Isekai wa Heiwa deshita Chapter 147

Novel I Was Caught up in a Hero Summoning, but That World Is at Peace Indonesia
Chapter 147




Sambil mengasihani Chronois-san, aku berenang sebentar dengan Shiro-san…… Atau lebih tepatnya, aku dengan santai menenggelamkan diriku di laut sebelum kembali ke pantai…… dimana sebuah rumah pantai berdiri. 

Eksterior kayu sederhana, dan papan bertuliskan "Rumah Pantai"...... Dia dengan sempurna membuat ulang rumah pantai, bahkan bagian yang anehnya kuno. Chronois-san, ini luar biasa!

Saat aku masuk, aku bahkan bisa mencium bau tikar tatami…… Sungguh, bagaimana kau melakukan ini? 

Dan saat aku duduk di seberang Shiro-san…… Dia telah mengikat rambutnya menjadi ekor kuda sebelum aku menyadarinya.

Mungkin itu untuk menghindari rambut panjangnya menempel di pasir, tetapi meskipun demikian, aku tidak tahu apakah aku harus mengatakan bahwa gaya rambut apa pun terlihat bagus untuknya atau sesuatu seperti itu, tetapi sungguh menakjubkan bagaimana mengubah gaya rambutnya memberinya jenis yang berbeda. pesona. 

[Shallow Vernal-sama, apa yang kau mau?] 

[Baiklah, aku akan memesan "Yakisoba yang Sedikit Tidak Menggugah selera".] 

[………………] 

Ya-Ya. Yakisoba yang dijual di rumah pantai memang seperti itu, tapi apa kau benar-benar harus mengatakannya dengan jelas!? Ah, dan ada beberapa toko yang menjual yang lumayan…… mungkin. Aku yakin ada beberapa, bukan? 

[Dimengerti. Miyama, kau mau apa?] 

[Errr…… Chronois-san, apa kau yakin bisa membuat semua makanan tertulis di menu di sana?] 

[Tidak ada masalah.]

[…… Ka-Kalau begitu, aku akan pesan nasi kari.] 

[Umu.] 

Bisakah dia benar-benar membuat nasi kari dalam waktu sesingkat itu? Ti-Tidak, memang benar bahwa Chronois-san sepertinya bisa memanipulasi waktu, jadi bukannya dia tidak bisa melakukannya tapi…… Dia tidak benar-benar memiliki citra seseorang yang hebat dalam memasak. 

Bahkan jika aku menahan sedikit keraguan dalam pikiranku, tepat saat aku akan melakukan pemesanan….. Aku merasakan kehadiran orang lain dengan Sihir Simpati ku. 

Begitu...... Chronois-san meminta bantuan darinya ya. 

Kalau begitu, sepertinya makanan yang keluar akan baik-baik saja.

Seolah mengkonfirmasi prediksiku, nasi kari dan yakisoba langsung ditempatkan di hadapanku dan Shiro-san. 

Ketika aku memasukan nasi kari kemulutku setelah mengucapkan terima kasih atas makanannya…… ​​Aku menemukan bahwa bahkan rasa yang sedikit murah pun diciptakan kembali dengan sempurna, seperti yang kau harapkan dari "Ein-san". 

Nasi kari ini tidak salah lagi adalah nasi kari yang bisa dibeli dari rumah pantai. 

[Shiro-san, bagaimana menurutmu?] 

[Ini sedikit tidak menggugah selera. Begitu, jadi ini yakisoba rumah pantai ya.] 

[...... atau lebih tepatnya, kau makan dengan garpu ya.] 

[Aku belum pernah menggunakan sumpit sebelumnya. Tapi itu benar, bukan? Kau tidak bisa benar-benar makan yakisoba kecuali kau menggunakan sumpit, kan?] 

[...... Tidak, menurutku tidak begitu?]

Shiro-san menggunakan garpu untuk memakan yakisoba seolah-olah itu spageti. 

Sumpit bukanlah hal yang umum bagi orang-orang di dunia ini, jadi aku tidak memiliki arti yang aneh ketika aku menyebutkan itu, aku hanya bermaksud sebagai obrolan ringan sederhana tapi……. di saat berikutnya, Shiro-san mulai mengatakan sesuatu yang tidak bisa dipercaya. 

[Baiklah, Kaito-san. "Suapi aku" dengan sumpitmu.] 

[...... Apa?] 

[Aku ingin mencoba memakannya dengan sumpit, jadi suapi aku.] 

[Ti-Tidak, seperti yang dikira, itu agak......] 

[Aku ingin mencoba memakannya dengan sumpit, jadi suapi aku.] 

[Na-Namun......] 

[Aku ingin mencoba memakannya dengan sumpit, jadi Suapi aku.] 

[...... Dimengerti.] 

Tolong berhenti mengatakannya berulang kali. Sangat menakutkan……

Hmmm, aku merasa seolah aku telah melalui banyak permainan yang memalukan hari ini. 

Namun, sangat beruntung hanya ada Chronois-san dan Ein-san di rumah pantai ini. 

Menyerah, aku mengambil sepasang sumpit sekali pakai dari meja…… Atau lebih tepatnya, dia bahkan membuat sumpit sekali pakai? Kau benar-benar memiliki semuanya, Chronois-san. 

Eh, tunggu sebentar? Dia memintaku untuk menyuyapinya tapi…… Saat aku duduk di sini menghadapmu? Mungkin karena meja ini sangat besar, tapi sepertinya akan sangat sulit untuk melakukannya…… 

[Kenapa kau tidak duduk saja di sampingku?] 

[…… E- Errr…… Ba-Baiklah.] 

Aku pasti bisa menyuapinya dengan mudah jika aku hanya duduk di sebelahnya tapi...... Pada catatan serius, Shiro-san saat ini dalam pakaian renang dan kulit telanjangnya sangat terbuka.

Dibutuhkan banyak tekad bagiku untuk duduk di sebelahnya saat dia seperti itu tapi…… Aku jelas tidak bisa mengatakan tidak di sini karena dia akan terus mengulang tanpa akhir seperti rekaman rusak. 

Membuat ketetapan hati, aku bangkit dari tempat dudukku dan duduk di sebelah Shiro-san…… tapi pemandangan sambil duduk di sebelahnya jauh melebihi harapanku. 

Duduk di sebelah Shiro-san, yang tingginya hampir sama denganku, mengesampingkan rambutnya yang indah dan berkilau, aku bisa dengan jelas melihat payudaranya, yang menciptakan belahan dalam. 

Kulitnya tampak begitu indah dan lembut, aroma menyenangkan yang nampaknya keluar dari suatu tempat, dan wajah cantik yang bahkan tidak bisa kuperkirakan dapat digambarkan bahkan saat dia berada di sampingku...... Aku sendiri yang tahu, bahwa hatiku berdebar sangat cepat sekarang.

Te-Tenang, tidak apa-apa.

Duduk dengan jarak yang cukup diantara kami, aku hanya perlu memperhatikan dimana aku melihat…… 

[……………] 

[Ap !?] 

Kenapa kau begitu dekat sampai bahu kita hampir saling bersentuhan!? Disaat aku berhati-hati untuk menjaga jarak diantara kita!? 

Saat kulit telanjang kami hampir saling bersentuhan, hatiku melonjak lebih tinggi, tetapi Shiro-san sepertinya tidak terlalu peduli dan tetap tanpa ekspresi. 

Te-Tenang, tetap tenang dan tenanglah…… Tarik napas dalam-dalam. Tarik napas dalam-dalam dan…… 

Namun, Shiro-san tidak mengizinkanku untuk tetap tenang sama sekali. 

[Kau berusaha sekeras itu untuk melakukan itu, apakah dua hal ini benar-benar baik-baik saja?] 


Dengan penasaran memiringkan kepalanya, tanpa ragu-ragu, Shiro-san meraih tanganku…… dan membawanya ke dadany ——- Ehhhhhh !?

[Ehh? Apa!?!? Sh- Sh- Shiro-san, a-a- apa yang kau!?] 

[Yah, sepertinya kau melihat mereka dengan penuh minat.] 

[~ ~! 

Apa sih yang orang ini lakukan !? Le-Lembut sekali…… bukankah itu yang seharusnya kupikirkan!? I-Ini buruk, ini buruk, A-Aku harus menarik tanganku, atau itu akan menjadi pelecehan seksual sepenuhnya…… 

[Jika kau ingin menyentuhnya, aku tidak keberatan, tahu? ] 

[Bisakah kau berhenti mengatakan itu!? Po-Pokoknya! Tanganku!? Tolong lepaskan !?] 

[Baiklah.] 

Dengan panik berteriak saat aku merasakan wajahku panas, Shiro-san melepaskan tanganku begitu saja. 

A-Aku masih bisa merasakannya di tanganku...... Apa-apaan gerakan bodoh yang dia lakukan barusan !? Kupikir dia akan membakar semua kesadaranku dalam sekejap!

Namun, orang yang dimaksud, Shiro-san…… sepertinya tidak terganggu sama sekali, dan mengulurkan sepiring yakisoba padaku. 

[Kalau begitu, suapi aku.] 

[...... Ya.] 

Saat mengalami sensasi jiwaku dipangkas, aku melihat ke bawah dan menerima piring, tidak bisa melihat wajah Shiro-san dengan benar. 

Meraih yakisoba dengan sumpit, aku membawanya ke mulut Shiro-san. 

[Begitu , kurasa lebih enak memakannya dengan sumpit ya.] 

[Be-Be-Begitukah……] 

[Namun, bukankah ini berarti Kaito-san tidak bisa makan nasi karimu?] 

[ Ah, tidak, itu bisa menunggu……] 

[Karena itulah, sini.] 

[Ap !?]

Setelah memberitahuku itu dengan suara tanpa intonasi yang sama, Shiro-san mengambil sepiring nasi kariku, menyendoknya dengan sendok dan mengulurkannya padaku. 

Tu-Tunggu sebentar!? Apa sebenarnya itu!? Kau tak akan menyarankan agar kita bergiliran menyuapi satu sama lain atau sesuatu seperti itu, bukan? 

[Ya.] 

[Ti-Tidak, aku baik-baik saja……] 

[Ini.] 

[……………..] 

[Ini.] 

[…… Te-Terima kasih untuk makanannya.] 


Shiro-san benar-benar tidak mau Aku tidak punya pilihan selain menyerah dan membiarkan wajahku mendidih dihadapan permainan memalukan ini. 

Makan nasi kari yang Shiro-san tawarkan padaku, sekarang aku memberinya beberapa yakisoba.

Ibu, Ayah—— Aku sedang makan siang dengan Shiro-san di rumah pantai…… atau begitulah seharusnya, tapi aku benar-benar terhanyut di sini. Sungguh, aku tidak tahu apakah Shiro-san itu memang orang bebal atau bukan, tapi bagaimana aku harus mengatakan ini…… Pokoknya—— Bukankah kewaspadaanmu terlalu longgar !? 

[Ini sungguh sesuatu yang spesial untukmu.] 

[...... Seperti yang kubilang, bisakah kau tidak mengatakan hal seperti itu .......]




Next Post
« Prev Post
Previous Post
Next Post »

Comments