Prolog 3
Hanamura Marino adalah karakter yang muncul beberapa kali dihadapan protagonis. Meskipun dia tidak terlibat secara mendalam dengan mereka, dia selalu bergerak di belakang layar.
"Kau sepertinya sudah mengetahui tentangku, ya. Itu akan membuat pembicaraan menjadi lebih mudah. Jika kau punya waktu maka mari cari tempat untuk bicara."
Aku mengangguk kecil dan kami pindah ke Kafe terdekat yang kurekomendasikan.
"Apa yang salah"
Mungkin karena aku menatatap wajahnya berkali-kali, dia bertanya sambil memiringkan kepalanya.
Aku benar-benar tidak bisa mengatakan "Karena karakter dari Eroge tiba-tiba muncul di depan mataku" atau "Aku tidak percaya kau sudah melewati usia dua puluhan." Maksudku, aku tidak bisa percaya bahwa seorang Oba-san dalam Eroge bisa menjadi seindah itu, ini buruk dia terlalu cantik.
Itu seperti mataku tersedot oleh ruang hampa, jadi ketika aku memandangnya, aku akhirnya menjadi sadar.
"Tidak, aku tidak bisa percaya bahwa ada selebritis dunia sihir tepat di depanku..."
Aku menjawabnya dengan jawaban yang tepat. Jika ini sama dengan game maka dia pasti seorang selebriti.
“Ara ara, tolong jangan pikirkan hal semacam itu. Selain itu, aku ingin kau menjadi lebih santai mulai sekarang."
Ha?
Aku memiringkan kepalaku, tidak mengerti apa yang dia katakan. Lalu dia menyipitkan matanya dan membuat tampilan serius.
"Takioto Kousuke-kun."
"Y, YA."
Suaranya tiba-tiba berubah tajam. Suaraku menjadi lebih tinggi tanpa sadar karena perubahan sikapnya.
"Aku akan jujur. aku akan membuatmu menjadi anakku. "
"Ha?"
Eh, apa yang dia katakan tadi?
"Kau akan menjadi anakku."
………………………………………
"Ha? Ehhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh!? ”
Apa itu tadi? Aku tidak mengerti apa maksudnya. Mengapa perkembangan super seperti ini terjadi padaku?
"Maaf aku tidak berkonsultasi denganmu dulu, tetapi hak asuhmu sudah ditransfer kepadaku."
Dia sudah mendapatkan hak asuhku?! Tidak, tunggu sebentar, apa sebenarnya ini? Tentu saja, itu akan buruk bagiku jika aku tidak diterima oleh seseorang. Tapi itu si Hanamura Marino tahu? Itu penyihir Tsukuyomi, lho!? Penyihir yang dikabarkan telah menghancurkan monster S-rank solo, lho!?. Penyihir yang sama bahwa meskipun dia sudah mendekati usia 40-an tetapi masih memiliki kulit halus seperti bayi dan terlihat seperti siswa tidak peduli bagaimana kau melihatnya, lho!!
"Aku akan merawatmu."
"To, tolong rawat aku dengan baik?"
Setelah itu dia memberikan belasungkawa kepada keluarga Takioto. Yang di dalam sebenarnya bukan Takioto Kousuke tapi aku, jadi aku tidak benar-benar mengerti perasaan seperti itu.
Kemudian aku mendengar darinya bahwa dia sebenarnya adalah seorang kerabat dari pihak ibuku. Selain itu, sepertinya dia adalah sepupu ibuku dan kakekku dari pihak ibuku akan menjadi wali pada awalnya tetapi ibuku meninggalkan surat wasiat yang menyatakan bahwa Marino-san akan menjadi wali sebagai gantinya. Sepertinya sekolah dan biaya hidupku akan dibayar oleh Marino-san.
"Aku akan membuatmu tinggal di rumahku juga, apakah kau baik-baik saja mengemas barang-barangmu sendiri?"
"Di rumahmu? Eh, tidak di asrama sekolah!?”
Aku secara refleks membalas.
Akademi Sihir Tsukuyomi adalah lembaga pendidikan sihir yang didanai oleh negara. Kemampuan siswa yang terdaftar semuanya di atas rata-rata, itu adalah kumpulan elit dari seluruh negeri dengan beberapa datang untuk hadir dari luar negeri. Sebuah sekolah elit yang membuatmu bertanya bagaimana bisa Takioto Kousuke sekolah disana.
Dan karena ada siswa luar yang hadir, akademi dilengkapi dengan asrama. Dalam game, Takioto Kousuke tinggal di asrama itu dan bertemu dengan protagonis yang tinggal di kamar sebelah.
“Tentu saja, kita menjadi keluarga. Rumah kami juga dekat dengan akademi. Selain itu, aku ingin memperdalam ikatan dalam keluarga, jadi kupikir kita semua harus hidup bersama.”
Yah, bahkan jika kau mengatakannya seperti itu……… .Aku sedikit bingung di sini. Apa yang sebenarnya terjadi?
Aku bahkan tidak tahu kenapa aku menjadi Takioto Kousuke atau omongan berat ini yang bahkan tidak termasuk dalam game dan sekarang aku entah bagaimana akhirnya hidup bersama dengan penyihir cantik ini?
Mengapa perkembangan seperti Eroge ini terjadi padaku?
Tidak, jika dunia ini sama dengan game maka itu benar-benar dunia Eroge ya.
Tapi aku seorang karakter pendukung, atau lebih tepatnya dekorasi. Bahkan jika aku melakukan sesuatu itu harusnya tidak terlalu berpengaruh pada perkembangan game.
Tunggu, sekarang bukan waktunya untuk memikirkan hal seperti itu, apakah dia mengatakan bahwa aku harus tinggal bersamanya? Tapi di rumahnya ada……….
"Tapi jika aku ingat benar kau tinggal bersama putrimu, kan? Apa dia baik-baik saja dengan itu……..?”
Putri Hanamura Marino adalah seorang guru dan profesor di akademi, Dia adalah karakter penting yang akan mengajarkan skill penting kepada protagonis. Dalam suasana itu sepertinya dia telah mengambil alih penelitian ayahnya yang telah meninggal atau semacamnya. Omong-omong, jika Marino-san adalah sepupu ibu, maka putri Marino-san juga sepupuku.
"Dan…."
Ketika aku mencoba melanjutkan, Marino-san mengangkat tangannya dan menghentikanku.
“Tentu saja, aku saat ini tinggal bersama putriku. Tapi aku mendapat persetujuannya. Kau tidak perlu khawatir tentang itu."
Meskipun kau memberitahuku begitu……. Jika aku tidak tinggal di asrama maka protagonis seharusnya tidak dapat maju bagaimanapun caranya. Aku merasa seperti itu akan berakhir menyebabkan banyak masalah, bukan?
Ketika aku memikirkan itu, Marino-san menundukkan kepalanya sedikit.
“Benar…….. belum lama sejak mereka meninggal, aku tahu kau perlu waktu untuk memilah perasaanmu. Aku akan memberimu waktu untuk mempertimbangkannya. Tetapi aku ingin kau tahu bahwa kami akan selalu menyambutmu sebagai anggota keluarga kami."
Sepertinya ada beberapa kesalahpahaman, apakah dia mencoba menghiburku? Aku  sebenarnya ragu karena alasan yang berbeda, aku tidak bisa menemukan alasan lain. Biarkan dia salah paham tanpa mengoreksinya mungkin lebih baik.
"Ya maaf."
"Tidak apa-apa. Nah, sudahkah kau makan? ”
"Umm, belum."
Mungkin.
Ketika aku mengatakan itu, Marino-san tersenyum dan mengangguk.
"Kalau begitu mari kita cari sesuatu untuk dimakan dan kau tidak perlu khawatir tentang uangnya."
Sambil mengatakan hal itu dia berdiri, memanggil pelayan lalu membayar harga untuk dua cangkir kopi. Aku segera mengeluarkan dompetku untuk membayar bagianku tetapi Marino-san menghentikanku.
"Tidak, sesuatu seperti itu...... aku bisa membayarnya sendiri."
Ketika aku mengatakan itu, dia menghela nafas.
“Kau lihat, Kousuke-kun. Kau mungkin berpikir bahwa kau memiliki banyak uang dari warisanmu tetapi kau masih belum menerimanya, kan? Warisannya akan datang kepadaku dan akan diserahkan kepadamu nanti, tetapi itu masih di masa depan, tahu?"
Tanpa sadar aku mengangguk. Tentu saja aku tidak punya uang sama sekali.
"Maaf, aku harus mengandalkanmu kalau begitu."
Aku mengatakan itu dan menurunkan kepalaku tetapi kemudian dia mengangkat kepalaku.
"Salah, Jangan seperti itu. Kau dan aku adalah keluarga, bukan? Jadi….?"
"Umm.... Terima kasih, Marino, ..- san?"
Ketika aku mengatakan itu, dia tersenyum.
"Benar, jangan perlakukan aku seperti orang asing, oke?"
Dia bilang begitu sambil kami meninggalkan kafe, maka aku dibawa ke restoran yang tampak mewah. 
Setelah itu kami memesan makanan mewah yang belum pernah aku makan sebelumnya ketika aku membahas tentang masa depanku dengan Marino-san. 
“Asrama akan dibuka satu minggu sebelum upacara masuk jadi jika kau menghitung hari ini maka akan ada 2 minggu jadi kau masih punya 2 minggu untuk memutuskan. Aku ingin kau memilih apakah kau ingin tinggal di rumahku atau asrama pada saat itu. "
"Iya."
"Selain masalah tinggal bersama, aku ingin kau setidaknya mengunjungi rumah kami sekali. Aku juga ingin memperkenalkanmu kepada putriku. ”
Ya tentu saja. Setidaknya aku harus menyapa putrinya "Hanamura Hatsumi" sekali.
“Ah, pukul berapakah………….. Umm, kapan aku harus pergi? (Nada tidak resmi)”
Dia dengan cemberut menatapku sebentar ketika aku menggunakan Keigo (TLN: Bahasa formal) tanpa berpikir.
“Itu akan tergantung padamu. Aku tidak keberatan membawamu ke sana sekarang, tetapi tampaknya kau masih belum menyelesaikan persiapanmu, bukan? Oh ya, terlepas kau memilih untuk tinggal di asrama atau rumah kami, kirim barang bawaanmu ke rumah kami terlebih dahulu, oke? ”
"Eh, Kenapa?"
"Ara, bukankah rumahmu direncanakan untuk dihancurkan oleh kota?"

"—– !?"
Aku tidak bisa berkata-kata, setelah ia kehilangan orang tuanya sekarang rumahnya juga dibongkar? Bukankah ia terlalu sengsara? Bukankah ingatan mereka akan terhapus begitu saja? Melihat keadaannya sendiri, ia sudah pada tingkat seorang protagonis dari drama tragedi.
“Umm, aku minta maaf soal itu. Aku akan mencoba membawa kenang-kenangan mereka ke rumahku sebanyak mungkin."
Sepertinya Marino-san mengira keherananku sebagai keputusasaanku. Tetapi bahkan jika kau begitu khawatir tentangku, aku bahkan tidak menerima banyak kejutan, tahu? Itu lebih seperti aku bersimpati dengan Takioto Kousuke sendiri.
Yah, sekarang ini aku Takioto Kousuke, jadi mau bagaimana lagi kalau aku bersimpati dengan keadaannya.
"Jangan khawatir, tidak apa-apa. Aku sudah menerimanya. Kalau begitu, aku lebih baik mengirimkan barang bawaanmu, kan……? ”
“Ya, aku akan membayar transfernya begitu sampai di rumahku. Aku memiliki kontraktor yang kukenal, jadi setelah kau mengemasi barangmu, hubungi aku, oke?”
saat dia berkata begitu aku tiba-tiba ingat.
"Kalau dipikir-pikir aku masih tidak tahu bagaimana cara menghubungimu...... Aku tidak punya telepon juga."
Ketika aku mengkonfirmasi apakah aku benar-benar Takioto Kousuke, aku mencari teleponnya tetapi sayangnya aku tidak dapat menemukannya. Dalam game dia selalu menggunakan terminal sekolah untuk bertukar informasi dengan protagonis. kupikir setidaknya dia punya satu.
"Aku lupa, kalau dipikir-pikir kau belum punya satupun sejak satu tahun yang lalu, kan?"
Setahun yang lalu, sekitar waktu ketika orang tuanya meninggal? Aku tidak tahu alasannya tetapi pasti ada sesuatu yang terjadi.
"Ayo membeli telepon untukmu setelah ini."
"Ah, jangan khawatir tentang itu, aku tidak benar-benar membutuhkannya."
Marino ingin segera membeli telepon untukku, tetapi aku tidak terlalu menginginkannya sekarang. Butuh biaya dan aku tidak punya teman di dunia ini. Aku mungkin akan menggunakan internet sebagai gantinya, ada sesuatu seperti tablet di rumah jadi seharusnya tidak ada masalah.
Dalam kasus terburuk aku bisa menggunakan e-mail dan dengan aplikasi yang tepat aku bahkan bisa menelepon.
Ketika aku hendak memberitahunya, dia menurunkan alisnya dan menatapku seolah dia sedang melihat sesuatu yang menyedihkan...
"Maaf, seharusnya aku tahu kau masih trauma karena mendengar orang tuamu terbunuh lewat telepon."
"—— !?"
Seberapa besar sih penderitaan Takioto Kosuke? Aku tidak dapat berkata-kata lagi untuknya. Aku memohon padamu, tolong Takioto kousuke-kun jangan membullyku lebih dari ini. 
Kalau dipikir-pikir, ada adegan di mana protagonis mencoba memanggil Takioto Kousuke dengan teleponnya juga. Dalam game dia bilang dia sedang tidur, tetapi untuk berpikir bahwa itu sebenarnya trauma!! Ditambah lagi, orang tuanya dibunuh oleh iblis? Kupikir dia bereaksi berlebihan terhadap iblis-iblis itu di dalam game. 
Kalo dipikirkan kembali, buku materi yang datang dengan edisi terbatas pertama dari Majiero tidak menyebutkan pengaturan karakter, pengaturan karakter wanita dibuat dengan baik tetapi hanya ada info dasar tentang karakter pria. 
Ya tentu saja. Bagaimanapun juga, ini adalah Eroge.
“Tapi itu pasti akan membuat perbedaan jika kau bisa menghubungi seseorang ketika sesuatu terjadi, jika mungkin aku ingin kau membawanya. Jika sesuatu terjadi maka aku akan segera mendatangimu. ”
Perasaannya berat. Alih-alih jika hidupmu menyakitkan seperti ini, bagaimana mungkin kau bisa menjadi bajingan sembrono di sekolah? Tidak ada yang akan mengejutkanku lagi, mungkin orang ini sudah rusak pada saat ia sampai di akademi.
Memikirkannya sekarang, kupikir orang ini kadang-kadang membuat komentar keras dalam game, jika hidupnya benar-benar seperti ini maka itu tidak dapat ditolong lagi, huh. 
Tetapi untuk sekarang…….
“Eeto, maukah kau membelinya denganku? smartphone……… ”
Marino-san menatap wajahku dengan wajah yang sangat khawatir, 
"Jika masih sulit bagimu maka kau tidak harus melakukannya, tahu?"
Apakah itu yang dia katakan padaku. Tapi aku tidak benar-benar merasa membeli telepon sebagai traumatis......
Kami segera pergi membeli smartphone setelah makan. Kemudian aku bisa menyaksikan ekspresi beku di wajah ibu baruku ketika aku meminta yang paling mahal di toko.