Isekai wa Heiwa deshita Chapter 294

Aku memutuskan untuk tinggal di toko barang serba adanya Alice sebentar untuk mengenalnya. 

Setelah memaksa Alice yang bingung untuk mengizinkanku menginap, aku meletakkan tasku di ruangan yang telah disiapkan Alice untukku, dan kemudian kembali ke ruang tamu. 

[...... Ngomong-ngomong, Kaito-san. Berapa lama kau berencana untuk tinggal?] 

[Hmmm. Sampai aku mengenal Alice lebih baik, kurasa?] 

[Apa kau membicarakan di mana permoho—— Fugyaaahhh!?] 

[........ Apa kau baru saja mengatakan sesuatu?] 

[Aku tidak mengatakan apa-apa.] 

Lalu, aku memakan makanan yang telah kubeli untuk makan malam dengan Alice, dan karena ada banyak hal yang terjadi hari ini, aku langsung pergi tidur.

Alice bertingkah sama seperti biasanya, tapi aku masih merasa ada sesuatu yang aneh pada dirinya……. Sepertinya dia sengaja mencoba bertingkah ceria dan mengalihkan topik. 

Tidak, mungkin itu hanya sesuatu yang tidak kusadari sampai sekarang, dan dia selalu seperti ini…… 






Hari ke-9 di Bulan Cahaya. Aku memutuskan untuk mulai pagi ini dengan mengamati bengkel Alice untuk melihat bagaimana dia membuat sesuatu. 

Sebenarnya, Alice biasanya jadi pengawalku, jadi tiruannya yang membuat barang dagangannya untuk toko barang serba ada…… tapi kali ini, aku meminta tubuh utamanya untuk membuatkan satu untukku, dan Alice setuju. 

[…… Ummm, Kaito-san?] 

[Unnn?] 

[Ji-Jika kau menatapku begitu tajam seperti itu…… Itu agak menyebabkan sulit untuk membuatnya……]

Memegang palu tempa di tangannya, Alice menatapku, seolah dia tidak nyaman dipandangi. 

Apakah dia sedang membuat pedang sekarang? Aku belum pernah melihat pekerjaan pandai besi sebelumnya, tapi kelihatannya cukup keren. Terima kasih atas berkah Shiro-san, aku tidak merasakan panasnya apinya, jadi aku benar-benar bisa menikmati pekerjaannya. 

[…… Entah bagaimana, meskipun ini pertama kalinya aku melihat Alice mengerjakan sesuatu dengan serius…… Kau entah bagaimana terlihat sangat keren.] 

[!? Ahhh……] 

[Ahhh……] 


Saat aku memujinya dengan senyuman, dentang keras terdengar, saat Alice mematahkan pedang yang dibuatnya menjadi dua. 

[Ka-Kaito-san, apa yang tiba-tiba kau katakan!? Alice-chan selalu keren dan imut, tahu!?] 

[Yah, kurasa kau benar.]

[Ugghhh…… Ti-Tidak, tidak, Kaito-san? Itu bagian dimana kau akan men tsukkomi, tahu!? Ini adalah bagian di mana kau akan memukul kepalaku, mengatakan "Hal bodoh apa yang kau ucapkan!?", tahu !!!? Di dunia mana kau biasanya memujiku !?] 

Meskipun aku memujinya, entah kenapa, dia mulai mengeluh…… Aku tidak bisa memahaminya. 

Yah, selain itu, Alice sebenarnya tidak memiliki banyak area bagus…… Jika tidak ada area bagus yang akan dikumpulkan, aku yakin kau sudah bisa membuat gunung darinya. Meskipun dia adalah gadis yang merepotkan yang akan dengan cepat bermain-main, yang pasti dia adalah wanita yang kuat, berpengetahuan luas dan dapat diandalkan.

Selain itu, meskipun pengaruh topengnya cenderung mengaburkannya, wajah terbuka Alice sama imutnya dengan boneka, jadi menurutku tidak salah untuk mengatakan bahwa dia keren dan imut. 

[…… Hmmm. Yah, ada bagian dari dirimu yang benar-benar suka bermain-main sesekali tapi…… Alice bisa diandalkan, dan aku memang menganggapmu manis.] 

[Ap !? Apa !?…… Uuuuu…… A-Aku merasa sedikit jengkel……] 

Mendengar kata-kataku, Alice tersipu begitu merah sehingga aku bisa tahu bahkan dengan topengnya, dan mencoba untuk terus berusaha untuk mendapatkan kembali ketenangannya. 

Melihat reaksinya, yang tidak terlalu umum sebelumnya, aku merasa seperti aku mengenal Alice yang baru, meskipun itu hanya sebagian kecil dari dirinya, dan pikiran itu membuat senyuman secara alami muncul di bibirku. 

Kemudian, aku terus melihat Alice bekerja untuk sementara waktu.

Tidak ada hal khusus yang terjadi sampai matahari terbenam. Kami menghabiskan hari dengan santai, mengobrol, dan menonton Alice. Kemudian, kami makan malam dan mandi sesudahnya. 

Sudah sehari sejak aku menerobos masuk ke rumah Alice, dan sementara tidak ada hal besar yang terjadi, kupikir aku telah mencapai beberapa hal kecil. Saat-saat ketika dia merasa malu ketika dipuji, dan ketika dia dengan bingung mengalihkan topik…… Melihat sisi feminin dari Alice terasa menyegarkan, dan entah bagaimana membuatku merasa bahagia. 

Tapi sayangnya, aku bahkan belum mendapatkan petunjuk tentang tujuan awalku. Alice sepertinya tidak ingin membicarakannya juga…… Tidak, dia terkadang melihatku tanpa alasan, jadi Alice mungkin tidak yakin apakah dia harus membicarakannya atau tidak.

Aku tidak dalam posisi untuk melangkah ke dalam kehidupan Alice lebih dari diriku sekarang, jadi aku harus menunggunya untuk membuka dirinya sendiri. 

Memikirkan hal ini, aku keluar dari bak mandi dan pindah ke ruang tamu, tempat Alice seharusnya berada. 

[Alice, aku sudah selesai……?] 

[…………….] 

[Apa dia tertidur?] 

Ketika aku kembali ke ruang tamu, aku menemukan pemandangan lain yang kulihat untuk pertama kalinya…… ​​Alice tertidur dengan tangannya di atas meja dan topengnya yang terlepas. 

Hmmm. Setelah apa yang terjadi dengan Eden-san, tidak peduli seberapa kuat Alice...... Dia benar-benar akan lelah. 

Bahkan ketika dia kelelahan dari pertarungan dengan Eden-san, dia menjadi bingung setelah intrusi mendadakku…… ​​Kukira dia menurunkan kewaspadaannya dan tertidur…… Haruskah aku mengganggu nanti di pagi hari?

Ini akan menjadi buruk untuk membangunkannya, jadi mari kita biarkan dia tidur sebentar...... Jika aku ingat benar, aku mencuci selimut yang Kuro dan aku gunakan saat di Festival Pohon Suci dan memasukkannya ke dalam Kotak Sihir...... 


Sambil tersenyum saat aku melihat wajah tertidur Alice yang menggemaskan, aku mengeluarkan selimut dari kotak sihir dan hendak membungkusnya di atas bahu Alice….. ketika aku menyadarinya.

Kilauan dari mata Alice yang tertidur….. adalah air matanya yang mengalir….. Ya, Alice menangis dalam tidurnya.

[…………………]


…Berat macam apa yang dibawa Alice dengan tubuh mungilnya? Rasanya sangat frustasi karena tidak mengetahui hal itu.

Dengan lembut, aku mengulurkan tangan ke wajah Alice dan mencoba menghapus air matanya dengan jariku, saat mata biru Alice terbuka.

[…… Eh? Arehh ———-!?]

[……………….]


Membuka matanya dan melihatku, Alice menjadi terkejut, dan dengan cepat, dia mengusap matanya dan memakai topengnya.


[Kau keluar dari kamar mandi ya ~~ Nah ~~ Seperti yang diharapkan dari Kaito-san. Kau terlihat sangat hebat bahkan saat kau meneteskan air! Ahaha……]

[…… Alice.]

[…… Kaito-san…… Ummm, benarkah…… ingin mengetahuinya?]

[……………… ..]

Alice segera mencoba untuk mengalihkan topik, tetapi ketika dia menyadari aku menatapnya dengan mata serius, dia menundukkan kepalanya dan dengan lembut bergumam.

[Bu-Bukankah tidak apa-apa...... Bahkan jika kau tidak mengetahuinya...... Kita bisa tetap seperti ini...... Di mana aku akan melakukan sesuatu yang bodoh dan Kaito-san akan memarahiku karena itu...... Saat-saat itu menyenangkan dan membuatku merasa bahagia…… Karena itu, tidak apa-apa……]

[………………..]

[Aku takut Kaito-san…… akan mengetahui tentang diriku yang dulu.]

Ini adalah pertama kalinya dia menunjukkan kelemahan yang jelas.

Meminta untuk terus melakukan seperti yang kita lakukan saat itu, hanya agar dia tidak goyah lebih jauh…… dengan suara yang sedih dan lemah…… Aku-aku bisa mengerti apa yang dirasakan Alice.

Aku yakin Alice berpikir bahwa aku mencari tahu tentang masa lalunya akan menghancurkan hubungan kami saat ini.

Aku juga merasa seperti itu juga…… Seperti yang Chronois-san tunjukkan padaku, aku mencoba untuk menghindari konfrontasi dengannya secara langsung karena aku merasakan hal yang sama seperti Alice sekarang.

Itulah kenapa aku ingin tahu apa yang dia keluhkan…… tapi sayangnya untuknya, aku sudah meletakkan tanganku di pintu itu. Aku siap melangkah ke kedalaman kehidupan Alice.

Dan yang terpenting…… Aku mulai mengharapkannya…… ​​hubungan yang lebih dari yang kumiliki saat ini dengannya……

[…… Alice. Aku ingin bisa…… untuk “melindungi” Alice.]

[……Melindungi? Kaito-san, melindungiku?]

[Ya. Tentu saja, aku tahu bahwa kekuatanku bahkan tidak mendekati kekuatan Alice. Aku tahu itu…… Alice jauh lebih kuat dariku, dan kau telah memperoleh banyak pengalaman, dan yang terpenting, aku tahu kau lebih baik dariku dalam segala hal.]

[…………………]

[Namun, aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri karena tidak bisa menjangkau Alice yang menderita. Aku membenci diriku sendiri karena hanya dilindungi…… Bahkan aku…… ingin "melindungi hati Alice" juga ..]

[……Mengapa……?]

Mendengarku dengan tenang mengatakan itu padanya, Alice bertanya padaku kembali dengan suara yang terdengar seperti dia akan menangis.

Dia tidak mengatakan detail dari apa yang sebenarnya ingin dia tanyakan. Oleh karena itu, aku memutuskan untuk mengungkapkan pikiran jujurku.

[…… Alice sudah tak tergantikan bagiku. Kau bilang tidak apa-apa untuk menjaga keadaan seperti sekarang tapi...... Aku ingin hubungan kita lebih jauh dari itu. Aku ingin berada dalam hubungan dimana kita bisa saling mendukung……. dimana aku tidak hanya dilindungi oleh Alice, tapi dimana aku juga melindungimu.]

[……………………]

[Jadi…… Alice…… Aku ingin tahu tentangmu.]

[……………………]

Aku mengatakan apa yang perlu kukatakan. Jika Alice masih menolak untuk melakukannya, lebih dari ini hanya akan membuatnya menderita.

…… Itu sebabnya, aku tidak akan mengatakan apa-apa lagi. Aku hanya diam menunggu jawaban Alice.

Dengan kepala menghadap ke bawah, Alice tetap diam, dan keheningan yang damai menyelimuti kami berdua.

Aku bertanya-tanya berapa lama waktu telah berlalu? Satu menit? Sepuluh menit? Atau mungkin, lebih dari itu? Setelah lama terdiam, seolah waktu telah berhenti, Alice perlahan membuka mulutnya.

[…… Itu tidak akan menjadi…… cerita yang menarik, tahu?]

[…… Unnn.]

[Kau mungkin juga…… menyesalinya, tahu? Kau bahkan mungkin berharap kau tidak bertanya……]

[Aku tidak akan melakukan itu.]

[…… Aku mengerti.]

Setelah memastikan bahwa tekadku teguh, Alice menghela nafas….. sebelum dia menganggukkan kepalanya.

Ibu, Ayah ———— Masa lalu Alice, aku membayangkannya sebagai pintu yang berat dan keras bagiku. Itu adalah pintu yang terus dia bawa dalam tubuh kecilnya, karena tersembunyi di balik masa lalunya yang masih terus dia sembunyikan. Saat kupikir ini akhirnya menjadi titik awal ——– Pintu menuju hati Alice dengan tenang terbuka.


Next Post
« Prev Post
Previous Post
Next Post »

Comments