Genius Prince’s National Revitalization from State Deficit V5 C8
Genius Prince’s National Revitalization from State Deficit ~ Right, Let Us Sell the Country Indonesia
Volume 5 Chapter 8
Volume 5 Chapter 8
“… Aneh…”
Setelah jamuan makan, Wayne kembali ke kamarnya yang telah disiapkan untuknya dan melipat tangannya.
“Aku telah memberi mereka banyak topik umpan, tetapi mereka tidak pernah menyebutkan pembicaraan pernikahan apa pun…”
“Itu memang tidak terduga…”
Ninim, yang menonton percakapan itu juga berpikir keras.
"Mereka sepertinya sengaja menghindari pembicaraan itu..."
“Untuk Marden, saat ini mereka berada di waktu terbaiknya untuk memulai kembali…”
* Unnh *, geram Wayne.
Di sebelahnya, Ninim tertawa kecil.
“Tetap saja, kau sudah yakin sekali kalau akan di beri proposal pernikahan sebelumnya…”
“Ugh…”
“Alih-alih menunjukkan itu, mereka justru menghindarinya…”
“Ugh, Ugh…”
“Mungkin, kau terlalu kepedeean?”
“Ughyaaaaaa!?!”
Ditusuk oleh beberapa kata pisau, Wayne pingsan…
“I-Ini tidak mungkin terjadi… Aku seharusnya ragu untuk menolak pernikahan, dan akan bersikap tenang….”
“Pada akhirnya, Wayne adalah orang yang mengeluh tentang topik pernikahan, sungguh tidak sedap dipandang…”
“Ughaaaaaaa!”
Wayne terpuruk di tempat.
Saat itu, pintu kamar diketuk. “Aku tidak sadar diri…” - Meninggalkan Wayne yang menggumamkan kata-kata itu dengan mata kosong, Ninim membuka pintu, di mana dia melihat Ziva, yang melayani Zenovia berdiri di sana.
“Aku minta maaf karena datang selarut ini… Ada sedikit perubahan tentang rencana besok…”
Ninim akhirnya menatap ke belakang ... Wayne yang sampai sekarang tampak seperti orang yang kehilangan jiwanya telah memperbaiki postur tubuhnya dengan sebuah buku, di satu sisi, dia terlihat sangat mulia...
"Aku tidak keberatan, biarkan dia masuk, Ninim..."
"Ya tuan. Silakan masuk, Ziva-sama…”
Ninim kemudian meminta Ziva untuk masuk. Wayne bertanya padanya.
"Jadi, apa itu konsultasi Ziva?"
“Maaf, tidak ada alasan untuk ini… Tapi, besok makan siang dengan Zenovia-sama, ada masalah tiba-tiba yang perlu ditangani Zenovia-sama, itulah mengapa aku datang ke sini untuk berkonsultasi…”
Wayne dan Ninim saling memandang.
Bukan hal yang aneh untuk menjadwalkan perubahan. Wayne juga mengalami banyak hal seperti itu.
Namun, untuk Marden dan Zenovia, sekarang Wayne tinggal di sini, itu adalah harga murah bagi mereka… Bagaimanapun, dalam beberapa hari, Wayne akan berangkat menuju Kerajaan Solgest. Sangat wajar bagi mereka untuk memanfaatkan kesempatan ini bahkan dengan mengorbankan masalah politik lainnya.
(Tapi jika dia memutuskan untuk menunda makan malam bersamaku nanti, masalahnya adalah darurat— ...)
Namun, Wayne sendiri meniadakan kemungkinan tersebut. Untuk keadaan darurat, dia tidak bisa merasakan frustrasi dari Ziva yang berdiri di depannya.
(Jika demikian, apakah dia mencoba menjauh dariku? Tapi berdasarkan sambutannya hari ini, keramahan mereka sangat rumit, dan aku bisa merasakan kompromi dan kesediaan mereka untuk bergabung dengan Natra…)
Sikap pihak lain sangat tidak seimbang… Di sisi lain, sejumlah hipotesis muncul di benak Wayne, tetapi semuanya tidak berdasar.
Namun, jika dia terus memikirkannya, ceritanya tidak akan dilanjutkan. Wayne kemudian berkata...
“Jika itu masalahnya, aku tidak akan menahannya. Sayangnya, stabilitas di wilayah Marden sangat penting bagi Natra. Tapi tetap, tolong, beri tahu Marquis Zenovia, jangan terlalu khawatir tentang politik…”
"Ya tuan. Aku berterima kasih atas pertimbanganmu, Yang Mulia..."
Ziva menundukkan kepalanya.
Lalu Ninim membuka mulutnya…
"Tapi jika itu masalahnya, jadwal besok akan menjadi kosong..."
"Kurasa begitu. Ada banyak cara untuk menghabiskan waktu… ”
Ketika dia mulai bertanya-tanya apa yang harus dilakukan, Ziva menyela…
“Untuk masalah itu, Yang Mulia, bagaimana kalau berjalan-jalan di sekitar kota?”
“Hou… Kota yang kau maksud ini?”
Ziva mengangguk.
“Ketika kota ini baru saja dibebaskan, masih banyak bekas pertempuran yang tersisa, dan aku ingat Yang Mulia juga sangat sibuk pada saat itu. Sejak kami mulai membangun kembali, kuharap Yang Mulia dapat mengambil kesempatan ini untuk melihat kota yang telah kami hidupkan kembali…”
“Fumu….”
Tentu saja, dia percaya bahwa ini bukan hanya tentang menikmati kota. Wayne bisa melihat ada maksud tertentu di baliknya—, Tapi dia tidak bisa membaca apa yang mereka rencanakan pada saat ini.
(Yah, aku harus mengikuti arus saja untuk saat ini...)
Wayne mengangguk setelah membuat keputusan seperti itu.
"Baik. Kami akan menikmati tamasya besok, kurasa? Ninim, aku akan menyerahkan penyesuaian padamu..."
"Aku mengerti."
"Terima kasih. Orang yang akan membimbing Yang Mulia akan diatur…"
Ziva kemudian membungkuk sekali lagi.
“Kalau begitu aku permisi dulu di sini. Aku sangat berterima kasih telah diberikan waktu oleh Yang Mulia untuk konsultasi ini."
Ziva kemudian berbalik dan diam-diam meninggalkan ruangan.
Ninim kemudian memiringkan lehernya dengan rasa ingin tahu.
"Aku ingin tahu apa yang dia maksud dengan ini?"
“Aku tidak tahu. Baiklah, kita lihat besok. Pokoknya, masalahnya adalah… Kok bisa pembicaraan pernikahan tidak keluar ?!”
“Seperti yang diharapkan, mungkin kau hanya kepedean?”
“Kuharap bukan itu masalahnya! Demi kehormatanku!"
Jadi Wayne berdoa saat hari berikutnya datang…
———————————-
Siang keesokan harinya.
"Aku minta maaf telah membuatmu menunggu, Yang Mulia Wayne."
Muncul di depan Wayne sebagai pembimbingnya adalah Zeno, menyamar sebagai laki-laki, seperti saat dia menyusup ke Cabarine bersama dengannya.
(Ah, begitu, jadi begitulah…)
(Aku mengerti, sekarang aku mengerti.)
Wayne dan Ninim sama-sama yakin.
Keduanya tahu bahwa Zeno adalah Zenovia yang menyamar.
Tentu saja, ada beberapa keadaan untuk melakukan hal seperti itu pada saat itu, tetapi Wayne tidak pernah mengira dia akan melihatnya dalam penyamaran seperti itu lagi sekarang.
"Aku merasa terhormat bertemu denganmu lagi, Yang Mulia."
“Ah, kurasa kau benar, ngomong-ngomong, saat ini, di posisi apa kau Zeno?”
“Posisiku saat ini adalah salah satu pengawal Zenovia. Aku akan bergabung dengan Yang Mulia dan akan melakukan survei kota atas nama Zenovia yang sibuk.”
Dengan kata lain, itulah settingnya.
Dari waktu ke waktu, Zenovia mungkin pergi keluar sebagai Zeno sebagai istirahat dari pekerjaannya sehari-hari. Mengingat keselamatan, Wayne tahu bahwa itu tidak baik tetapi, dia juga tahu bahwa kadang-kadang seseorang ingin bebas dari urusan politik dan berjalan-jalan di sekitar kota.
“Aku juga memiliki pesan dari Zenovia-sama.”
* Uhum * Zeno terus berbicara setelah berdehem.
“Tolong gunakan aku sebagai pemandu dan nikmati tamasya kota sepenuhnya. Jangan ragu untuk mengajukan pertanyaan apapun. Karena akan lebih mudah untuk bercakap-cakap sambil berjalan di sekitar kota– Atau begitulah yang dia katakan…”
"… Begitu ya."
Alih-alih pertemuan biasa, mereka akan saling buka saat jalan-jalan.
Itu adalah jalan memutar tetapi, memang benar bahwa mungkin ada sesuatu yang tidak ingin didengarkan oleh pengikut mereka. Wayne tersenyum sedikit, dan akhirnya menganggukkan kepalanya.
“Kalau begitu, mari kita terima tawaran Marquis Zenovia. Aku memintamu untuk membimbing kami, Zeno ”
“Dimengerti. Silahkan, lewat sini.”
Dipimpin oleh Zeno, Wayne melangkah ke kota Solituk.
Next Post
« Prev Post
« Prev Post
Previous Post
Next Post »
Next Post »
Comments
Post a Comment