aku melihat ke Alice dan dia menatapku. 

[…… Kaito-san. Errr, begini, aku memang bilang kalau itu terlalu dini untuk hal semacam itu tapi……] 

[Unnn.] 

[Na-Namun, ummm, Ku-Kupikir c-ci-ci-ciuman…… bukanlah masalah.] 

[…… Apa tidak apa-apa?] 

[Ya…… Ummm, suasana kita sangat menyenangkan sekarang…… dan aku merasa sangat bahagia…… dan aku ingin…… mencium Kaito-san.] 

[…… Alice.] 

Seolah tertarik padanya, aku meletakkan tangan kiriku di bahu Alice dan membuka kedoknya dengan tangan kananku.

Aku bisa melihat bayanganku di mata biru safirnya yang indah, dan rambut emasnya, yang diterangi oleh sinar bulan, terlihat begitu indah sehingga terasa seperti fantasi. 

Menatap satu sama lain untuk sesaat, selama sepuluh detik…… dan kemudian, Alice dengan lembut menutup matanya, dan aku berjongkok, mendekatkan wajahku ke wajahnya. 

Perlahan, saat aku mendekat untuk membakarnya ke dalam otakku saat ini, jarak antara kami turun menjadi nol. 

[…… Hnnn.] 

Aku menikmati bibir berisi dan lembutnya…… ​​sensasi yang bisa digambarkan sebagai indah dan hangat, tanpa meninggalkan jejak. 

Tangan Alice melingkari belakang leherku, sementara aku meletakkan lenganku di punggungnya.

Merasa seolah-olah hanya kami berdua yang ada di dunia saat ini...... Melupakan waktu, kami hanya menyimpan pikiran kami satu sama lain. 




Setelah berjalan-jalan di pantai, kami kembali ke rumah Alice dalam keheningan. 

Bukannya aku merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan seperti begitu malu hingga aku merasa tubuhku terbakar. Ketika aku mengalami perasaan geli itu, atas saran Alice, aku memutuskan untuk pergi ke depan dan mandi. 

Sementara kehangatan air panas menenangkan kelelahan di tubuhku setelah seharian berjalan, bayangan Alice, citra Alice yang telah kulihat sebelumnya muncul di pikiranku. 

Mengingat hal itu, yang tertanam kuat dalam ingatanku, meski aku merasa malu, itu tetap membuatku merasa bahagia lagi.

Hubunganku dengan Alice, yang merupakan semacam rekan-kejahatan bagiku sebelumnya, telah berubah secara drastis…… Dan sekarang, menjadi kekasihku, kekasihku yang tercinta, kehadirannya telah tumbuh sepenuhnya di hatiku. 

Saat aku berpikir kalau besok entah bagaimana akan menyenangkan lagi… Aku mendengar suara ketukan diam-diam dari pintu. 

[...... Kaito-san, bagaimana air panasnya?] 

[Eh? U-Unnn, suhunya sudah tepat.] 

[Be-Begitukah…… Ba-Baiklah…… A-A-Aku akan masuk!] 

[Eh? Appp !?] 

Ketika aku menanggapinya sambil berendam di bak mandi, segera setelah itu, pintu terbuka dengan panggilan yang terdengar bertekad…… dan Alice masuk, dengan malu-malu membungkus tubuhnya dengan handuk. 

Eh? Tunggu sebentar!? Ada apa dengan situasi ini !?

[A- A- A- Alice !? A-Apa yang kau……] 

[U- U- U- Ummm…… Se-Seperti yang aku katakan sebelumnya…… ​​I-Ini adalah "hadiah" ku…… untuk Kaito-san……] 

[Ha-Hadiah ?] 

[Ya- Ya.Si ca-cantik Alice-chan ini akan membasuh punggungmu…… I-Itu upahku untukmu !!!] 

[…… Ehh?] 


Ibu, Ayah ———- Merasakan perasaan menyesal, aku kembali ke rumah Alice setelah kencanku dengan Alice berakhir. Namun, naif bagiku untuk berpikir bahwa ini adalah akhirnya ———– karena sepertinya ini belum berakhir.



Next Post
« Prev Post
Previous Post
Next Post »

Comments