Isekai wa Heiwa deshita Chapter 135
Novel I Was Caught up in a Hero Summoning, but That World Is at Peace Indonesia
Chapter 135
Segera setelah aku keluar dari gerbang, aku menggunakan Alat Sihir Teleportasiku.
Sampai saat ini, aku kembali bersama pemanduannya Lillywood-san di Alam Iblis, tetapi karena tidak ada hal baru yang bisa kulihat di jalan menuju gerbang Alam Manusia, aku memutuskan bahwa aku langsung akan berteleportasi.
Dalam sekejap, pemandangan di sekitarku terdistorsi, dan aku sudah bisa melihat rumah Lilia-san di depanku.
Hmmm, cukup nyaman tapi…… Aku masih merasa sedikit mual setelah menggunakannya. Aku tidak punya masalah ketika aku menggunakan gerbang yang menghubungkan Alam Manusia dan Alam Iblis tapi...... Apakah kekuatan sihir yang digunakan ada hubungannya dengan itu?
Bagaimanapun, aku kembali ke rumah Lilia-san dengan selamat.
Ketika aku pindah ke ruangan itu untuk memberi tahu Lilia-san bahwa aku kembali, Lilia-san dan Lunamaria-san ada di dalam dan menyapaku dengan senyum lembut.
[Selamat datang kembali, Kaito-san. Bagaimana Dunia Iblis?]
[Aku telah kembali. Ya, tempat itu sangat indah, tempat yang luas, dan aku menikmati hanya melihat pemandangannya.]
[Begitukah, senang mendengarnya…… Ngomong-ngomong, ada sesuatu yang ingin aku tanyakan padamu……]
[Ya? ]
Lilia-san mengangguk dengan senyum lembut di wajahnya, tapi untuk beberapa alasan, ekspresinya berubah menjadi serius.
Saat aku memiringkan kepalaku pada situasi ini, Lilia-san perlahan melipat tangannya di depan wajahnya sebelum dia berbicara.
[A-Aku tahu itu mungkin mustahil tapi...... Kau tidak akan memberitahuku bahwa kau benar-benar bertemu dengan Raja Naga-sama, kan?]
[……Maafkan aku. Kami bertemu.]
[………….]
[Nona!?]
Saat aku menjawab dengan jujur pertanyaan yang Lilia-san tanyakan padaku dengan ekspresi pucat di wajahnya…… Lilia-san membanting wajahnya ke mejanya.
[Aku telah kembali. Ya, tempat itu sangat indah, tempat yang luas, dan aku menikmati hanya melihat pemandangannya.]
[Begitukah, senang mendengarnya…… Ngomong-ngomong, ada sesuatu yang ingin aku tanyakan padamu……]
[Ya? ]
Lilia-san mengangguk dengan senyum lembut di wajahnya, tapi untuk beberapa alasan, ekspresinya berubah menjadi serius.
Saat aku memiringkan kepalaku pada situasi ini, Lilia-san perlahan melipat tangannya di depan wajahnya sebelum dia berbicara.
[A-Aku tahu itu mungkin mustahil tapi...... Kau tidak akan memberitahuku bahwa kau benar-benar bertemu dengan Raja Naga-sama, kan?]
[……Maafkan aku. Kami bertemu.]
[………….]
[Nona!?]
Saat aku menjawab dengan jujur pertanyaan yang Lilia-san tanyakan padaku dengan ekspresi pucat di wajahnya…… Lilia-san membanting wajahnya ke mejanya.
[…… Mengapa…… orang ini…… selalu bertemu dengan salah satu dari Enam Raja setiap kali dia keluar……]
[Nona, tolong tetap tenang, mereka mungkin baru saja bertemu dan belum ada koneksi nyata yang telah dilakukan!]
[Te-Terima kasih, Luna…… Kaito-san, ummm, errr…… Tolong jangan bilang kalau kau benar-benar akrab dengannya atau semacamnya……]
[………………]
[Kaito-san…… Kenapa kau membuang muka?]
[Nona, tolong tetap tenang, mereka mungkin baru saja bertemu dan belum ada koneksi nyata yang telah dilakukan!]
[Te-Terima kasih, Luna…… Kaito-san, ummm, errr…… Tolong jangan bilang kalau kau benar-benar akrab dengannya atau semacamnya……]
[………………]
[Kaito-san…… Kenapa kau membuang muka?]
Tangannya gemetar dengan ekspresi pucat di wajahnya, Lilia-san…… terlihat sangat menakutkan.
Namun, bukannya aku tidak bisa begitu saja memberitahunya...... Jika aku memberitahunya tentang ini nanti, dia pasti akan mencekikku lagi......
Memikirkan tentang itu, tanpa berpikir dua kali, aku mengeluarkan sisik Magnawell-san yang diberikan padaku dari dalam Kotak Sihirku.
[…… Dia memberiku sisiknya.]
[…………….]
Semua ekspresi menghilang dari wajah Lilia-san.
Udaranya sangat menakutkan sampai aku tidak bisa menahan diri untuk tidak berjinjit….. tapi seperti boneka yang kehilangan senar, tubuh Lilia-san roboh.
[…… Kyyuuuu~~]
[Nona!?]
Sisik lebih dari 5 meter yang aku keluarkan sepertinya telah melampaui batas toleransi Lilia-san dalam sekejap, dan saat matanya menengadah, dia jatuh ke mejanya.
Ya, rasanya ceramah lain dipastikan akan datang nanti...... Namun, aku tidak berpikir seluruh situasi ini disebabkan olehku, dan kupikir itu adalah kesalahan Raja Phantasmal……
Setelah beberapa saat, kesadaran Lilia-san kembali . Dia bergegas ke sudut ruangan, dan memeluk lututnya.
[…… Serius…… Kaito-san, kau aneh…… kau tidak normal…… Kenapa begitu…… hal semacam ini terjadi ketika aku yang menjaga orang dari dunia lain……]
[Nona…… kau menyedihkan……]
[Kenapa kau tertawa barusan!?]
Lunamaria-san masih sama, tersenyum pada Lilia-san yang depresi, dan langsung dimarahi.
Namun, apa yang harus aku lakukan…… Ini mungkin berdampak buruk bagi hati Lilia-san dan aku benar-benar minta maaf padanya tapi…
Namun, bukannya aku tidak bisa begitu saja memberitahunya...... Jika aku memberitahunya tentang ini nanti, dia pasti akan mencekikku lagi......
Memikirkan tentang itu, tanpa berpikir dua kali, aku mengeluarkan sisik Magnawell-san yang diberikan padaku dari dalam Kotak Sihirku.
[…… Dia memberiku sisiknya.]
[…………….]
Semua ekspresi menghilang dari wajah Lilia-san.
Udaranya sangat menakutkan sampai aku tidak bisa menahan diri untuk tidak berjinjit….. tapi seperti boneka yang kehilangan senar, tubuh Lilia-san roboh.
[…… Kyyuuuu~~]
[Nona!?]
Sisik lebih dari 5 meter yang aku keluarkan sepertinya telah melampaui batas toleransi Lilia-san dalam sekejap, dan saat matanya menengadah, dia jatuh ke mejanya.
Ya, rasanya ceramah lain dipastikan akan datang nanti...... Namun, aku tidak berpikir seluruh situasi ini disebabkan olehku, dan kupikir itu adalah kesalahan Raja Phantasmal……
Setelah beberapa saat, kesadaran Lilia-san kembali . Dia bergegas ke sudut ruangan, dan memeluk lututnya.
[…… Serius…… Kaito-san, kau aneh…… kau tidak normal…… Kenapa begitu…… hal semacam ini terjadi ketika aku yang menjaga orang dari dunia lain……]
[Nona…… kau menyedihkan……]
[Kenapa kau tertawa barusan!?]
Lunamaria-san masih sama, tersenyum pada Lilia-san yang depresi, dan langsung dimarahi.
Namun, apa yang harus aku lakukan…… Ini mungkin berdampak buruk bagi hati Lilia-san dan aku benar-benar minta maaf padanya tapi…
[U-Ummm, Lilia-san?]
[Ya?]
[…… Errr, aku punya sesuatu untukmu dari Isis-san……]
[………………]
Mendengar kata-kata yang kuucapkan dengan takut-takut, Lilia-san sepertinya akan mulai menangis…… Tidak, sudah ada air mata di matanya.
Biarpun aku merasa tidak nyaman karena aku merasa seperti mengganggunya, aku meletakkan permata yang Isis-san katakan padaku untuk diberikan kepada Lilia-san di mejanya.
[…… A-A-A- Apa…… i-ini……]
[Ini adalah hal-hal yang Isis-san ingin aku berikan padamu, itu adalah berlian biru dan kristal es.]
[Itu jumlah yang luar biasa. Selain itu, semuanya memiliki kedalaman warna yang luar biasa, Nona…… Bukankah ini setara dengan sejumlah besar uang?]
[…… Jangan…… lagi……]
Melihat permata biru indah yang ditumpuk seperti gunung, Lilia-san memegangi kepalanya di tangannya dan menyembunyikan wajahnya di bawah lututnya.
Setelah itu, setelah gemetar beberapa saat, dia dengan penuh semangat melihat ke atas dan……
[Ya?]
[…… Errr, aku punya sesuatu untukmu dari Isis-san……]
[………………]
Mendengar kata-kata yang kuucapkan dengan takut-takut, Lilia-san sepertinya akan mulai menangis…… Tidak, sudah ada air mata di matanya.
Biarpun aku merasa tidak nyaman karena aku merasa seperti mengganggunya, aku meletakkan permata yang Isis-san katakan padaku untuk diberikan kepada Lilia-san di mejanya.
[…… A-A-A- Apa…… i-ini……]
[Ini adalah hal-hal yang Isis-san ingin aku berikan padamu, itu adalah berlian biru dan kristal es.]
[Itu jumlah yang luar biasa. Selain itu, semuanya memiliki kedalaman warna yang luar biasa, Nona…… Bukankah ini setara dengan sejumlah besar uang?]
[…… Jangan…… lagi……]
Melihat permata biru indah yang ditumpuk seperti gunung, Lilia-san memegangi kepalanya di tangannya dan menyembunyikan wajahnya di bawah lututnya.
Setelah itu, setelah gemetar beberapa saat, dia dengan penuh semangat melihat ke atas dan……
[JANGAAAN LAGIIIIIIIIIi! KAITO-SAN, KAU BODOOOOOOOOOOH!!!]
…… mulai menangis.
[KAU INGIN AKU MELAKUKAN APA DENGAN PERHIASAN-PERHIASAN INI!?]
[Gueehhhh !? Li-Lilia-san, to-tolong tenang……]
[KENAPA KAU SELALU MELAKUKAN HAL YANG AKAN MENYAKITI PERUTKU!!!? ASTAGA, BUKA SAJA PERUTKU INI!!!?]
[Huh, Li- Lilia-san...... Aku menyerah, jadi tolong lwewpaskan aku......]
Meraih kerah bajuku, dia mulai mengayunkan tubuh bolak-balik di udara.
Namun, Lilia-san sepertinya sudah muak, terlihat sangat menyedihkan dengan air mata mengalir di wajahnya, jadi aku tidak bisa melawannya dengan kuat.
Bagaimana aku harus mengatakan ini...... Aku benar-benar minta maaf, Lilia-san.
[Nona, ada sesuatu yang ingin kutanyakan sebelum kau membuat Miyama-sama pingsan……]
[APA ITU, LUNA!? AKU SIBUK SEKARANG……]
[Tidak, hanya saja ada sesuatu yang menggangguku dari dulu….. Nona, kau langsung berubah merah padam saat kau menyentuh pria yang bukan bagian dari keluarga…… Tapi kau baik-baik saja dengan Miyama-sama?]
[...... Ehh?]
Mendengar kata-kata yang dikatakan Lunamaria-san padanya tanpa basa-basi, kekuatan cengkeraman Lilia-san di kerah bajuku melemah, dan tubuhku jatuh ke tanah.
Terbebas dari rasa sakit karena merasa hampir kehabisan nafas, aku menghembuskan nafas dengan keras dan mengalihkan pandanganku ke arah Lilia-san…… yang wajahnya berubah merah cerah seperti gurita rebus.
[…… Eh? Apa aku baru saja menyentuh Kaito-san?]
[Nah, atau lebih tepatnya, kau sudah dekat dengannya beberapa kali. Wajahmu begitu dekat sehingga jaraknya hampir satu tarikan napas.
[Ehh? Awa— awawa — Itu karena, ummm, kepalaku dipenuhi dengan banyak hal, jadi aku tidak menyadarinya— awawawawa.]
Dengan wajah yang begitu merah hingga seperti asap akan keluar dari telinganya, Lilia-san bergumam dengan gugup, matanya berputar-putar di sekitar ruangan.
Aku bertanya-tanya kenapa, tapi itu hanya berdasarkan pengalaman yang aku miliki sampai sekarang...... Dia mungkin akan pingsan cepat atau lambat.
[A-A-A-Aku…… me-me-menyentuh Kaito-san…… Kyuuu ~~]
[Lilia-san !?]
Seperti yang kuduga, mata Lilia-san menengadah, dan dia jatuh ke tanah.
Buru-buru berlari ke arahnya, aku memeriksa apakah dia terluka atau tidak untuk saat ini sebelum aku menoleh ke Lunamaria-san.
[…… Lunamaria-san. Apa yang terjadi sebenarnya?]
[Mungkin karena dia dibesarkan di lingkungan yang semuanya perempuan...... Dia sepenuhnya lemah terhadap laki-laki, jadi hanya menjabat tangan saja sudah cukup untuk membuatnya memerah. Namun, aku bertanya-tanya mengapa dia tidak memerah bahkan saat dia menyentuh Miyama-sama selama ini…… Begitu, dia terlalu disibukkan dengan hal-hal lain untuk menyadarinya sampai sekarang ya……]
[…… Maksudmu, seperti yang terjadi sebelumnya?]
[Mungkin, ucapanku mengingatkannya kembali saat dia pernah menyentuh Miyama-sama, dan rasa malunya menguasai dirinya…… Sayang sekali.]
[…… Kau melakukannya dengan sengaja, bukan?]
[…… Tentu tidak……]
Sekarang setelah dia menyebutkannya, memikirkan kembali, Lilia-san memang hanya menyentuhku ketika dia pada dasarnya bingung….. Dia tidak akan pernah menyentuhku kecuali dia selangkah lagi untuk pingsan.
Aku tidak pernah benar-benar mempertanyakannya karena dia seorang wanita dalam usia menikah tapi….. Begitu, bukan karena dia menahan diri, tapi dia benar-benar rentan terhadap laki-laki.
…… mulai menangis.
[KAU INGIN AKU MELAKUKAN APA DENGAN PERHIASAN-PERHIASAN INI!?]
[Gueehhhh !? Li-Lilia-san, to-tolong tenang……]
[KENAPA KAU SELALU MELAKUKAN HAL YANG AKAN MENYAKITI PERUTKU!!!? ASTAGA, BUKA SAJA PERUTKU INI!!!?]
[Huh, Li- Lilia-san...... Aku menyerah, jadi tolong lwewpaskan aku......]
Meraih kerah bajuku, dia mulai mengayunkan tubuh bolak-balik di udara.
Namun, Lilia-san sepertinya sudah muak, terlihat sangat menyedihkan dengan air mata mengalir di wajahnya, jadi aku tidak bisa melawannya dengan kuat.
Bagaimana aku harus mengatakan ini...... Aku benar-benar minta maaf, Lilia-san.
[Nona, ada sesuatu yang ingin kutanyakan sebelum kau membuat Miyama-sama pingsan……]
[APA ITU, LUNA!? AKU SIBUK SEKARANG……]
[Tidak, hanya saja ada sesuatu yang menggangguku dari dulu….. Nona, kau langsung berubah merah padam saat kau menyentuh pria yang bukan bagian dari keluarga…… Tapi kau baik-baik saja dengan Miyama-sama?]
[...... Ehh?]
Mendengar kata-kata yang dikatakan Lunamaria-san padanya tanpa basa-basi, kekuatan cengkeraman Lilia-san di kerah bajuku melemah, dan tubuhku jatuh ke tanah.
Terbebas dari rasa sakit karena merasa hampir kehabisan nafas, aku menghembuskan nafas dengan keras dan mengalihkan pandanganku ke arah Lilia-san…… yang wajahnya berubah merah cerah seperti gurita rebus.
[…… Eh? Apa aku baru saja menyentuh Kaito-san?]
[Nah, atau lebih tepatnya, kau sudah dekat dengannya beberapa kali. Wajahmu begitu dekat sehingga jaraknya hampir satu tarikan napas.
[Ehh? Awa— awawa — Itu karena, ummm, kepalaku dipenuhi dengan banyak hal, jadi aku tidak menyadarinya— awawawawa.]
Dengan wajah yang begitu merah hingga seperti asap akan keluar dari telinganya, Lilia-san bergumam dengan gugup, matanya berputar-putar di sekitar ruangan.
Aku bertanya-tanya kenapa, tapi itu hanya berdasarkan pengalaman yang aku miliki sampai sekarang...... Dia mungkin akan pingsan cepat atau lambat.
[A-A-A-Aku…… me-me-menyentuh Kaito-san…… Kyuuu ~~]
[Lilia-san !?]
Seperti yang kuduga, mata Lilia-san menengadah, dan dia jatuh ke tanah.
Buru-buru berlari ke arahnya, aku memeriksa apakah dia terluka atau tidak untuk saat ini sebelum aku menoleh ke Lunamaria-san.
[…… Lunamaria-san. Apa yang terjadi sebenarnya?]
[Mungkin karena dia dibesarkan di lingkungan yang semuanya perempuan...... Dia sepenuhnya lemah terhadap laki-laki, jadi hanya menjabat tangan saja sudah cukup untuk membuatnya memerah. Namun, aku bertanya-tanya mengapa dia tidak memerah bahkan saat dia menyentuh Miyama-sama selama ini…… Begitu, dia terlalu disibukkan dengan hal-hal lain untuk menyadarinya sampai sekarang ya……]
[…… Maksudmu, seperti yang terjadi sebelumnya?]
[Mungkin, ucapanku mengingatkannya kembali saat dia pernah menyentuh Miyama-sama, dan rasa malunya menguasai dirinya…… Sayang sekali.]
[…… Kau melakukannya dengan sengaja, bukan?]
[…… Tentu tidak……]
Sekarang setelah dia menyebutkannya, memikirkan kembali, Lilia-san memang hanya menyentuhku ketika dia pada dasarnya bingung….. Dia tidak akan pernah menyentuhku kecuali dia selangkah lagi untuk pingsan.
Aku tidak pernah benar-benar mempertanyakannya karena dia seorang wanita dalam usia menikah tapi….. Begitu, bukan karena dia menahan diri, tapi dia benar-benar rentan terhadap laki-laki.
Ibu, Ayah—— Aku benar-benar minta maaf atas masalah yang telah aku timbulkan Lillia-san. Tapi kali ini, penyebab pingsannya berbeda dari biasanya—— Itu karena malu.
Dalam cahaya malam, sosok berpakaian hitam muncul di toko barang bermacam-macam tertentu.
Orang tersebut mengambil salah satu belati yang digantung di dinding toko aneka barang, membungkusnya dengan kain hitam dan kemudian, meletakkannya di atas meja.
[…… Komisi ya?]
Itu adalah wajah tersembunyi dari pemilik toko barang serba ada ini…… Sebuah tanda komisi untuk pekerja dunia bawah.
Penjaga toko yang mengenakan kostum boneka melihat sosok berbaju hitam sebelum bertanya dengan suara dingin.
[…… Aku ingin kau menculik orang tertentu.]
[…… Bukan membunuh, tapi menculik ya……]
[Ya, dia adalah seseorang yang keberadaannya berharga.]
[Yah, kurasa itu tergantung pada siapa dan berapa banyak kau membayar.]
Mengikuti penjaga toko yang memakai kostum…… kata-kata Alice, sosok berpakaian hitam mengeluarkan kertas dengan fisiognomi targetnya dan koin emas putih dari sakunya, meletakkannya di atas meja.
[10 koin emas putih sebagai pembayaran di muka…… 30 koin emas putih untuk kesuksesanmu.]
[Itu suguhan yang cukup enak…… Jadi, orang ini…… adalah seseorang yang pertama kali kulihat huh?]
[Dia bukan makhluk dari dunia ini. Dia manusia dari dunia lain…… Namanya “Miyama Kaito”……]
[Heeehhh ~~ Dunia lain ya…… Begitu.]
Untuk kata-kata yang dikatakan oleh sosok berpakaian hitam, Alice menjawabnya dengan acuh tak acuh, tanpa mendapatkan terguncang sama sekali.
Setelah itu, setelah melihat fisiognomi beberapa saat, dia mengambil koin emas putih.
[…… Aku akan menerimanya. Kapan batas waktunya?]
[Semakin cepat kau bisa, semakin baik...... Aku ingin kau membawanya ke tempat yang disebutkan di sana.]
[Jadi, aku tidak akan menyerahkannya kepadamu, tapi membawanya ke sini? Apa aku akan berurusan dengan orang yang cukup berbahaya disini?]
[...... Berikut informasi tentang dia.]
Mengatakan itu, Alice membalik-balik bundel kertas yang ditawarkan, dan tanpa terlihat terganggu sama sekali, dia berbicara.
[…… Yah, aku tidak melihat ada masalah. Kalau begitu, itu akan dilakukan dalam beberapa hari……]
[Aku mengandalkanmu.]
Mendengar kata-kata Alice saat dia mengatakan kepadanya bahwa dia akan menerima permintaan itu, sosok berpakaian hitam itu berpaling, seolah mengatakan dia tidak punya apa-apa lagi untuk dikatakan, hanya menyisakan beberapa kata.
Setelah melihat sosok itu, Alice melihat ke kertas dengan wajah Kaito tergambar di atasnya dan tidak bergumam kepada siapapun.
[…… Nah, ini adalah salah satu jalan takdir menuntun kita ya…… Sayang sekali. Aku agak menyukai Kaito-san tapi……]
Dalam cahaya malam, sosok berpakaian hitam muncul di toko barang bermacam-macam tertentu.
Orang tersebut mengambil salah satu belati yang digantung di dinding toko aneka barang, membungkusnya dengan kain hitam dan kemudian, meletakkannya di atas meja.
[…… Komisi ya?]
Itu adalah wajah tersembunyi dari pemilik toko barang serba ada ini…… Sebuah tanda komisi untuk pekerja dunia bawah.
Penjaga toko yang mengenakan kostum boneka melihat sosok berbaju hitam sebelum bertanya dengan suara dingin.
[…… Aku ingin kau menculik orang tertentu.]
[…… Bukan membunuh, tapi menculik ya……]
[Ya, dia adalah seseorang yang keberadaannya berharga.]
[Yah, kurasa itu tergantung pada siapa dan berapa banyak kau membayar.]
Mengikuti penjaga toko yang memakai kostum…… kata-kata Alice, sosok berpakaian hitam mengeluarkan kertas dengan fisiognomi targetnya dan koin emas putih dari sakunya, meletakkannya di atas meja.
[10 koin emas putih sebagai pembayaran di muka…… 30 koin emas putih untuk kesuksesanmu.]
[Itu suguhan yang cukup enak…… Jadi, orang ini…… adalah seseorang yang pertama kali kulihat huh?]
[Dia bukan makhluk dari dunia ini. Dia manusia dari dunia lain…… Namanya “Miyama Kaito”……]
[Heeehhh ~~ Dunia lain ya…… Begitu.]
Untuk kata-kata yang dikatakan oleh sosok berpakaian hitam, Alice menjawabnya dengan acuh tak acuh, tanpa mendapatkan terguncang sama sekali.
Setelah itu, setelah melihat fisiognomi beberapa saat, dia mengambil koin emas putih.
[…… Aku akan menerimanya. Kapan batas waktunya?]
[Semakin cepat kau bisa, semakin baik...... Aku ingin kau membawanya ke tempat yang disebutkan di sana.]
[Jadi, aku tidak akan menyerahkannya kepadamu, tapi membawanya ke sini? Apa aku akan berurusan dengan orang yang cukup berbahaya disini?]
[...... Berikut informasi tentang dia.]
Mengatakan itu, Alice membalik-balik bundel kertas yang ditawarkan, dan tanpa terlihat terganggu sama sekali, dia berbicara.
[…… Yah, aku tidak melihat ada masalah. Kalau begitu, itu akan dilakukan dalam beberapa hari……]
[Aku mengandalkanmu.]
Mendengar kata-kata Alice saat dia mengatakan kepadanya bahwa dia akan menerima permintaan itu, sosok berpakaian hitam itu berpaling, seolah mengatakan dia tidak punya apa-apa lagi untuk dikatakan, hanya menyisakan beberapa kata.
Setelah melihat sosok itu, Alice melihat ke kertas dengan wajah Kaito tergambar di atasnya dan tidak bergumam kepada siapapun.
[…… Nah, ini adalah salah satu jalan takdir menuntun kita ya…… Sayang sekali. Aku agak menyukai Kaito-san tapi……]
Next Post
« Prev Post
« Prev Post
Previous Post
Next Post »
Next Post »
Comments
Post a Comment